jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan resmi mencabut masa Status Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) pada tahun 2017 di tujuh provinsi. Tujuh provinsi yang dimaksud adalah Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Aceh, dan Kalimantan Tengah, Riau dan Kalimantan Selatan.
Pencabutan siaga darurat dilakukan secara bertahap. Dua provinsi terakhir yang mengakhiri masa siaga darurat adalah provinsi Riau dan Kalimantan Selatan yang berakhir pada 30 November 2017.
BACA JUGA: Pentingnya Kajian Ilmiah Untuk Pengendalian Perubahan Iklim
Sedangkan untuk lima provinsi rawan karhutla lain yaitu Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Aceh, dan Kalimantan Tengah sudah berakhir pada September dan Oktober yang lalu.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, KLHK, Raffles B Panjaitan menyampaikan bahwa keberhasilan pengendalian karhutla tahun ini merupakan hasil upaya yang optimal dalam pencegahan dan penanganan dini karhutla.
BACA JUGA: Menteri Siti: Mari Pertahankan Reputasi Perkayuan Indonesia
“Kondisi yang terkendali pada tahun ini tidak menjadikan kita lengah dalam mengantisipasi karhutla di tahun-tahun mendatang. Langkah-langkah antisipasi yang sudah baik yang dilakukan pemerintah dengan dukungan masyarakat perlu terus ditingkatkan. Strategi yang mantap serta kerja bersama segenap komponen bangsa menjadi kunci penting untuk mewujudkan Indonesia bebas karhutla”, ujar Raffles.
BACA JUGA: KLHK Sosialisasi Aplikasi Online Pelaporan Karhutla
Pada tahun 2017, tujuh wilayah rawan karhutla tersebut hanya menetapkan sebatas status siaga darurat akibat karhutla, dan tidak sampai pada tingkat tanggap darurat. Hal ini karena kondisi potensi dan kejadian karhutla terkendali.
Intensitas karhutla di wilayah Indonesia tahun ini mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2016 dan tahun 2015, begitu juga pantauan hotspot.
Beberapa parameter yang menjadi acuan penentuan status siaga dan kedaruratan karhutla, antara lain : penurunan kejadian karhutla, pantauan hotspot, tidak adanya asap akibat karhutla, kondisi kualitas udara yang cukup baik, jarak pandang yang masih masuk kategori baik. Selain itu juga didukung oleh kondisi cuaca yang mencakup kondisi jumlah hari tanpa hujan, curah hujan, dan El Nino yang tidak memberikan dampak pada terjadinya karhutla.
Status siaga dan darurat akibat karhutla ini ada empat tingkatan, yaitu siaga 3 atau normal, siaga 2, siaga 1, dan tanggap darurat. Setiap tingkatan status siaga akan membutuhkan penanganan dan tindakan yang berbeda-beda. Semakin tinggi status siaga maka semakin tinggi intensitas tindakan-tindakan penanganan karhutla yang dilakukan.
Sementara itu, pantauan hotspot pada Posko Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan pukul 21.00 WIB (30/11/2017), tidak terpantau hotspot pada satelit NOAA, sedangkan pantauan satelit TERRA AQUA (NASA) terpantau dua hotspot di Provinsi Papua.
Dengan demikian, selama 1 Januari - 30 November 2017 berdasarkan satelit NOAA terdapat 2.553 titik, setelah tahun sebelumnya sebanyak 3.789 titik, sehingga terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 1.236 titik (32,62 %). Sedangkan total 2.352 titik ditunjukkan Satelit Terra/Aqua (NASA) Conf. Level 80%, setelah tahun 2016 lalu menunjukkan 3.806 titik, sehingga saat ini menurun sebanyak 1.454 titik (38,20 %). (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Siti dan Kenangan Berbaju Korpri
Redaktur : Tim Redaksi