Komentar Guru Besar UGM tentang Cacing Tanah Keluar secara Massal

Selasa, 21 April 2020 – 08:35 WIB
Petugas PMI menyemprotkan cairan disinfektan di rumah warga sekitar kawasan asrama Sekolah Tinggi Teknologi Bethel, Jakarta, Jumat (17/4). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww

jpnn.com, KLATEN - Fenomena cacing tanah muncul ke permukaan tanah secara massal tidak hanya terjadi Solo, Jateng.

Kejadian serupa juga ada di Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jateng.

BACA JUGA: Pertama Kali dalam Sejarah, Harga Minyak AS Hancur Lebur, di Bawah Nol Dolar

Hingga saat ini belum ada penjelasan ilmiah penyebab cacing tanah keluar ke permukaan tanah secara massal. Ada yang menyebut kemungkinan pertanda aka nada gempa bumi.

Namun, ada juga yang menyebut dampak penyemprotan disinfektan yang berlebihan, di masa pandemic virus corona COVID-19.

BACA JUGA: Dengar Kabar Menggemparkan, Khofifah Kirim dr Kohar ke Temboro Magetan

Guru Besar Ilmu Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dra Wega Trisunaryanti MS PhD Eng mengatakan perlu riset lebih lanjut apakah fenomena cacing keluar dari tanah diakibatkan penyemprotan disinfektan.

"Fenomena tersebut harus diteliti secara intensif, untuk mengetahui apakah karena dampak disinfektan atau bukan," ujar Wega saat dihubungi dari Jakarta, Senin (20/4).

BACA JUGA: Menurut Arief, Indonesia Selamat jika Jokowi Copot Sri Mulyani

Sebelumnya, fenomena cacing keluar dari tanah terjadi di Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Kuat dugaan dikarenakan penyemprotan disinfektan yang disemprotkan di daerah itu.


Dia menambahkan penyemprotan disinfektan memang secara berlebihan bisa mematikan bakteri baik yang ada.

Disinfektan dengan kandungan alkohol 70 persen, bisa menyebabkan bakteri mati. Namun tidak hanya bakteri jahat yang mati, tapi bakteri baik yang bermanfaat juga ikutan mati.

Misalnya bakteri pembusuk sampah yang berfungsi untuk menguraikan sampah yang ada. Jika bakteri tersebut mati, maka dikhawatirkan sampah-sampah yang ada sulit untuk terurai.

Wega menambahkan bakteri yang ada di alam lebih banyak yang bermanfaat dibandingkan yang jahat. Untuk itu penyemprotan disinfektan harus dilakukan secara berkala dan tidak berlebihan.

Ia juga meminta masyarakat untuk tidak sembarangan menggunakan disinfektan.

Lagi pula, belum ada penelitian yang mengatakan bahwa penyemprotan disinfektan biasa bisa membunuh COVID-19. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler