KLHK Luncurkan Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah

Senin, 16 September 2019 – 15:10 WIB
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati. Foto: dok KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK meluncurkan program Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah di Gelora Bung Karno, Jakarta (15/9). Peluncuran program tersebut diikuti oleh sekitar 1.000 peserta yang berasal dari sejumlah kementerian dan lembaga, organisasi masyarakat, komunitas dan masyarakat umum.

Gerakan pilah sampah merupakan lanjutan dari gerakan minim sampah yang sudah terlihat masif di masyarakat guna memastikan sampah yang tidak terkurangi bisa dipilah, dikumpulkan dan diangkut ke tempat pengolahan dan pemrosesan akhir.

BACA JUGA: Menteri LHK Ungkap Fakta Kasus Bonita, Si Harimau Sumatera

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, semua pihak bisa memulai dengan hal-hal yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan memilah sampah mulai dari rumah masing-masing.

"Kegiatan ini penting untuk melindungi bumi dari kerusakan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar,” ujar Vivien.

Menurut Vivien, perlu ada tindakan dan perbuatan nyata untuk merubah pola pikir, gaya hidup dan budaya di kalangan masyarakat untuk mengelola sampah lebih baik untuk dapat menjaga keberlanjutan kehidupan.

Data KLHK menunjukkan jumlah timbulan sampah di Indonesia secara nasional sebesar 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun. Komposi sampah tersebut diantaranya sampah organik (sisa makanan dan sisa tumbuhan) sebesar 50 persen, plastik sebesar 15 persen, dan kertas sebesar 10 persen. Sisanya terdiri dari logam, karet, kain, kaca, dan lain-lain.

Dari total timbulan sampah plastik, yang didaur ulang diperkirakan baru 10-15 persen saja, 60-70 persen ditimbun di TPA, dan 15-30 persen belum terkelola dan terbuang ke lingkungan, terutama ke lingkungan perairan seperti sungai, danau, pantai, dan laut. Persoalan lainnya timbul karena tercampurnya sampah organik dan sampah anorganik sehingga menimbulkan kesulitan baru untuk mengelolanya.

Melihat profil pengelolaan sampah nasional, sumber sampah yang utama dihasilkan dari rumah tangga sebesar 36 persen. Selanjutnya pasar serta perniagaan memberikan kontribusi timbulan sampah sebesar 38 persen dan sisanya 26 persen berasal dari kawasan, perkantoran dan fasilitas publik.

Vivien menekankan, pengelolaan sampah di sumbernya menjadi sangat penting untuk mengurangi beban pengelolaan di hilir. “Untuk itu perlu ada euforia revolusi mental pengelolaan sampah dengan merubah perilaku. Kita tidak boleh terus menggantungkan kepada petugas kebersihan dan pemulung. Kita juga harus mengambil tanggung jawab untuk menjaga kebersihan mulai dari diri sendiri, mulai dari rumah sendiri dengan menerapkan prinsip mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah di tempat masing-masing,” tandas Vivien. (cuy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler