Kisah Petinju Filipina Peraih Medali Perak Olimpiade Tokyo, Ternyata Dulunya Seorang Pemulung

Minggu, 08 Agustus 2021 – 20:54 WIB
Petinju Filipina Carlo Paalam saat berlaga di final Olimpiade Tokyo 2020. Foto: (REUTERS/Leah Millis)

jpnn.com, TOKYO - Atlet Filipina Carlo Paalam harus puas membawa pulang medali perak dari cabang olahraga tinju kelas terbang (48-52 kilogram) Olimpiade Tokyo usai kalah dari wakil Inggris Raya Galal Yafai dengan skor 1-4 pada Sabtu (7/8).

Walau hanya membawa pulang perak, torehan ini cukup untuk membuat Filipina finis di peringkat 50 dalam tabel perolehan medali akhir Olimpiade Tokyo 2020 dengan rincian satu medali emas, dua perak dan satu perunggu.

BACA JUGA: Belum Berhasil Sumbang Medali di Olimpiade Tokyo, Riau Ega Agatha Evaluasi Performa

Filipina memiliki peringkat lebih baik dibandingkan wakil negara Asia Tenggara lain seperti Indonesia, Thailand, hingga Malaysia.

Keberhasilan Paalam meraih medali Olimpiade ternyata menyimpan cerita pilu di dalamnya. Pria kelahiran 16 Juli 1988 ini ternyata pernah menjalani kehidupan sebagai seorang pemulung sebelum akhirnya terjun ke dunia tinju.

BACA JUGA: Olimpiade Tokyo 2020 Resmi Ditutup, Amerika Serikat Juara Umum, Bagaimana Indonesia?

Ikut sang ayah sejak berusia enam tahun, ia harus tinggal bersama ayahnya di kota Cagayan de Oro dan kemudian menjadi pemulung di daerah itu dengan mencari botol-botol bekas untuk dijual kepada pengepul.

Hal tersebut dilakukan olehnya untuk menyambung hidup. Paalam akhirnya bergelut dengan dunia tinju saat masih berusia sembilan tahun. Saat itu, Paalam ditawari tetangganya untuk bertarung memperebutkan sebotol soda.

Tetangganya yang melihat potensi dalam diri Paalam saat itu mendaftarkannya ke dalam sebuah turnamen yang ada di kampungnya bertajuk Boxing in the Park

"Perjalanan saya dimulai di Boxing in the Park setiap Minggu dan ada hadiah 120 peso (sekitar Rp 34 ribu). Angka itu lebih besar bagi saya daripada saya berjam-jam mencari botol dan plastik bekas,” ungkap Paalam.

Bakat Paalam saat itu tercium oleh pelatih tinju Filipina Elmer Pamisa yang setiap minggunya menyaksikan pertarungan acara tersebut. Paalam akhirnya direkrut dan kemudian mengikuti program mulai 2009.

Bagi Paalam, Pamisa adalah sosok ayah kedua dalam hidupnya karena dirinya benar-benar dirawat hingga menjadi seorang seperti saat ini.

"Di sanalah saya bisa menunjukkan bakat saya dan pelatih Elmer Pamisa bisa merekrut saya. Dia benar-benar ayah bagiku, dia juga yang merawatku," ungkap Paalam

Keberhasilan pria berusia 33 tahun itu meraih medali di ajang Olimpiade membuat kondisi ekonominya terbantu.

Ditengah mewabahnya virus Covid-19, ekonomi keluarga Paalam sempat mengalami goncangan. Tinggal bersama 10 saudaranya, Paalam sempat mengalami kesulitan dalam membayar tagihan listrik.

"Ada terlalu banyak dari kami di rumah dan ada kalanya kami tidak memiliki aliran listrik karena kami tidak punya cukup uang untuk membayar tagihan,”

"Saya bersyukur untuk olahraga ini (tinju) karena jika bukan karena tinju saya tidak akan bisa membantu keluarga saya, saya sendiri, serta saudara dan juga kerabat saya,” ujar Paalam.

Raihan medali perak Paalam di Olimpiade Tokyo 2020 melengkapi medali emasnya di Sea Games 2019 dan medali perunggu yang diraihnya di ajang Asian Games 2018.

Kedepannya, Paalam bisa menjadi satu diantara atlet yang diandalkan Filipina untuk meraih medali di ajang Internasional.(rappler/mcr16/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : Dhiya Muhammad El-Labib
Reporter : Muhammad Naufal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler