MUSIBAH menabrakkan mobil Tucusi ke tebing oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan di Jalan Raya Plaosan, Magetan, Sabtu (5/1) lalu masih menyisakan polemik. Meski dia mengaku kesalahannya, tapi kritikan bertubi-tubi terus saja bergulir. Lantas apa komentar Ricky Eelson (32 tahun), teknisi mobil listrik yang ikut di dalam mobil tersebut.
-----------
M NASARUDDIN ISMAIL
-----------
Peristiwa kecelakaan yang terjadi di Desa Ngerong, Kecamatan Plaosan, Magetan, Ahad lalu, masih terngiang-ngiang di pikiran Ricky Eelson. Sebab, sarjana elektro yang bekerja sebagai desainer mobil listrik di sebuah perusahaan raksasa di Jepang itulah yang duduk di jok sebelah kiri Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Putra kelahiran Padang 11 Januari 1980 yang bekerja dan kuliah di Jepang ini, mengagumi dengan keputusan Dahlan Iskan yang menabrakkan mobil tersebut ke bukit. Sebab, bila tidak ditabrakkan, bisa saja membawa korban orang lain. ‘’Saya acungkan jempol dengan keputusan yang spontan tapi berhasil dengan baik itu,’’ ucap Ricky.
Ricky adalah teknisi mobil listrik yang diajak Dahlan Iskan untuk mengikuti uji coba mobil Tucusi senilai Rp 1,5 miliar tersebut. Ricky, putra Padang yang mendapat tugas belajar di mekanikan engineering UNAN Jepang sejak lulus SMA di Kampung halamannya enam tahun silam. Selama di Jepang, bapak yang belum dikaruniai momongan ini, selain kuliah, sore hingga malam hari bekerja di sebuah perusahaan otomotif di sana.Tugasnya sebagai perancang motor listrik yang ditekuninya sejak 1999.
Ricky-sapaan Ricky Eelson, salut dengan keputusan yang dilakukan Dahlan Iskan. Dalam waktu yang sangat cepat, dia bisa memutuskan hal yang terbaik. ‘’Saya salut dengan keputusan beliau yang begitu cepat dan tepat. Pak Dahlan itu, betul-betul cerdas,’’ komentarnya.
Lantas dia menceritakan pengalamannya tersebut. Setelah satu setengah kilometer setelah berhenti, Dahlan Iskan memberitahukan, kalau remnya blong. Ricky mengaku terkejut. ‘’Ricky, remnya blong,’’ kata Ricky menirukan ucapan Dahlan Iskan. Spontan dia meminta agar menarik handrem. Dahlan Iskan pun melakukan perintahnya. Namun, upaya tersebut, hanya bisa sedikit mengurangi kecepatannya.
Dalam benak Ricky, sudah terbayang maut menghadangnya. Dia pun berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi terasa sulit. Lantas dia berusaha membuka kunci pintu mobil. Tujuannya, ingin melompat dari mobil tersebut. Sebab, kalau tidak demikian, pasti akan menabrak kendaraan lain. Tapi kunci pintunya tidak terbuka, sehingga niatannya pun urung dilakukan. ‘’Tapi akhirnya saya bersyukur, tidak jadi lompat. Kalau lompat, mungkin tinggal nama,’’ komentarnya sembari tertawa.
Dalam suasana kepanikan yang dialaminya itu, tahu-tahu Dahlan Iskan memberitahukan padanya. Dia katakan kalau akan menabrakkan mobil ke tebing jalan yang berada di sebelah kanan. ‘’Dicky, saya akan tabrakan ke bukit di depan,’’ ucap Dahlan Iskan, yang lagi-lagi ditirukan Ricky yang berpostur kurus dan berkacamata itu.
Dengan pemberitahuan tersebut, Dicky pun, langsung menyatakan silahkan. Dia pun bersiap-siap untuk menghadapi benturan keras dari mobilnya. Tapi yang enak, tuturnya, spontan pula rasa cemas dan takut yang tengah bergelora di dalam jiwanya, tahu-tahu hilang.
Dia merasa seperti ada sesuatu yang memberikan ketegaran, setelah menjawab aba-aba dari menteri BUMN tersebut. ‘’Saya juga heran, begitu Pak Dahlan beritahukan akan menabrak tebing, dan saya nyatakan siap, rasa takut tadi langsung hilang,’’ ujarnya terheran-heran. ‘’Sampai sekarang saya tak mengerti, mengapa rasa keberanian dan muncul mendadak,’’ sambungnya.
Hanya selang beberapa detik setelah Dahlan Iskan memberitahunya, mobil pun menabrak tebing jalan. Dicky pun tidak tahu apa yang terjadi. Tahu-tahu mobil yang ditumpanginya itu sudah berhenti, setelah terpelanting ke tiang listrik dan menyenggol bemper mobil yang ada di sebelahnya,
Seperti halnya Dahlan Iskan, dia pun mencoba meraba-raba tubuhnya, ternyata tak terjadi apa-apa. Dia hanya mengalami goresan kecil seperti garutan kuku di kaki kanannya. ‘’Saya juga heran. Setelah meraba-raba tubuh, tak terjadi apa-apa. Padahal, kalau melihat benturan itu, paling tidak mengalami luka-luka parah. Bahkan semula saya berpikir meninggal,’’ cerita Dicky.
Lulusan S-2 pada bidang mekanikal engineering, yang bekerja disebuah perusahaan motor listrik terbesar di dunia ini, juga mengaku banyak hikmah dari kejadian tersebut. Dia juga banyak belajar untuk perkembangan industri mobil listrik di Indonesia. ‘’Pak Dahlan itu perintis, insya allah, kami-kami yang muda inilah yang akan meneruskannya,’’ tuturnya lagi.
Dia belajar dari Dahlan Iskan, semangatnya. Urusan teknologi, berada pada mereka sebagai generasi muda. ‘’Yang saya petik pada menteri BUMN adalah semangatnya. Tugas kami-kami yang muda inilah yang akan meneruskan perujuan beliau itu,’’ ungkapnya.
Seperti yang dikatakan Dahlan Iskan, mobil listerik tidak boleh berhenti dari peristiwa tersebut. Mobil listrik harus berjalan terus, meski banyak hambatan dan tantangannya. (*)
-----------
M NASARUDDIN ISMAIL
-----------
Peristiwa kecelakaan yang terjadi di Desa Ngerong, Kecamatan Plaosan, Magetan, Ahad lalu, masih terngiang-ngiang di pikiran Ricky Eelson. Sebab, sarjana elektro yang bekerja sebagai desainer mobil listrik di sebuah perusahaan raksasa di Jepang itulah yang duduk di jok sebelah kiri Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Putra kelahiran Padang 11 Januari 1980 yang bekerja dan kuliah di Jepang ini, mengagumi dengan keputusan Dahlan Iskan yang menabrakkan mobil tersebut ke bukit. Sebab, bila tidak ditabrakkan, bisa saja membawa korban orang lain. ‘’Saya acungkan jempol dengan keputusan yang spontan tapi berhasil dengan baik itu,’’ ucap Ricky.
Ricky adalah teknisi mobil listrik yang diajak Dahlan Iskan untuk mengikuti uji coba mobil Tucusi senilai Rp 1,5 miliar tersebut. Ricky, putra Padang yang mendapat tugas belajar di mekanikan engineering UNAN Jepang sejak lulus SMA di Kampung halamannya enam tahun silam. Selama di Jepang, bapak yang belum dikaruniai momongan ini, selain kuliah, sore hingga malam hari bekerja di sebuah perusahaan otomotif di sana.Tugasnya sebagai perancang motor listrik yang ditekuninya sejak 1999.
Ricky-sapaan Ricky Eelson, salut dengan keputusan yang dilakukan Dahlan Iskan. Dalam waktu yang sangat cepat, dia bisa memutuskan hal yang terbaik. ‘’Saya salut dengan keputusan beliau yang begitu cepat dan tepat. Pak Dahlan itu, betul-betul cerdas,’’ komentarnya.
Lantas dia menceritakan pengalamannya tersebut. Setelah satu setengah kilometer setelah berhenti, Dahlan Iskan memberitahukan, kalau remnya blong. Ricky mengaku terkejut. ‘’Ricky, remnya blong,’’ kata Ricky menirukan ucapan Dahlan Iskan. Spontan dia meminta agar menarik handrem. Dahlan Iskan pun melakukan perintahnya. Namun, upaya tersebut, hanya bisa sedikit mengurangi kecepatannya.
Dalam benak Ricky, sudah terbayang maut menghadangnya. Dia pun berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi terasa sulit. Lantas dia berusaha membuka kunci pintu mobil. Tujuannya, ingin melompat dari mobil tersebut. Sebab, kalau tidak demikian, pasti akan menabrak kendaraan lain. Tapi kunci pintunya tidak terbuka, sehingga niatannya pun urung dilakukan. ‘’Tapi akhirnya saya bersyukur, tidak jadi lompat. Kalau lompat, mungkin tinggal nama,’’ komentarnya sembari tertawa.
Dalam suasana kepanikan yang dialaminya itu, tahu-tahu Dahlan Iskan memberitahukan padanya. Dia katakan kalau akan menabrakkan mobil ke tebing jalan yang berada di sebelah kanan. ‘’Dicky, saya akan tabrakan ke bukit di depan,’’ ucap Dahlan Iskan, yang lagi-lagi ditirukan Ricky yang berpostur kurus dan berkacamata itu.
Dengan pemberitahuan tersebut, Dicky pun, langsung menyatakan silahkan. Dia pun bersiap-siap untuk menghadapi benturan keras dari mobilnya. Tapi yang enak, tuturnya, spontan pula rasa cemas dan takut yang tengah bergelora di dalam jiwanya, tahu-tahu hilang.
Dia merasa seperti ada sesuatu yang memberikan ketegaran, setelah menjawab aba-aba dari menteri BUMN tersebut. ‘’Saya juga heran, begitu Pak Dahlan beritahukan akan menabrak tebing, dan saya nyatakan siap, rasa takut tadi langsung hilang,’’ ujarnya terheran-heran. ‘’Sampai sekarang saya tak mengerti, mengapa rasa keberanian dan muncul mendadak,’’ sambungnya.
Hanya selang beberapa detik setelah Dahlan Iskan memberitahunya, mobil pun menabrak tebing jalan. Dicky pun tidak tahu apa yang terjadi. Tahu-tahu mobil yang ditumpanginya itu sudah berhenti, setelah terpelanting ke tiang listrik dan menyenggol bemper mobil yang ada di sebelahnya,
Seperti halnya Dahlan Iskan, dia pun mencoba meraba-raba tubuhnya, ternyata tak terjadi apa-apa. Dia hanya mengalami goresan kecil seperti garutan kuku di kaki kanannya. ‘’Saya juga heran. Setelah meraba-raba tubuh, tak terjadi apa-apa. Padahal, kalau melihat benturan itu, paling tidak mengalami luka-luka parah. Bahkan semula saya berpikir meninggal,’’ cerita Dicky.
Lulusan S-2 pada bidang mekanikal engineering, yang bekerja disebuah perusahaan motor listrik terbesar di dunia ini, juga mengaku banyak hikmah dari kejadian tersebut. Dia juga banyak belajar untuk perkembangan industri mobil listrik di Indonesia. ‘’Pak Dahlan itu perintis, insya allah, kami-kami yang muda inilah yang akan meneruskannya,’’ tuturnya lagi.
Dia belajar dari Dahlan Iskan, semangatnya. Urusan teknologi, berada pada mereka sebagai generasi muda. ‘’Yang saya petik pada menteri BUMN adalah semangatnya. Tugas kami-kami yang muda inilah yang akan meneruskan perujuan beliau itu,’’ ungkapnya.
Seperti yang dikatakan Dahlan Iskan, mobil listerik tidak boleh berhenti dari peristiwa tersebut. Mobil listrik harus berjalan terus, meski banyak hambatan dan tantangannya. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cara Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Merevitalisasi Aset Kerajaan
Redaktur : Tim Redaksi