jpnn.com - Yanti (35) tega menjual anak bungsunya, H, yang baru berusia 2 tahun kepada orang kaya warga Batam. Seperti apa sebenarnya kehidupan ibu empat anak itu?
---
BACA JUGA: Bingung tak Punya Uang, Bu Yanti Jual Anaknya Sebegini
Penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Palembang resmi menahan Yanti yang ditangkap sejak 9 November lalu.
Tak hanya itu, Sri (41), tetangganya juga jadi tersangka. Keduanya terbukti menjual H, anak kandung Yanti.
Latar belakang kehidupan Yanti yang memprihatinkan secara ekonomi untuk sementara ini jadi alasan dia menjual anaknya kepada orang lain.
Warga Jl Ratu Sianum, Lr Nangka, RT 39 , Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan IT II Palembang itu menawarkan H kepada sang pembeli seharga Rp25 juta.
“Tapi aku hanya dapat Rp10 juta,” ucap Yanti yang dibincangi di ruang Unit PPA.
Sisanya, Rp10 juta untuk Sri dan Rp5 juta lainnya untuk Abok, seorang tukang ojek. Yanti yang kini sedang hamil lima bulan mengaku terpaksa melakukan itu karena himpitan ekonomi.
“Saya tidak punya uang untuk makan dan bayar kontrakan yang sudah dua bulan menunggak. Sebulan Rp200 ribu,” bebernya. H yang dijualnya merupakan anak bungsu dari empat saudara.
Cerita Yanti, dia sudah dua kali menikah. Hasil pernikahan dengan suami pertamanya, dia mendapatkan seorang anak, Js (11).
Sedang dari suami keduanya, Yanti mendapat tiga anak yakni M (5), Hn (3), dan H (2).
Nah, dengan suami keduanya sekarang, Yanti ternyata sudah pisang ranjang sekitar dua minggu. Karena itulah, dia kesulitan ekonomi untuk makan maupun bayar kontrakan. Meski begitu, dia tak mau disalahkan 100 persen.
Sambil sesekali mencibir ke arah Sri, Yanti yang duduk di kursi plastik mengatakan kalau putra bungsunya itu dijual oleh Sri.
“Anak aku dijual dia nah. Aku cuma dapat uang sedikit,” cetusnya sembari menunjuk Sri yang duduk di lantai beralaskan koran bekas.
Sementara Sri, tak menampik telah mendapatkan bagian Rp10 juta dari hasil penjualan anak Yanti. Ibu dari empat anak itu mengaku kenal dengan Abok yang tinggal di kawasan Kenten sekitar 3 bulan lalu.
Dengan bantuan Abok, dia menjual bayi Yanti kepada seorang wanita yang dipanggilnya “Cece”.
Sri mengungkapkan, setahun lalu dia pernah menjual anak seseorang yang tinggal di daerah Pusri.
“Sudah lama sekali, dulu ibu itu tidak punya uang untuk menebus bayinya di rumah sakit,” sambungnya.
Dari hasil menjual bayi itu, Sri mengaku hanya dapat Rp50 ribu. Sedang uang untuk menebus bayi di rumah sakit Rp400 ribu dan uang untuk ibu bayi Rp1,5 juta.
Sampai saat ini, penyidik Satreskrim Polresta Palembang masih mendalami motif sebenarnya Yanti tega menjual anak kandungnya.
“Apalagi awalnya ada laporan penculikan, ternyata bayi itu tidak diculik,” tutur Kapolresta Palembang, Kombes Pol Wahyu Bintono HB melalui Kasatreskrim Polresta, Kompol Yon Edi Winara.
Kasus ini sendiri masih dalam pengembangan. “Kehidupan tersangka memang miris,” tambahnya.
Hasil penyelidikan lanjutan terungkap kalau Yanti dibantu Sri menjual anaknya senilai Rp25 juta.
Dalam penggerebekan di kontrakan Yanti, petugas mengamankan barang bukti seperti televisi, kasur, sepeda dan lain.
Semua itu diduga dibeli dari uang menjual bayi tersebut. “Namun belum dirinci jumlahnya, mungkin nanti bisa bertambah lagi,” ungkap Yon.
Sejauh ini, suami Yanti tidak mengetahui aksi istrinya memperdagangkan anak bungsu mereka. Penyidik belum menemukan bukti keterlibatan pria itu. Koran ini pun menelusuri kediaman Yanti di Jl Ratu Sianum Lr Nangka.
Tempat tinggalnya berupa rumah dua tingkat semi permanen. Kontrakan itu baru dua minggu disewanya. Di sana dia tinggal bersama suami dan anak-anaknya.
Warga sekitar awalnya tidak mengenal Yanti. Namun setelah penggerebekan oleh polisi, semua jadi tahu nama Yanti.
“Baru dua minggu dia tinggal di rumah itu, tidak lapor kami sebagai RT,” beber ketua RT 39 Abdullah.
Nurma (63) tetangga Yanti mengungkapkan tak kenal dekat dengan ibu penjual anak itu. Seingatnya, Yanti memang baru tinggal di sana sekitar 2 minggu. Saat pindah, dia meihat Yanti hanya membawa satu kasur saja.
“Sebelumnya dia memang tinggal di Jl Cianjur dan itu pun tidak lama. Kemudian pindah ke sini,” bebernya. (chy/wly/ce1)
Redaktur & Reporter : Soetomo