KMP Digembosi, Prabowo Kok Lembek Belum Berani Tampil?

Selasa, 08 September 2015 – 18:22 WIB
Prabowo Subianto. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Bergabungnya Partai Amanat Nasional (PAN) dengan pemerintah dan kencangnya serangan terhadap Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang hadir di acara jumpa pers Donald Trump di New York Amerika Serikat, dianggap sebagai alat untuk menggembosi kekuatan oposisi, Koalisi Merah Putih (KMP).

Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Muhammad Budyatna, cara ini sedang intensif digunakan kekuatan penguasa. 

BACA JUGA: Masih Abu-Abu, PAN Bisa jadi Strategi KMP Curi Kursi di Pemerintahan

"Itu cara penguasa mempreteli kekuatan KMP yang mendeklarasikan diri sebagai kekuatan penyeimbang pemerintah," kata Budyatna, Selasa (8/9).

Masalahnya ujar Budyatna, Prabowo sebagai 'petinggi' di KPM tidak bereaksi. Ini bisa membuat pendukungnya apatis karena figur yang diharapkan bisa mengkritik pemerintahan malah diam.

BACA JUGA: E-PUPNS, Sosialisasi Kurang tapi Sudah Ngadat

"Sudah jelas satu-persatu kekuatan KMP dipreteli, Prabowo kok malah jadi lembek. PAN itu lari di samping memang pragmatis ingin mendapatkan kursi menteri, tapi bisa juga lari karena intimidasi dan ketua umumnya diduga juga punya kasus hukum," tegasnya.

Demikian juga halnya dengan isu pelanggaran etika yang dilakukan Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Menurut Budyatna, gencarnya kecama dari blunder pimpinan DPR itu adalah sebuah gerakan untuk melemahkan KMP. 

BACA JUGA: Komisioner KPU Kepahiang Ditusuk Mr. X, Polisi Diminta Cepat Tanggap

"Ini sebenarnya salah KMP juga memilih Setya Novanto jadi Ketua DPR, sebab Setya diduga banyak kasus sehingga mudah dimainkan untuk menjatuhkannya. Jadi isu mereka dengan Donald Trump bagian dari upaya mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap KMP," tegasnya.

Budyatna juga mengingatkan, diamnya semua gerakan mahasiswa dan rakyat juga merupakan gambaran tidak adanya pemimpin yang berani tampil untuk menggerakan mereka. 

"Dalam sejarah Indonesia, rakyat tidak mungkin bergerak sendiri, harus ada seorang tokoh yang berani tampil melawan ketidakadilan. Jadi kalau saa ini semua elemen masyarakat diam, yah karena tidak ada tokoh yang mau memimpin. Di sini seharusnya Prabowo tampil," pungkasnya.(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima TNI Warning Pesawat Tempur Singapura tak Langgar Wilayah Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler