jpnn.com, JAKARTA - Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, menggandeng Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) menciptakan disinfektan alami, yang terbukti sangat aman bagi kesehatan manusia dan ramah lingkungan.
Produk bernama Deasep itu bermula diciptakan atas kekhwatiran penelitian akan kandungan disenfektan di pasaran yang mengandung bahan berbahaya bagi kulit.
BACA JUGA: Sudah Rindu Wisata Alam? KLHK sudah Buka Taman Nasional Lagi, Ini Penjelasannya
Apalagi pada saat pandemi Covid-19, disinfektan sering kali digunakan untuk mensterilkan berbagai fasilitas umum.
Kepala Bidang Pengembangan Data dan Tindak Lanjut Penelitian KLHK Adison mengatakan, produk tersebut telah diuji coba di salah satu laboratorium KLHK. Dan hasilnya sangat aman bagi masyarakat.
BACA JUGA: Awas! Jangan Semprotkan Cairan Disinfektan di Motor
"Ibu Menteri Siti Nurbaya sejak dulu mendorong agar bisa ditemukan produk alami seperti ini dan syukurlah sekarang sudah ada Deasep yang diteliti sangat aman bahkan jika dikonsumsi," ujar pada saat peluncuran produk disinfektan di Hotel Harris Jakarta, Rabu (1/7).
BACA JUGA: SIMONTANA KLHK Masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2020
Dia menambahkan, produk mengandung 25 persen asam cuka, 1 persen serai sebagai pewangi alami serta 74 persen air. Sehingga, ia menjamin disinfektan Deasep ramah lingkungan.
"Jadi dari jumlah 100 persen cairan itu, 25 persen itu asam, kemudian 1 persen itu adalah sereh, sereh itu tidak lain sebagai pewangi itu alami sekali kemudian 74 persen adalah air. Sungguh ramah lingkungan," jelasnya.
Menurut Adison, peneliti badan kesehatan dunia WHO pun menyebutkan bahwa disinfektan dengan kandungan alkohol mengandung senyawa logam berat bisa berbahaya di masa depan.
Tidak hanya kulit iritasi, tetapi juga kanker kulit. Selain itu juga dapat mengakibatkan kanker paru-paru jika terhirup dalam jangka waktu lama.
Produk Deasep, lanjut Adison, memang memiliki warna coklat keruh seperti teh dan berbau alami. Adapun, penemuan dan pemanfaatan cuka kayu ini bukanlah hal baru.
Menurutnya, cuka kayu kerap digunakan sebagai pengawet ikan.
"Jadi kami membuat penelitian pada 2006 kami temukan reaktor. Setelah kita lakukan datanglah asam cair. Pada saat itu, formulanya terbatas hanya untuk pengawetan ikan dan sebagainya," ungkapnya.
Untuk penggunaan produk ini bisa dilakukan di out?door maupun in?door yang diklaim efektif memerangi Covid-19.
Produk ini sudah bisa didapatkan melalui Koprabuh dengan banderol Rp 120 ribu per liter. (mg9/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian