jpnn.com, JAKARTA - Aksi bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5) pagi, dinilai telah mencederai nilai kemanusian.
Untuk itu, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jawa Timur mendukung pemerintah, dalam hal ini Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Polri mengungkap jaringan serta otak di balik peledakan bom di Surabaya itu.
BACA JUGA: Menaker Hanif: THR Paling Lambat H-7 Lebaran
Menurut Ketua KNPI Jawa Timur, Mochammad Nur Arifin, aksi terorisme itu bukan ajaran agama dan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan kepada pemeluknya.
''Segala bentuk tindakan kekerasan, apalagi yang mengatasnamakan agama dengan cara menebarkan teror dan kebencian bukanlah ciri ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Bahkan tidak ada satu pun agama di dunia ini yang membenarkan cara-cara kekerasan dalam kehidupan," kata Mochammad Nur Arifin dalam siaran tertulisnya, Senin (14/5).
BACA JUGA: Kepala BNP2TKI Jemput Nenek Jumanti
''Kami minta aparat bertindak cepat dalam menangani kasus ini, memberikan jaminan keamanan dan rasa aman kepada masyarakat. KNPI mendukung langkah tegas pemerintah memerangi aksi terorisme. Semua OKP pemuda siap dilibatkan secara terpadu, mengingat pasca-ledakan di Gereja masih ada serangan susulan di Sidoarjo dan pagi ini di Mapolrestabes Surabaya," lanjutnya.
Arifin yang juga Wakil Ketua GP Ansor Jawa Timur ini meminta pemerintah melakukan koreksi terkait kebijakan anti-terorisme yang terbukti tidak efektif dalam pencegahan dan penanggulangan aksi kejahatan terorisme, termasuk menyelesaikan Rancangan Undang Undang Terorisme menjadi Undang Undang.
BACA JUGA: Elite Politik Tak Usah Berpolemik Penanganan Terorisme
''Undang-Undang Terorisme perlu segera dituntaskan karena akan menjadi payung hukum penting bagi pemangku kepentingan yang akan terlibat mencegah terorisme dan radikalisme," jelas Arifin.
Plt Bupati Trenggalek, Jawa Timur ini juga mengajak kepada seluruh pemerintah daerah, khususnya di Jawa Timur serta aparat kepolisian agar lebih proaktif memulihkan dan menjaga serta menjamin terciptanya kerukunan antar umat beragama di Jawa Timur.
''Peristiwa ini harus menjadi momentum bagi masyarakat agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan antar kelompok, agama, ras dan suku khususnya di Jawa Timur agar tidak mudah terprovokasi pasca-kejadian bom bunuh diri,'' pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, data sementara korban meninggal dunia akibat serangan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5) pagi menjadi 13 orang. Sedangkan korban luka terdata sebanyak 43 orang dan dirawat di berbagai rumah sakit di Surabaya. (mg7/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yusril: Teror Berlanjut, Negara Bisa Runtuh
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh