jpnn.com, JAKARTA - Kemententerian Lingkuhan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong masyarakat cermat dalam mengelola sampah mulai dari pemukiman hingga tempat pembuangan akhir.
Hal itu juga bertepatan dalam memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada 21 Februari sebagai konstelasi perjalanan panjang sistem pengelolaan sampah di Indonesia.
BACA JUGA: KLHK Ajak Masyarakat dan Dunia Usaha Bergotong Royong Bersihkan Sungai Ciliwung
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan masyarakat di Indonesia saat ini masih belum terbiasa memilah sampah sehingga pemerintah harus bekerja keras.
"Nantinya, agar sampah yang belum dipilah tetap bisa digunakan untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat," ujar Rosa dalam konferensi pers di kantor KLHK, Rabu (1/2).
BACA JUGA: Penyelesaian Masalah Kawasan Hutan Tidak Ada Pidana, Begini Penjelasan KLHK
Selain itu, Indonesia menargetkan penurunan tingkat emisi gas rumah kaca dari sektor limbah sebesar 40 metrik ton setara karbon dioksida pada 2030 melalui upaya sendiri dan 43,5 metrik ton melalui dukungan kerja sama internasional.
"KLHK telah menyusun rencana aksi pencapaian zero waste dan zero emission dari subsektor limbah padat atau sampah sebagai bagian dari upaya mencapai target pengurangan emisi tersebut," katanya.
Untuk itu, KLHK berupaya meningkatkan pengelolaan seluruh TPA untuk mengimplementasikan metode pengelolaan controlled atau sanitary landfill melalui pemanfaatan gas metan pada 2025.
KLHK juga menargetkan larangan pembangunan TPA baru mulai 2030 dengan penggunaan TPA eksisting akan dilanjutkan hingga masa operasional selesai serta menambang sampah sudah mulai dilakukan dan tidak ada pembakaran liar mulai tahun 2031.
"Pemerintah juga mengoptimalkan fasilitas pengolahan sampah seperti PLTSa, RDF, SRF, biodigester dan magot untuk sampah biomassa, operasional TPA diperuntukkan khusus sebagai tempat pembuangan sampah residu pada 2050," tegas Rosa.(mcr28/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari