jpnn.com, JAKARTA - Mantan Pangkostrad Letjen (Purn) Azmyn Yusri Nasution berbicara panjang lebar soal polemik pemindahan tiga patung tokoh penumpas G30S/PKI yang sempat menghiasi Museum Dharma Bhakti Kostrad.
Azmyn menyatakan bahwa dirinyalah yang meminta patung itu dipindahkan.
BACA JUGA: Mantan Pangkostrad Merasa Berdosa soal Patung, Lalu Temui Letjen Dudung
Dalam wawancara dengan Kompas TV yang diunggah ke YouTube, alumnus Akabri 1977 itu mengaku sebagai inisiator pembuatan patung-patung tersebut.
Namun, Azmyn merasa berdosa karena telah menginisiasi pembuatan patung untuk melengkapi diorama Peristiwa G30S/PKI di Museum Dharma Bhakti Kostrad tersebut.
BACA JUGA: Letjen Dudung: Saya Ini Panglima Kostrad, Bukan Ulama
"Setelah tua ini, saya banyak merenung, banyak mendengar ceramah, banyak membaca buku tentang agama yang saya anut, agama Islam," ujarnya dalam wawancara yang dipandu Cyndi Sistiarani itu.
"Di dalam agama Islam ini sangat dilarang kami membuat patung, menyimpan patung, apalagi si pembuat atau berinisiatif membuatnya," kata Azmyn.
BACA JUGA: Eks Danjen Kopassus Tanggapi Tudingan Gatot soal TNI Disusupi PKI
Berikut wawancara AY Nasution yang disiarkan akun Kompas TV di YouTube;
Pak Azmyn, apakah betul Bapak pada 30 Agustus datang ke Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman membahas soal patung tokoh TNI di Museum Kostrad?
Ya, betul. Saya tanggal 30 Agustus datang ke sana untuk silaturahmi sekaligus menyampaikan unek-unek saya tentang patung.
Apa yang Bapak sampaikan ke Pak Dudung?
Saya sampaikan begini, tepatnya begini, saya beritahu ke beliau bahwa dahulu waktu saya menjabat, saya yang membuat dan berinisiatif membuat patung itu. Sebelumnya patung itu tidak ada. Itu tiga buah patung. Tiga jenderal itu.
Jadi, saya sampaikan ke Pak Dudung. Pak Dudung, saya usia sudah 67 tahun. Kemudian setelah tua ini, saya banyak merenung, banyak mendengar ceramah, banyak membaca buku tentang agama yang saya anut agama Islam.
Di dalam agama Islam ini sangat dilarang kami membuat patung, menyimpan patung, apalagi si pembuat atau berinisiatif membuatnya, itu dosa sangat besar. Ini menganggu pikiran saya. Jadi sebelum saya terganggu, saya sampaikan ini ke Pangkostrad. Alhamdulillah disambut positif oleh Pangkostrad.
Apa yang disampaikan Pak Dudung kepada Bapak waktu itu?
Mula-mula dia berpikir, apa betul dosanya seperti itu dalam agama Islam. Saya jelaskan, "iya betul". Pengetahuan saya seperti itu.
Kalau begitu, saya (Dudung, red) penuhi itu. Saya bersyukur. Alhamdulillah, karena beliau tidak sendiri di situ, ada wakilnya, ada stafnya.
Tanggal 30 Agustus Pak Azmyn bersilaturahmi dengan Pak Dudung menyampaikan unek-unek, direspons positif, pembongkaran kapan?
Itu tidak lama setelah itu.
Bapak Azmyn ikut pembongkaran?
Jangan bilang dibongkar. Kalau dibongkar itu tertanam di situ, terus dibongkar, diangkat. Orang itu bisa dipindah-pindah. Jangan terlalu bombastis berita kalian itu. Bayangan orang kalau dibongkar rumah dibongkar. Itu masih utuh semua.
Ada tiga patung yang sesuai permintaan Pak Azmyn dipindah. Apakah ada yang berubah di Museum Kostrad itu?
Setahu saya tidak ada. Yang berubah patung itu saja. Patung itu tidak di situ lagi atas permintaan saya. Bukan Kostrad yang mau patung tidak di situ. Saya pribadi yang minta. Jangan tuding-tuding instansi konstrad. Jangan. Saya yang minta itu. Kenapa itu tidak ada di situ? Saya yang minta itu tidak di situ.
Inilah yang kami minta klarifikasi ke Pak Azmyn. Ini apakah baru pertama kali disampaikan ke media?
Betul, baru ini.
Artinya ini alasan pribadi Pak Azmyn?
Supaya masyarakat jelas. Jangan ada pikiran macam-macam. Jangan bias ke mana-mana. Memang inilah. Ini saya sampaikan dan saya minta itu.
Tidak ada tendensi atau alasan lain selain alasan pribadi dan agama?
Tidak ada. Jadi, jangan berpikir negatif.
Pak Azmyn, setelah permintaan diwujudkan dengan memindahkan tiga patung, akhirnya muncul polemik. Bapak menyangka akan terjad polemik seperti ini?
Tidak. Tidak sama sekali. Sama sekali tidak meyangka bisa berkembang seperti ini.
Jadi, ketika pertama kali muncul polemik sampai berujung tudingan TNI disusupi komunis karena ada pemindahan tiga patung, apa yang ada dipikiran Bapak saat itu?
Tudingan itu saya kira terlalu dangkal, ya, mengaitkan patung lalu TNI disusupi. TNI itu institusi besar. Jangankan itu, saya pensiunan TNI masuk ke markas saja ditahan. Mau penyusupan, itu analisis dangkal saya kira. Janganlah. Jangan seperti itu. Kalau mau menganalisis itu dilihat data lengkap dahulu informasi, cek dahulu. Check, recheck di tentara biasa itu. Check, recheck, dan check again. Kalau sudah pasti betul, baru berikan tanggapan.
Check, re-check, dan check again?
Betul. Siapa pun kita, sebelum berpendapat apalagi yang memengaruhi orang banyak, check recheck, dan check again.(ast/jpnn)
Redaktur : Antoni
Reporter : Aristo Setiawan