Klaster Rotan Trangsan Mendunia Berkat Pemberdayaan BRI, Begini Kisah Perjalanannya

Rabu, 24 Juli 2024 – 08:42 WIB
Perkembangan pengolahan rotan di Trangsan cukup pesan hingga desa ini dinobatkan sebagai sentra industri penghasil kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah dan kedua di Indonesia. Foto: Dokumentasi BRI

jpnn.com, SUKOHARJO - Desa Trangsan yang terletak di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, memiliki sejarah panjang terkait pengolahan rotan hingga menjadi produk-produk rumahan yang bermanfaat.

Industri rotan di Trangsan sudah dimulai sejak hampir seabad yang lalu dipelopori oleh Ki Demang Wongsolaksono.

BACA JUGA: Cara Unik BRI Peringati Hari Anak Nasional, Ajak Murid SD Belajar Tanam Hidroponik

Perkembangan pengolahan rotan di Trangsan cukup pesan hingga desa ini dinobatkan sebagai sentra industri penghasil kerajinan rotan terbesar di Jawa Tengah dan kedua di Indonesia.

Hanya saja, pada 2005 terjadi penurunan produksi secara drastis akibat pengrajin yang kesulitan mendapatkan bahan baku rotan disebabkan lonjakan harga di pasar internasional.

BACA JUGA: Setor Dividen Terbanyak, BRI Buktikan Bisa Jalankan Economic-Social Value Secara Simultan

Mengatasi persoalan ini, Pemkab Sukoharjo membentuk klaster Rotan Trangsan.

Hingga saat ini, terdapat lebih 200 orang yang menjadi anggota klaster rotan di Desa Trangsan.

BACA JUGA: Cegah Serangan Siber, BRI Terapkan Strategi Penguatan Keamanan Digital

Hanya saja, perjalanan dari klaster rotan di desa tersebut nyatanya tak selamanya berjalan dengan mulus.

“Terkadang ada beberapa anggota yang mengeluhkan soal dana dan semangat dalam berproduktivitas," ungkap Agung, Ketua Badan Usaha Milik Desa Trangsan.

Menyikapi persoalan tersebut, Agung yang juga anggota kelompok rotan Trangsan mengusulkan ke Pemkab Sukoharjo untuk mengadakan pelatihan-pelatihan dan studi banding.

Melalui kegiatan tersebut, dia berharap dapat meningkatkan produktivitas para pengrajin di Trangsan.

Dari bahan baku rotan, para anggota klaster di desa ini berhasil menciptakan berbagai barang-barang fungsional maupun handicraft dengan nilai estetika yang tak kalah saing.

Mulai dari bingkai cermin, kursi, meja, tas, tempat tidur, tempat koran, dan lainnya.

Dari berbagai produk yang dihasilkan, penjualan dilakukan ke pasar lokal dan pasar ekspor ke beberapa negara dari benua Amerika, Eropa, Asia hingga Australia.

"Sementara untuk kerajinan yang diekspor ini kebanyakan merupakan produk mebel,” terang Agung.

Agung mengungkapkan omzet kotor yang didapatkan dari penjualan tersebut pun terbilang cukup besar.

Jika sedang ramai, klaster rotan ini bisa menjual hingga 400-600 kontainer per bulan.

Jika satu kontainer untuk mebel bisa di kisaran Rp 100-150 juta.

"Kalau handicraft itu satu kontainernya bisa sampai Rp 400 juta,” bebernya,

Perkembangan yang dialami oleh klaster rotan di Desa Trangsan tak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan BRI.

Klaster Rotan Trangsan tak hanya mendapatkan pendanaan usaha, tetapi juga mendapatkan pemberdayaan melalui program Klasterkuhidupku dari BRI.

BRI melalui program Corporate Social Responsibility BRI Peduli juga menyalurkan bantuan peralatan usaha bagi Klaster Rotan Trangsan dalam rangka mendukung produktivitas dan pengembangan usaha.

Menurut Agung, peralatan usaha ini tentu sangat menunjang proses pengolahan rotan.

"Berbagai alat yang diberikan, kemudian dibagikan ke beberapa pengrajin rotan yang juga anggota dari Klaster Rotan Trangsan,” bebernya.

Terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan program Klasterkuhidupku yang digagas BRI merupakan wadah yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya.

Melalui pemberdayaan dan pendampingan dari BRI tersebut, pelaku UMKM dapat mengembangkan produknya dan memperluas usaha.

Supari menegaskan BRI berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha saja, tetapi juga berupa pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya sehingga UMKM dapat tumbuh dan tangguh.

Supari berharap kisah Klaster Rotan Trangsan dapat menjadi cerita inspiratif yang bisa ditiru oleh pelaku UMKM di daerah lain. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler