jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah Anggota Komisi IV DPR RI menolak rencana pemerintah melalui Kementerian Perdagangan melakukan impor 1 juta ton beras.
Penolakan ini terungkap dalam rapat kerja Komisi IV DPR dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (18/3).
BACA JUGA: Soal Rencana Impor Beras, Begini Penjelasan Mendag
Awalnya Mentan Syahrul memaparkan penghitungan ketersediaan stok beras menjelang Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan.
Mentan menyampaikan rangka menjaga kecukupan pangan pokok beberapa bulan ke depan, pihaknya telah membuat penghitungan meliputi data stok tahun sebelumnya, perkiraan produksi dalam negeri, perkiraan impor dan perkiraan kebutuhan pangan masyarakat.
BACA JUGA: GNPF Ulama dan PA 212 Cs Bergerak, Edward Candra Meminta Jangan Anarkistis
Menurut Syahrul, hasil prognosa neraca pangan pokok sampai bulan Mei 2021 diperkirakan dalam keadaan cukup.
"Beras diperkirakan akan surplus 12,56 juta ton, begitu juga jagung surplus 3,40 juta ton. Khusus beras surplus yang terjadi karena pada Maret dan April 2021 ini memasuki panen raya," katanya.
BACA JUGA: Kombes Azis Sebut Bentrokan Antarwarga di Pancoran Dipicu Sengketa Tanah
Paparan Mentan SYL langsung direspons oleh Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Gerindra Renny Astuti. Dia menyesalkan adanya keputusan dan pernyataan dari menteri perdagangan untuk tetap melakukan impor 1 juta ton beras yang diyakini tidak akan mengganggu harga gabah para petani.
“Padahal, fakta di lapangan hampir seluruhnya harga gabah jauh di bawah HPP. Untuk itu kami menyarankan kepada mentan untuk menjelaskan kondisi fakta di lapangan kepada mendag," kata Reni.
Hal senada juga disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin yang menolak adanya rencana impor beras sebanyak 1 juta ton itu.
Keputusan tersebut dinilai sangat kontradiktif dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait stok dan produksi pangan yang menunjukan adanya surplus beras.
"Alasan mendag dan menko perekonomian tidak bisa kita terima secara argumentatif. Kami juga harus berikan apresiasi kepada petani dan Kementan yang sudah menjamin ketersedian pangan dengan baik," ungkap Andi.
Dia juga mengapresiasi upaya antisipasi yang dilakukan Kementan dalam menyerap gabah petani meskipun itu bukan tupoksi utamanya.
BACA JUGA: PSI Tolak Impor 1 Juta Ton Beras, Seluruh Kader Diperintahkan Bergerak
"Saya yakin kerja mentan sudah bagus, kami harus tetap bersinergi. Saat ini kami harus punya kepercayaan diri bahwa petani kita mampu menghasilkan pangan sendiri terutama beras," kata Andi.
Dalam Raker tersebut Mentan Syahrul juga menjelaskan langkah langkahnya untuk menjaga pasokan kebutuhan pangan pokok di masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri, maupun pada masa pandemi Covid-19.
Langkah yang diambil Kementan ialah melalui optimalisasi penyediaan pangan dari dalam negeri dan juga mempercepat proses impor untuk komoditas pangan yang belum sepenuhnya dicukupi dari dalam negeri.
BACA JUGA: Spesifikasi Nokia G10 Mulai Terungkap Jelang Peluncurannya
"Seperti kedelai, bawang putih, daging sapi/kerbau dan gula pasir," ucap Syahrul.
Hasil perhitungan per Minggu II Maret 2021 menunjukkan stok beras yang tersimpan di berbagai tempat seperti di Bulog, penggilingan, pedagang, PIBC dan lainnya, totalnya mencapai 6,79 juta ton.
Begitu pula surplus komoditas jagung. Panen pada awal tahun sampai dengan Mei 2021 merupakan puncak siklus panen besar yang setiap tahun selalu terjadi sebagai hasil penanaman awal musim hujan.
BACA JUGA: 3 Blok Hunian Lapas Kena Sidak, Lihat yang Ditemukan Petugas
"Untuk komoditas lain diperkirakan juga akan tersedia dalam jumlah cukup di antaranya komoditas bawang, cabai, daging ayam ras, telur, gula, dan minyak goreng," ujarnya.
Walakin, Syahrul mengakui ada beberapa komoditas pangan yang masih harus impor karena produksi dalam negeri belum dapat memenuhi total kebutuhan masyarakat, seperti kedelai, bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula pasir.
"Kami akan melakukan kerja keras untuk dapat memenuhi kekurangannya," pungkasnya. (cr3/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama