Komite Aksi Migrant Sambangi Istana

Kamis, 18 Desember 2008 – 21:46 WIB
Foto : Rasyid Zainal/JPNN
JAKARTA — Ratusan massa yang tergabung dalam Komite Aksi Migrant Day 2008 menggelar aksi demontrasi ke Istana Negara, Kamis (18/12)Sebelum menuju ke Istana, terlebih dahulu mereka long march dari kantor BNP2TKI menuju ke Istana Negara sejak pukul 10.00 WIB.

Tapi, sayangngnya begitu tiba di depan Monumen Nasional (Monas) tepatnya di depan kantor Departemen ESDM, ratusan massa ini dicegat puluhan personel kepolisian.

Padahal, aksi yang digelar ratusan massa Komite Aksi Migrant Day 2008 yang berasal dari Biro Buruh Migran-KASBI, LBH Jakarta, LBH Buruh Migran-IWORK, IKOHI, JGM, Solidaritas Perempuan, PROGRESIP, PRP itu telah mendapatkan izin dari pihak Polda Metro Jaya Jakarta.

Koordinator Lapangan (Korlap) Komite Aksi Migrant Day, Haris Aritonang dalam orasinya mengatakan, peringatan hari buruh migran se-dunia yang diawali momentum dunia ketika konvensi PBB 18 Desember 1990 lalu

BACA JUGA: FPDIP : Absensi Bukan Ukuran Kinerja DPR

Dimana, telah menetapkan Perlindungan Kaum Migrant dan Anggota Keluarganya, agar terus dijadikan tonggak sejarah perlawanan untuk mendapatkan hak-hak keadilan kaum migran sedunia.

Saat ini, kata dia, jumlah Buruh Migran Indonesia (BMI) yang berada di luar negeri diperkirakan lebih dari lima juta orang
''Setiap tahun, jumlah BMI memang mengalami peningkatan,'' kata Haris Aritonang pada JPNN saat ditemui di sela-sela orasi di depan Monas, Kamis (18/12).

Dijelaskan, ada dua faktor penyebab mengapa semakin banyak BMI ke luar negeri

BACA JUGA: Umumkan Nama-nama Anggota DPR Pemalas

Pertama, faktor internal dari dalam negeri, adanya krisis kesejahteraan yang berkepanjangan, yang ditandai dengan semakin menyempitnya lapangan pekerjaan
Minimnya akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan pangan yang layak dan terjangkau, serta rendahnya kepemilikan tanah bagi para petani di pedesaan dan upah yang sangat rendah, menyebabkan banyaknya tenaga produktif yang dipaksa memilih berbondong-bondong bekerja di luar negeri.

Faktor kedua adalah faktor eksternal, dimana permintaan pasar tenaga kerja murah dari luar negeri yang tinggi dan meningkatnya jumlah devisa yang dihasilkan oleh BMI, serta menyumbang pundi-pundi pendapatan negara

BACA JUGA: Dirjen Lapas Dinilai Sukses Perangi HIV/AIDS

''Peningkatan devisa dan permintaan tenaga murah ini kemudian dikemas oleh pemerintah menjadi paket kebijakan eksport buruh migran,'' ungkapnya.

Namun diakuinya kalau meningkatnya jumlah penempatan setiap tahun berbanding terbalik dengan kualitas perlindungan yang diterima oleh BMIBuktinya, setiap tahun masalah yang menimpa BMI terus berulang, kerja paksa, upah tidak dibayar, penipuan, pelecehan seksual, penganiayaan, kekerasan, deportasi, bahkan meninggal dunia adalah risiko-risiko yang ditanggung oleh BMI ketika bekerja di luar negeri

Malah pada tahun 2008 ini saja, sedikitnya 150 BMI yang telah meregang nyawa ketika bekerja di luar negeri''Lalu mana perhatian dan kepedulian pemerintah terhadap mereka,'' teriak Haris Aritonang.(sid/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hakim Tipikor Batalkan Sidang di TKP


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler