Kisruh Freeport: Jeritan Si Burung Tambang

Senin, 27 Februari 2017 – 14:23 WIB
Aksi solidaritas polemik Freeport. Foto: Radar Timika

jpnn.com - jpnn.com -Polemik operasi pertambangan PT Freeport Indonesia (PTFI) mengundang keprihatinan warga Mimika, Papua. Puluhan warga yang merasa tergerak hatinya terhadap berbagai dampak, sejak penghentian ekspor konsentrat Freeport Januari lalu, berinisiatif menggelar aksi solidaritas dan doa bersama di lapangan Timika Indah, Kota Timika, Sabtu (25/2) mulai pukul 19.00 WIT.

Solidaritas dan doa bersama yang melibatkan seluruh perwakilan agama ini merupakan aksi spontanitas warga. Aksi ini berawal dari sekelompok pemuda penggiat media sosial Facebook. "Kami panitia awalnya tidak saling kenal. Kami saling membagi info ini lewat Facebook, kemudian bertemu dan membuat aksi ini," kata Koordinator Aksi, Rocky Kawer, seperti dikutip dari Radar Timika, Senin (27/2).

BACA JUGA: Curigai Freeport Sembunyikan Mineral Khusus dari Papua

Rocky menyebutkan, mereka merasa terpanggil untuk berdoa agar kisruh Freeport dan pemerintah segera berakhir. Mereka prihatin terhadap nasib karyawan Freeport yang telah dirumahkan dan di-PHK, sebagai akibat dari polemik ini.

"Kami melihat situasi di Timika mulai kurang baik akibat kisruh Freeport. Karena keluarga, orang tua, dan teman-teman kami mulai terdampak pengurangan pekerja," ujar Rocky.

BACA JUGA: Kok Pemerintah di Era SBY Tak Berkutik Hadapi Freeport?

Warga juga mendoakan ribuan pekerja yang telah dirumahkan dan di-PHK, agar diberikan kekuatan dan kesabaran. Begitu juga kepada warga Mimika dan Papua, yang secara umum yang merasakan dampak efisiensi perusahaan.

"Apa pun keputusan dan kesepakatan antara pemerintah dan Freeport nanti, kami berencana untuk kembali menggelar aksi berikutnya lagi," tambah Rocky.

BACA JUGA: JK Sebut Masalah Pemerintah Dengan Freeport Tidak Rumit

Dalam aksi tersebut juga diisi pembacaan puisi berjudul Jeritan Si Burung Tambang, oleh salah satu pemudi Mimika, Borelino Tapadongko. Pembacaan puisi karya Rizal Napitupulu ini semakin membuat warga terharu. (mix/jpnn)

Jeritan Si Burung Tambang

Puluh ribuan sang buruh yang bukan burung puyuh

Tatapan tajam mengais rezeki di limpahan batu sangar

Dinginnya kabut tebal bukan penghalang

Walau sumsum tulang mulai membeku

Demi asap mengepul sekadar bertahan hidup

Berharap takenjadi peminta-minta dan pengemis

Tak bermimpi menimpakan walau secuil beban di pundakmu

 

Di tengah karya, ombak menderu dan menerjang

Lubang kerongkongan menjadi maut

Sedetik lagi asa hampir mati

Gemetar tapi tidak terasa

Manis terasa pahit

Jerit tangis menggema

 

Kini....

Kupertanyakan kepadamu

Katanya hidup di negeri merdeka, namun benarkah merdeka?

Katanya menyejahterakan, tapi manis di bibir

 

Wahai engkau mata, jika dapat lihat

Wahai engkau telinga bila mampu mendengar

Wahai engkau hati, andai bisa rasa

 

Lilin kecil ini....

Jadi saksi

Engkau masih menerangi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat, Level Kontrak Freeport Bukan di Atas Konstitusi


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler