jpnn.com, SURABAYA - Kehidupan para wanita penghibur yang dipesan secara online berbeda dengan kebanyakan. Mereka memilih tinggal di hotel dalam waktu yang panjang. Ada yang menetap hingga 25 hari dalam sebulan. Berikut catatan Jawa Pos.
TUNG, bunyi tanda masuk pesan singkat menjadi pembuka pertemuan dengan perempuan yang meminta dipanggil Sheila.
BACA JUGA: Bertemu Vanessa Angel, Nicky Tirta: Kami Berdua Menangis
Perempuan dengan rambut sepunggung itu ingin memastikan tamunya jadi datang ke kamarnya Sabtu malam (9/3).
BACA JUGA : Para PSK Dijatah Rp 750 Ribu per Bulan
BACA JUGA: Vanessa Angel Yakin Bakal jadi Manusia yang Jauh Lebih Baik
Di sebuah hotel bintang empat di pusat kota Surabaya ''Masuk, Mas,'' ucap Sheila dengan nada manja. Rambutnya dibiarkan terurai.
BACA JUGA: Bongkar Prostitusi Online, Polda NTT Tangkap Dua Muncikari
Terlihat baru saja disisir. Malam itu dia menerima tamunya dengan tema kasual. Memakai kaus lengan panjang abu-abu dengan dipadukan celana pendek.
Sheila adalah salah satu PSK yang hanya menjajakan jasanya secara online.
BACA JUGA : Krisis Venezuela: Perawat Beralih Profesi Jadi PSK
Dia punya satu akun yang selalu dipakai untuk meng-update keberadaannya. Dari sana, tamunya selalu tahu keberadaan Sheila.
Perempuan 20 tahun itu terbiasa datang dan pergi dari satu kota ke kota lain. Tinggal di satu hotel dalam waktu lama.
Dia selalu memilih hotel bintang empat untuk dijadikan tempat istirahat sekaligus bekerja.
Hotel jenis itu sengaja dipilih agar tamunya nyaman. ''Kalau lebih luas kan lebih leluasa,'' kata perempuan asal Bandung tersebut.
BACA JUGA : Pengin Vanessa Angel Buka-bukaan, Bang Neta IPW Desak LPSK Turun Tangan
Sheila benar-benar menjadi warga hotel. Selama setahun terakhir kehidupannya lebih banyak dihabiskan di dalam kamar.
Dalam sebulan, dia bisa tinggal di dalam hotel selama 25 hari. Paling sebentar tiga hari.
Dia sudah memperhitungkannya dengan matang sehingga tidak tekor meski harus membayar sewa kamar hingga Rp 600 ribu per hari.
Hal itu dipersiapkan sebelum expo (istilah membuka layanan esek-esek di suatu kota). Sebelum datang ke kota tertentu, minimal harus ada lima pelanggan yang siap bertamu. Tentu, mereka harus membayar uang muka lebih dulu.
Tidak banyak hal yang dipersiapkan sebelum expo. Satu koper besar cukup menemaninya ''merantau''.
Isinya 10 item baju ''dinas'', kosmetik, dua pasang sepatu, dan sebuah sandal high heels.
''Kalau ada baju kotor, biasanya langsung di-laundry di hotel sekalian. Jadi tidak bingung kalau tinggal lebih lama,'' jelasnya.
Selama expo, janda dua anak itu lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Dia hanya sesekali keluar hotel ketika bosan.
Saat di dalam kamar, handphone hampir tidak lepas dari tangannya. Jaga-jaga jika ada tamu yang menghubungi.
Sebab, dia punya target. Sehari minimal harus ada tiga tamu. Dengan tarif Rp 1 juta per pelayanan, tiga tamu dianggap cukup untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari.
Kehidupannya terbilang monoton. Makan, tidur, terima tamu, dan nonton televisi. Kalau pas benar-benar tidak ada tamu, Sheila memilih keluar hotel dan jalan-jalan ke mal.
Itu pun tidak lama. Hanya satu jam, lalu balik lagi ke hotel. Untuk makan, Sheila lebih suka memesan lewat jasa ojek online.
Makanan dikirim ke kamar hotel. ''Lebih baik waktunya dipakai buat buka-buka Twitter,'' ucapnya.
Dalam sehari, Sheila rata-rata melayani lima sampai enam pelanggan. Dia betul-betul mengatur jadwalnya. Waktu untuk makan dan istirahat harus ada.
''Pokoknya maksimal lima sampai enam orang (sehari, Red) saja. Kerja kayak gini itu capek. Harus atur waktu biar bisa istirahat,'' tuturnya. (jp/jpg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terjerat Kasus Prostitusi Online, Vanessa Angel Nyaris Mau Bunuh Diri
Redaktur & Reporter : Natalia