Kisah Sukses Bernard Wibowo, Influencer yang Kini Merambah Konsultan Digital Marketing

Sabtu, 26 Juni 2021 – 02:52 WIB
Bernard Wibowo. Foto: Dok Instagram @deliciousbatam

jpnn.com, BATAM - Pekerjaan yang paling banyak dilirik kawula muda di dunia saat ini, termasuk di Indonesia adalah yang berkaitan dengan dunia digital. Salah satunya konsultan digital marketing.

Sistem kerja yang fleksibel dan tidak terikat tempat, paham dunia digital, tepercaya, bertanggung jawab, dan berpengalaman dalam memasarkan branding produk lewat sosial media menjadi tugasnya.

BACA JUGA: Digital Marketing Lebih Efektif dan Hemat Biaya Promosi

Itulah yang diungkapkan Bernard Wibowo, influencer yang merambah menjadi konsultan digital marketing.

"Saat ini kita hidup di zaman digital. Setiap kehidupan dan kegiatan sosial kita terkoneksi secara global. Kita efisien menjalankannya lewat sosmed (social media, red), kenapa tidak dimanfaatkan saja menjadi ranah berkarya," ujar Bernard yang lebih dikenal di jagat dunia maya dengan panggilan Bernard Huang ini.

BACA JUGA: SEOCon Jakarta 2021, Berbagi Ilmu Digital Marketing dengan 8 Ribu Peserta

Bernard Huang kini menjual jasa lewat digital marketing. Berawal dari berbagai postingannya tentang kuliner dan juga kegiatannya sehari-hari lewat Instagram yang menarik perhatian dan menjadi rujukan bagi ratusan ribu pengikutnya.

Makin hari, pengikut pegiat media sosial asal Batam kelahiran Palembang dan besar di Medan ini makin bertambah. Terkini, sekitar 115 ribu terpantau sebagai pengikut akun pribadinya di Instagram.

BACA JUGA: Pengin Belajar Digital Marketing? Simak 5 Kiat dari Bang Renadly

Pria bertubuh kekar dan wajah friendly ini mengungkapkan, konsultan digital branding bukan bagian dari pekerjaan utamanya, melainkan hobi yang dia jalani sepenuh hati.

"Ketika hobi kita menjadi pekerjaan dan menghasilkan, ada kepuasan tersendiri. Apalagi semua saya kerjakan sendiri. Mulai dari editing dan layout foto, memikirkan konsep caption produk untuk diunggah di sosial media. Kemudian mengatur jadwal posting dan melayani konsultasi brand dengan klien. Saya jadi pendengar yang baik terhadap klien, memberikan solusi, menerima saran, dan bertanggung jawab terhadap produk yang dipercayakan untuk saya handle," ungkapnya.

Bernard saat ini memiliki dua akun di Instagram. Instagram pribadi dia beri sesuai nama dan marganya, yakni @bernard_huangg dengan jumlah pengikut 115 ribu, sedangkan postingan kuliner dan rekomendasi makanan di Batam ia buat khusus dengan akun @deliciousbatam dengan jumlah pengikut 24.100. Kedua akunnya ini saling terkait satu sama lain, yang mendukungnya sebagai konsultan digital branding.

Suami dari Novi ini mengungkapkan, postingannya di akun pribadi lebih umum sedangkan akun yang satunya memang sengaja dia buat untuk postingan kuliner rekomendasi miliknya. "Saya itu sebenarnya bukan hobi makan, tetapi hobi motret. Ada makanan enak, saya foto. Daripada tersimpan saja di kamera, ya kenapa tidak saya posting saja. Nah dua akun saya di Instagram ini saling berhubungan, saling topang. Ya Delicious Batam itu ya Bernard Huang demikian sebaliknya," ungkapnya.

Ayah dari Freya Wibowo ini mengungkapkan, menjadi konsultan digital saat ini tidak lepas dari saat ia bergabung dengan aplikasi Instagram sejak sembilan tahun silam. Tepatnya sejak 1 Februari 2012.

Dia mengaku, awalnya hanya iseng karena saat itu media sosial yang terkenal sebagai tempat mengunggah foto tersebut lagi booming karena baru tersedia di ponsel Android setelah sebelumnya, hanya tersedia di layanan iPhone.

"Awalnya created account IG itu iseng. Unduh, bikin akun, ya sudah dibiarkan tak aktif. Yang penting di ponsel sudah ada terpampang Instagram. Lagiankan saat itu saya kan sibuk kerja," ungkapnya.

Pandangannya tiba-tiba terarah ke salah satu titik. Dia terkenang. Dia datang dari keluarga prasejahtera. Sejak ayah dan ibunya memutuskan berpisah, ia dan kedua saudaranya, Andreas dan Maria ikut bersama ayah mereka tinggal di Medan bersama sang ayah, Hendrik Wibowo. Sedangkan ibunya, Merry menetap di Palembang.

Hidup mereka saat itu serba kekurangan. Ayahnya hanya seorang pegawai perusahaan dengan jabatan biasa, tetapi tetap berjuang sehingga anak-anaknya bisa sekolah dengan layak. "Makan nasi dengan lauk garam atau kecap manis itu sudah pernah saya dan saudara alami," kenangnya.

Berangkat dari keadaan itu, begitu lulus dari SMA Kalam Kudus di Medan, Bernard melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Harapan Medan. Bukan karena tak mampu mengikuti bidang mata kuliah, tetapi karena kondisi keuangan, ia pun memutuskan berhenti saat menjalani semester empat perkuliahan.

"Saya tahu diri. Orang tua tak mampu, saya memilih bekerja untuk membiayai perkuliahan. Waktu itu ada tawaran pekerjaan di Aceh dengan gaji lumayan. Saya putuskan berhenti kuliah, lebih baik bekerja. Soal belajar, bisa dari mana saja, tetapi saya tulang punggung keluarga. Nggak boleh keadaan begini terus. Saya harus bekerja membantu ayah saya," ungkapnya.

Pada 2012, Bernard mendapat penempatan kerja di Batam. Dia pun meninggalkan Medan, kota tempat ia dibesarkan. Di kota ini, dia bekerja sebagai Sales Supervisor. Setelah sembilan tahun bekerja, naik jabatan menjadi Area Sales Manager di perusahaan asing yang sama, yakni PT YHS, distributor minuman Yeo's hingga kini.

"Saat itu tak ada kenalan di Batam. Iseng ikut-ikutan unduh sosial media Instagram biar ada kegiatan. Tetapi akhirnya tetap tak aktif juga. Aktifnya baru beberapa tahun belakangan ini saja," ungkapnya.

Selama bekerja di Batam, pria 33 tahun ini benar-benar memanfaatkan seluruh waktunya untuk bekerja. Apalagi dia harus dihadapkan dengan pilihan antara bahagia atau tidak karena adik perempuan satu-satunya, diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya di Palembang. "Keluargaku bahagia. Tetapi saya saat itu, ya sudah berpikir, kuliah di kedokteran itu ya mahal. Duit dari mana? Pasti ditimpakan ke saya juga pembiayaan. Apalagi saat itu gajiku juga pas-pasan," kenangnya.

Mengisi jeda antara kerja dan waktu untuk diri sendiri, Bernard pun mulai mengalihkan pikirannya ke media sosial. Dia mulai memosting aneka jenis foto miliknya. Kemudian karena lebih banyak foto-foto makanan dan minuman yang dia lebih sering abadikan, maka pada 17 Oktober 2014 dia membentuk akun @deliciousbatam di Instagram untuk mengumpulkan hasil potret kuliner miliknya dan mulai diseriusi 2019 lalu.

Saat itu dia memosting seadanya saja. Demikian juga di akun pribadi miliknya. Seadanya saja, saat ada waktu. Rupanya, foto-foto postingannya tersebut mendapat respon positif dari para followernya. "Barulah 2019 saya baru seriusi. Mulai aktif posting foto, berinteraksi dengan para followers, dan akhirnya ada tawaran review makanan dan sebagainya," ungkapnya.

Sejak saat itu, orang-orang mengenal Bernard sebagai influencer sosial media. Beragam produk ia review. Awalnya kuliner, tetapi kini makin berkembang dengan berbagai produk jasa lainnya. Bahkan kini ia kerap menjadi model iklan lokal.

"Sosial media itu kalau diseriusi ya bisa menghasilkan. Saya mendobrak batasan menjadikan sosmed jadi ranah berkarya. Dengan catatan, tidak mengganggu jadwal kerja utama dan setelah berkeluarga akhir 2019, ya bertambah, tidak mengganggu jadwal keluarga," ungkapnya.

Bernard habis-habisan. Waktu 24 jam serasa kurang baginya untuk bekerja mencari tambahan. Selain membiayai hidupnya sendiri di Batam, ia juga harus membiayai kuliah adiknya, dan juga bekerja sama dengan sang kakak membiayai kehidupan kedua orang tuanya di Medan dan di Palembang. "Sampai jual barang pribadi hasil kerja yang ditabung bertahun-tahun demi adik sendiri. Tetapi sekarang, syukur adik saya lulus dan sudah bekerja jadi dokter di Palembang. Saya puas dan bahagia," ungkapnya.

Makin aktifnya dia di media sosial, orang-orang pun kini mengenalnya. Sudah tak terbilang aneka produk yang sudah dia review, baik dengan dibayar maupun tak dibayar. Khusus produk UMKM, dia sangat concern membantu mereka yang membutuhkan promosi tetapi dengan modal yang kurang.

Dia pun mengisahkan pengalamannya bersosial media. Saat itu ada tawaran untuk memasarkan produk makanan di akun Instagramnya. Bernard punya pandangan, selain memasarkan, produk-produk yang dia posting tersebut harus tahu berapa omset penjualan produknya setiap hari, ke mana saja jangkauannya, berapa keuntungan yang si penjual dapat.

"Jangan sampai saya terima bayaran dengan memasarkan itu produk, sementara si pemilik untuk membayar saya butuh menjual 20 bungkus produk jualannya. Ya kalau penjualannya lancar, kalau tidak? Masa dia harus nombok bayar saya? Jadi saya putuskan tidak menerima bayarannya namun tetap saya posting. Lagian memang produknya layak jual," ungkapnya.

Selang beberapa waktu, seseorang menghubunginya. Menawarkan apakah Bernard bersedia menjadi konsultan bisnis usaha baru yang tengah dirintis seseorang tersebut.

"Saya kaget. Ha? Saya bukan lulusan bisnis apalagi tak tamat kuliah. Kok bisa? Tak pede saya. Tetapi tetap diminta. Ya sudah OK. Kalau tak coba ya tak tahu. Saya terima. Saat bertemu, si orang tersebut bilang, bahwa dia adalah keluarga dari pemilik usaha yang saya tak mau terima bayaran saat itu. 'Dia itu ponakan saya, orang yang kamu bantu promosiin jualannya'. Saya speechless, ternyata budi baik dan karma baik itu nyata adanya dan saya percaya itu," ungkapnya lagi.

Namun selain momen bahagia seperti itu, ada juga momen 'tak enak' yang dia jalani. Saat itu ia mendapat tawaran untuk memasarkan makanan ayam penyet. Seperti biasa, karena pandemi, dia meminta produk itu dikirimkan ke rumah. "Saat saya icip, masih butuh penyesuaian sana-sini. Saya sampaikan kepada pemiliknya dengan sopan bahwa makanannya perlu diupgrade. Saya tak mau, saya terima bayaran review tetapi nyatanya tak berpengaruh ke penjualan. Rasa dan penyajian paling utama. Saya sampaikan itu eh penjualnya malah marah ke saya. Bilang sombong.”

“Tak hanya itu, produk yang dia kirim ke rumah diminta biaya, sekaligus biaya ongkos kirimnya. Ya saya bayar. Demi kredibilitas, tak masalah. Saya balikin semua. Banyak kok orang yang mengerti dan mau menerima nasihat. Kalau sekarang belum terima, yah tak apa. Demi kebaikan bersama," ungkapnya tertawa.

Sebagai seorang influencer, kini Bernard menerima apa saja jenis tawaran yang masuk kepadanya. Mulai dari model iklan perumahan, undangan perusahaan, dan lainnya. Namun sebagai food reviewer, dia menyebutkan sangat selektif.

"Ada yang dibayar ada yang review hasil hunting sendiri. Nah, kalau dibayar untuk review makanan, harus benar-benar enak baru saya posting. Kalau tidak, ya saya tidak posting dan saya balikin duitnya tetapi dengan beri saran tentunya, supaya kualitas makanan atau minuman diperbaiki dahulu, next time saya coba lagi, kalau oke baru saya mau terima," ungkapnya.

Menurutnya, dalam bersosial media, tak semua hal diukur dari materi uang, follow for follow atau langsung merasa selebritis. Namun perkenalan dan bahkan menjadi teman di dunia nyata juga tak kalah penting. "Tak jadi endorsement malah jadi kawan. Itu berkatnya sama," ungkapnya.

Demikian juga halnya dalam memanfaatkan ranah daring untuk belajar menambah skillnya di dunia influencer dan digital marketing konsultan, dia selalu mendapatkan dukungan penuh dari sang istri. "Saya beruntung punya istri Novi. Dia selalu berdiri dan mendukung apa yang saya lakukan. Dia mau arahkan saya supaya hidup lebih baik. Tak ada dia di sampingku, mungkin tak ada Bernard Huang seperti sekarang ini," ungkapnya.

Selain sebagai seorang influencer, food reviewer, dan juga pekerja profesional, saat ini, Bernard aktif menjadi digital bisnis konsultan dua perusahaan dengan beragam produk. Aktifnya dia di media sosial, telah membuatnya merambah menjadi pembicara dalam acara pemerintahan berskala nasional. Seperti dua pekan lalu misalnya, dia diundang menjadi key Opinion Leader, sebagai pembicara Syber Creation Indonesia Cakap Digital yang ditaja pemerintah.

"Ada pernyataan Ilmu Padi yang makin berisi makin merunduk. Dalam era digital saat ini, analogi itu kurang tepat. Keahlianmu sekarang show up, tunjukkan kepada dunia di waktu yang pas. Tetapi dengan catatan, jangan jadi lupa diri dan jadi sombong. Ilmumu bagikan, tetapi tetap rendah hati. Ini penting dicatat saat kita memilih terjun berkarya lewat sosial media dan giat di sosial media," ungkapnya.

Bernard mengemukakan, saat dia memutuskan menjadi konsultan digital branding, maka ia memposisikan klien sebagai dirinya sendiri yang bekerja secara profesional dalam pemasaran secara online.

"Konsumen menjadi target. Bagaimana mencapai target yang dibutuhkan dalam berbisnis? yaitu dengan mengetahui apa produk kita, bagaimana kualitasnya, target pasarnya harus jelas, lalu kita akan berusaha bagaimana supaya diterima pasar. Saya memposisikan diri bahwa usaha klien saya adalah usahaku, produknya adalah produkku. Saya turut campur tangan secara profesional di dalamnya," tutupnya percaya diri. (chy/bp)


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler