Kisah Wulan yang Bahagia Bisa Jadi Peksos Lansia

Selasa, 25 Mei 2021 – 19:41 WIB
Nawulan, karib disapa Wulan menjadi Peksos sejak awal menjadi pegawai di BRSLU Budhi Dharma Bekasi pada 1995, lalu diangkat Peksos definitive 2013. Foto: Kemensos

jpnn.com, JAKARTA - Perlindungan dan perawatan bagi para lanjut usia (lansia) merupakan tanggung jawab bersama, tak hanya dibebankan pada negara.

Kementerian Sosial melalui Unit Pelaksana Teknis BRSLU Budhi Dharma Bekasi melakukan pelayanan lansia oleh Sumber Daya Manusia (SDM) kesejahteraan Sosial, Pekerja Sosial (Peksos).

BACA JUGA: Kemensos Terima Donasi Rp 100 Juta dari Victoria Community Church untuk Penanganan Bencana NTT

Peksos merupakan pekerjaan yang perlu didasari panggilan hati, sebab melayani lansia butuh kesabaran dan ketelatenan, salah satunya sosok Peksos, Nawulan.

Nawulan, karib disapa Wulan menjadi Peksos sejak awal menjadi pegawai di BRSLU Budhi Dharma Bekasi pada 1995, lalu diangkat Peksos definitive 2013.

BACA JUGA: Peringati HLUN, Kemensos Tekankan Peran Penting Keluarga

Bahkan, pekerjaan melayani para lansia sudah dilakukan jauh sebelum resmi diangkat dan memiliki Surat Keputusan (SK) sebagai Peksos.

"Semua pekerjaan Peksos dilakukan mulai asesmen awal untuk mengetahui latar belakang keluarga, alasan lansia dititipkan di Balai hingga terminasi, baik kembali pada keluarga atau meninggal, " ujar Wulan di Bekasi, Selasa (25/5).

BACA JUGA: Akselerasi Reformasi Birokrasi, Risma Ingin Genjot Kualitas SDM Kemensos

Wulan mengaku tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas, sebab tergantung niat dan terpenting harus tulus serta menganggap seperti orang tua sendiri.

Dia menuturkan untuk menjaga lansia tetap produktif, sebagai pekerja sosial terus memberikan motivasi agar tetap menjaga kesehatan dan ikut kegiatan di balai agar tidak bosan.

Balai menyiapkan kegiatan, seperti olahraga, keterampilan di antaranya membuat ecoprint, mengolah kripik singkong, membuat kerajinan tudung saji dan telur asin, juga ada keagamaan serta agrowisata.

"Juga, ada kegiatan keterampilan yang bernilai ekonomis dan bisa mendapatkan uang hasil penjualan hasil keterampilan tersebut, " terang Wulan.

Selain itu, tersedia wahana menyalurkan kreatifitas Sentra Kreasi Stensi (SKA) di dalam dalam Balai serta mengikutsertakan produk hasil lansia pada pameran dan bazar.

Menurutnya, pengalaman yang paling berkesan selama menangani para lansia, yaitu pada saat melihat mereka sehat, ceria, serta bahagia.

"Perasaan sedih saat ada lansia meninggal atau kembali ke keluarganya, sebab saya sudah menganggap seperti orang tua sendiri, " tutur ibu tiga anak ini.

Ke depan, bagi lansia yang memiliki keluarga agar dijaga dan disayangi, serta dirawat sebab Balai merupakan pilihan terakhir.

"Bagaimanapun kondisi keluarga, lebih baik menjaga lansia di dalam keluarga, surga di bawah telapak kaki ibu," pungkas Wulan.

Kasubbag TU BRSLU, Dewi menyatakan family support guna memaksimalkan peran keluarga dan mengingatkan anak agar bahwa merawat orang tua adalah kewajiban.

"Jadi, Balai hanya membantu dan terbaik bisa kembali ke keluarga," tegas Dewi. (jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler