Kolektor Rokok Merk Jadul

Sabtu, 26 Januari 2013 – 11:32 WIB
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pandu Djajanto di depan deretan rokok jadul koleksinya. Foto: Yessy Artada/JPNN
JAKARTA- Ada yang menarik dari sosok Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pandu Djajanto. Pria yang memiliki ruang kerja di lantai 11 Gedung Kementerian BUMN di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, itu,  hobi mengkoleksi berbagai jenis merk rokok jaman dulu (jadul) produksi dalam negeri.

Koleksinya itu terpajang rapi di setiap sudut kantor dan masih utuh tanpa ada yang terbuka bungkusnya. Namun jangan berharap akan dapat menemui rokok merk luar negeri. Mengapa? Ya karena sangking cintanya dengan produk buatan Indonesia, Pandu anti mengoleksi merk luar.

Lalu apa alasan Pandu hobi mengkoleksi merk rokok jadul?

Hal itu dia lakukan untuk mengingatkan bahwa ndonesia merupakan bangsa yang cukup lama mengalami penjajahan. Pada masa penjajahan, kata dia, rakyat Indonesia yang bekerja, hanya dikasih upah dengan rokok. Rokok-rokok ini menurutnya, merupakan bagian sejarah yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia.

"Dulu kebodohan orang kita itu dicekokin racun setiap hari, karena orang dipaksa untuk bekerja, tapi hanya menikmati rokok," ujar Pandu di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (25/1).

Sejak tahun 1988, Pandu mulai giat mengkoleksi berbagai macam merk rokok dan saat ini koleksi rokoknya sudah mencapai 83 merk dari 217 pabrikan rokok di Indonesia. Pandu bahkan masih hapal setiap letak rokok berserta merknya. Padahal di ruangannya, ada sekitar sembilan kotak tempat rokok yang letaknya terpisah.

"Rokok yang pertama saya koleksi yaitu bermerk Rokok Pak Tani (Jawa Tengah), Jambu Bol (Jawa Tengah), dan Retjo Pentung (Jawa Timur)," papar Pandu sambil menunjukkan rokok-rokok yang dia maksud.

Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah itu juga mengaku mulai mencicipi rokok sejak duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Dan akhirnya Pandu memutuskan untuk berhenti merokok di tahun 2004.

Berbagai pengalaman menarik dengan berbagai merk rokok pernah dialami Pandu. Bahkan pernah ada yang membujuk Pandu agar mau memberikan salah satu merk rokok yang dia cari selama ini, orang tersebut rela mengoceh kocek hingga jutaan. Padahal harga rokok tersebut tak mencapai puluhan ribu.

Pandu berkisah orang yang ngotot menawar rokok itu tak lain merupakan anak pemilik pabrik rokok yang dulu memproduksi rokok ini. Dan pabrik itu kini telah bangkrut sejak tahun 2008. Rokok itu bermerk Retjo Pentung.

"Anaknya itu (pemilik pabrik-Red) datang ke sini mau ambil produk itu, karena dia tidak punya seri itu. Dia mau beli seharga Rp 5 juta. Padahal saya beli rokok itu Rp 5800 itu tahun 90 an. Dan sampai sekarang rokok itu masih ada di saya," terangnya.

Padahal, untuk mendapatkan rokok langka itu, Pandu harus berkali-kali membujuk sang penjual rokok, karena tadinya sang penjual tidak mau menjual rokok Retjo Pentung itu.

"Harga pasaran rokok itu (Retjo Pentung) Rp 2 ribuan. Dan Saya waktu itu nekat mau beli, karena penjual rokok itu tadinya enggak mau jual, saya tawar dari 3 ribu-4 ribu tetep enggak dikasih. Akhirnya penawaran terakhir Rp 5800. Dan penjual itu enggak tahu kalau pabriknya sudah bangkrut. Saya dapet rokok itu di pasar Rakyat di daerah Pari," urainya.
  
Bahkan demi sebuah merk rokok yang langka lainnya, Pandu rela ke ujung dunia dan ke plosok-plosok daerah terpencil untuk mendapatkannya.

"Dari semuanya, rokok merk 6 yang paling susah saya dapatkan. Pabrik di daerah Jawa Tengah, namun dipasarkannya di Padang," pungkasnya.

Beberapa merk rokok yang ia koleksi diantaranya, Perahu layar, Karsa, Djati, Sejati, Bentoel, Cakra, Elma, Wali Jagat, Tali Jagat, Mansion, Polaris, Pundimas, Klampok, Sabar, Subur, 9 Bintang, Cangkir Kopi, M1, Mitra Lama, Singkar Emas, Bahtera, Cangkir Kopi, Warung Kopi dan masih banyak lagi. Diantara semua merk rokok yang paling menjadi favoritnya adalah rokok merk Cap Semar dan Cap Gentong.

Sementara, rokok buatan "santri" menjadi master piss bagi Pandu, seperti Wismilak, Sejati, Santri, Wuenak Tenan, Satria, Senior, Payung, Asoka, dan lainnya. Selain rokok kretek, Pandu juga mengoleksi beberapa cerutu. Dan Pandu akan tetap mempertahankan koleksi-koleksinya, dan bertekad tidak akan menjualnya. (chi/jpnn)



BACA ARTIKEL LAINNYA... Marzuki: Tangkap Kalau Melawan!

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler