jpnn.com - DENIH Eriawan (40), warga Gabus, Desa Srimukti, RT 05/02, Kecamatan Tambun Utara, Bekasi hanya bisa pasrah atas tuduhan keluarga istrinya, yang menduga istrinya tewas di tangan Denih.
Amarulloh, Radar Bekasi
BACA JUGA: Kisah Seorang Syekh yang Menggelar Ritual Menikam Diri
Sebelum menghembuskan napas terakhir dengan cara tidak wajar, istri Denih Eriawan, Damayanti diketahui masih berkeliling menjajakan dagangan untuk mencari nafkah membantu suaminya, Damayanti berjualan barang elektronik di sejumlah desa sekitar.
Dalam kehidupan sehari-haripun menurut keterangan sejumlah tetangga, Damayanti merupakan seorang yang memiliki kepribadian mudah bergaul dengan orang lain. Namanya bahkan dikenal oleh warga satu desa karena pergaulannya, tak heran jika tewasnya Damayanti kemudian menggegerkan warga satu kampung.
BACA JUGA: Kisah si Ibu: Saya tak Bisa lagi Menggapai Israfil karena Diempas Ombak...
Denih Eriawan mengaku tidak menyangka jika istrinya nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Dia juga mengaku tidak mengetahui ada motif apa di balik kematian istrinya yang tak wajar.
"Jujur saja sampai sekarang saya dan keluarga masih belum tahu apa sebenarnya motifasi dia melakukan bunuh diri, padahal pada malam hari sebelum meninggal masih biasa-biasa saja tidak ada gelagat aneh, saya juga bingung kok bisa," kata pria yang sudah memiliki dua orang anak dari pernikahannya dengan Damayanti.
BACA JUGA: Ketika Gereja bersolek Bersama Masjid dan Pura
Awalnya, pihak dua pihak keluarga sudah pasrah dengan tewasnya Damayanti dalam keadaan tidak wajar. Bahkan dari hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) pihak kepolisian, pada kondisi jenazah tidak ditemukan adanya bukti kekerasan.
Dengan demikian, dua keluarga membuat surat pernyataan di atas materai sebagai bukti untuk mengikhlaskan kepergian Damayanti bersama-sama. Selain itu, mereka sepakat untuk tidak perlu mengungkit lagi masalah tersebut lantaran tidak adanya bukti kekerasan.
Akan tetapi, berselang 16 hari setelah kepergian almarhumah, pihak keluarga istri justru secara mendadak menuduh Denih sebagai pembunuh Damayanti. Selanjutnya, pihak keluarga Damayanti pun mendesak pihak kepolisian untuk membongkar makam guna keperluan otopsi.
"Kemaren setelah meninggalnya istri saya sebenarnya sudah ada perjanjian bahwa tidak ada lagi yang harus diungkit dikemudian hari, karena memang tidak ditemukan bukti kekerasan," kata Denih.
Dari hasil otopsi sementara kepolisian pun belum ditemukan adanya bukti terhadap jenazah bahwa tewasnya Damayanti akibat dibunuh. Denih sendiri mengaku sudah pasrah terhadap apa pun hasil otopsi, dan dia menganggap jika memang tidak ada bukti yang mengarah kepada bukti kekerasan dia menilai itu berkat kehendak Tuhan.
"Sekarang saya pasrah saja, yang jelas ini benar-benar murni bunuh diri tidak ada unsur lain, keadilan benar-benar terbukti," pungkasnya. (amarulloh/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yuk...Lihat Dua Buaya Monster yang Pernah Melahap Manusia
Redaktur : Tim Redaksi