jpnn.com - Kebut-kebutan di jalan raya sudah jelas dilarang. Namun, jika kendaraan besar yang satu ini sudah turun ke jalanan, tak akan ada orang yang berani melarangnya untuk kebut-kebutan.
Bahkan, semua pengguna jalan akan minggir dan memberikan jalan agar bisa jalan dengan lancar.
BACA JUGA: Produsen Es Krim Keliling Bisa Bertemu Obama...Meneteskan Air Mata
DEWA RASTANA, Tabanan
BACA JUGA: Berkat Cacing, Sukarda Bisa Sekolahkan Anak Hingga Jadi Anggota TNI AL
PAGI itu seperti biasa satu persatu pegawai mulai berdatangan ke sebuah kantor dengan bangunan sederhana di pusat kota Tabanan, tepatnya di sebelah timur Pasar Kota Tabanan.
Kantor itu adalah Kantor UPT. Pemadam Kebakaran Kabupaten Tabanan. Setiap harinya Kantor ini tak pernah sepi, karena selalu ada tim yang bersiaga 24 jam.
BACA JUGA: Kisah Mas Tri, Di Jawa jadi Fotografer, Di Papua Jualan Es Dawet
Dan tentunya siap membantu warga yang terkena musibah, khususnya kebakaran.
Di samping para pasukan pemadam kebakaran yang tangguh, sopir yang mengemudikan mobil pemadam kebakaran (PMK) juga tak kalah gagah.
Untuk bisa memberikan pelayanan dan bantuan yang maksimal kepada warga, pasukan pemadam kebakaran haruslah kompak baik pasukan yang bertugas memadamkan api maupun sopir.
Tak mudah untuk menjadi sopir PMK, meski untuk mengemudikan PMK hampir sama dengan mengemudikan truk atau kendaraan besar lainnya.
Setidaknya begitulah yang dirasakan Komang Bagus Subagiarta, 41, salah satu sopir PMK di UPT Damkar Kabupaten Tabanan.
“Sebenarnya sama seperti mengemudikan mobil lain, hanya saja sebagai sopir PMK kita harus dibekali kemampuan untuk mengoperasikan peralatan yang ada di dalamnya,” ujar Subagiarta.
Menurut Subagiarta, kendali air dalam tangki agar bisa mengalir ke selang ada pada dirinya.
Jika cara pengoperasian salah, maka air tidak akan mengalir sehingga risikonya adalah keselamatan warga.
Karena itu, sebelum resmi menjadi sopir PMK dirinya terlebih dahulu diberikan pembekalan cara mengoperasikan peralatan.
“Sebelum saya mulai menjadi sopir, saya diberikan pembekalan dulu oleh sopir-sopir senior dan Kepala UPT Damkar untuk mengoperasikan peralatannya,” kata pria warga Banjar Serason, Desa Pitra, Kecamatan Penebel, Tabanan ini.
Tak sampai di situ, dirinya juga harus cakap dalam mengemudikan PMK.
Menyadari bekerja dalam keadaan darurat, ia harus selalu berkonsentrasi ketika mengemudi.
Meskipun awalnya sempat merasa takut, pria bertubuh tinggi itu mengaku jika kini ketakutannya sudah sirna begitu saja ketika ada kabar kebakaran.
“Dulu memang sempat takut, tetapi kalau sekarang saat menerima kabar bahwa ada kebakaran rasa takut itu hilang karena rasa kemanusiaan kami untuk menolong lebih tinggi. Bahkan, salah satu rekan yang tangannya sedang terluka, saat mendengar kebakaran langsung lupa kalau tangannya sakit. Setidaknya begitu yang saya rasakan bersama rekan-rekan pemadam kebakaran di sini,” kisahnya.
Niat tulus dan mulia yang dimiliki Subagiarta dan anggota pemadam kebakaran Kabupaten Tabanan tak perlu diragukan lagi.
Namun diakui Subagiarta, dalam perjalanan menuju lokasi kebakaran, kendala pasti ada. Mulai dari terjadi kemacetan, kesadaran pengguna jalan yang kurang sehingga tidak memberikan prioritas terhadap PMK yang lewat, hingga medan yang sulit.
Tak jarang, para pasukan pemadam kebakaran mengalami musibah di jalanan, seperti mobil PMK yang tergelincir hingga menabrak pengguna jalan lainnya.
“Yang namanya situasi di jalan kita tidak bisa memprediksi, kami pernah tergelincir saat jalanan licin karena hujan. Begitu juga dengan rekan kami yang sempat menabrak pengendara sepeda motor saat hendak memadamkan api," ucap Subagiarta.
Saat ini UPT Pemadam Kebakaran Tabanan memiliki 20 orang sopir PMK dan 81 pasukan pemadam kebakaran yang dibagi kedalam empat regu.(*/mus/chi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengin Tahu jika Stuntman Patah Tulang Dikasih Uang Berapa? Terlalu!
Redaktur : Tim Redaksi