jpnn.com - JAKARTA - Kepala Investigasi Air Asia yang ditunjuk oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Mardjono Siswosuwarno tengah mendalami kemungkinan lain penyebab jatuhnya pesawat naas itu.
Akademisi asal Instittut Teknologi Bandung (ITB) itu tengah berada di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk meneliti puing-puing pesawat Air Asia QZ 8501.
BACA JUGA: Pembicaraan di CVR AirAsia Bagus, Tak Ada Suara Teroris
"Sedang mengumpulkan data-data pendukung saja. Melihat potongan atau apa puing-puing ekor," urainya.
Dari potongan-potongan tersebut, lanjut dia, akan dapat diketahui posisi jatuhnya pesawat atau bagaimana cara pesawat menyentuh air.
BACA JUGA: Wow...Jenis Narkoba yang Dikonsumsi Christoper Rp 36 Juta per Gram
Dengan demikian, akan dapat disingkronkan dengan data dari Black Box untuk mengetahui kondisi pesawat saat terbang.
Saat ditanya apa yang telah ia peroleh, Mardjono enggan membeberkan. Ia mengatakan, penjelasan sementara terkait hasil investigasi akan diberikan oleh pihak KNKT pada Senin (26/1) depan.
BACA JUGA: Lakukan Afirmasi agar Honorer K2 Tak Lulus Tes Bisa Jadi CPNS
Kendati demikian, ia menekankan bahwa tidak akan ada penjabaran terkait hasil rekaman dari CRV. "Tunggu saja," tegasnya.
Untuk saat ini sendiri, fokus penyelidikan tengah diarahkan pada sistem pesawat dan reaksi pilot akan cuaca buruk.
Hal itu tentu langsung mengarah pada pernyataan Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan sebelumnya, yang menyatakan adanya kemungkinan Stall pada pesawat.
Stall adalah kondisi dimana gaya angkat pesawat terbang turun secara tiba-tiba akibat aliran udara tidak mengalir mulus. Istilah ini biasa dipakai untuk aerofoil pada sayap.
Meski pernyataan tersebut akhirnya dibantah kembali kemarin. "Saya enggak jelaskan itu stall. Saya bilang, kalau jatih pasti jatuh. Kalau enggak stall, nggak jatuh dong," jelasnya saat ditemui di sela-sela rapat bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR kemarin.
Dalam kesempatan itu, mantan Dirut PT KAI itu menuturkan jika pesawat berpenumpang 162 orang itu memang melakukan beberapa maneuver. Pesawat Air Asia QZ 8501 itu naik dengan kecepatan tinggi, yakni 6000 feet per menit.
Sampai akhirnya, pesawat mencapai ketinggian 38 ribu feet sebelum akhirnya hilang kontak. Hal itu diakuinya cukup mengagetkan, karena diluar kebiasaan pesawat komersil. Bahkan, hanya bisa dilakukan oleh jet tempur.
"Biasanya nggak mampu segitu. Apalagi nggak pakai tabung oksigen segala macem," tuturnya.
Kendati demikian, Jonan masih belum berani berandai-andai atas penyebab dan posisi jatuhnya pesawat tipe air bus itu. Ia meminta semua bersabar menunggu hasil penyidikan dari KNKT. (mia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima TNI: Jangan Takut Berbuat Baik Walau Dicaci Maki
Redaktur : Tim Redaksi