Komite Normalisasi Mulai Goyah

Senin, 18 April 2011 – 06:03 WIB

JAKARTA - Besarnya tekanan terhadap kinerja Komite Normalisasi (KN) membuat komite bentukan KOmite Darurat FIFA itu mulai goyahSelain menghadapi tekanan, juga ada indikasi dari internal KN sendiri belum bisa menyingkirkan ambisi dan kepentingan pribadi dalam menjalankan tugas.

Hal itu diungkapkan salah satu anggota KN, F.X

BACA JUGA: PSM Turun Lagi ke Peringkat 11

Hadi Rudyatmo
Kondisi ini membuat Wakil Walikota Solo itu mulai mempertimbangkan keberadaannya di KN

BACA JUGA: Wenger Tak Terganggu Bos Baru

Rudy, sapaan akrab F.X
Hadi Rudyatmo bahkan tak segan-segan mundur dari anggota KN jika memang cara kerja komite ini tak sejalan dengan yang telah digariskan FIFA

BACA JUGA: Wenger Kehilangan Asisten



"Saya bersedia masuk menjadi anggota KN karena ditunjuk FIFASejak awal saya berkomitmen untuk aktif di KN demi kemajuan persepakbolaan nasionalSaya juga sudah berjanji pada diri sendiri untuk menepikan ego pribadi dan golongan saat bekerja di KN," kara Rudy kepada Radar Solo (Jawa Pos Group/JPNN) kemarin

Menurut Rudy, masih ada beberapa anggota KN yang mengedepankan kepentingan pribadi dan golongannyaMenurut Rudy, dalam amanah FIFA, komite ini tak boleh menggelar pra-kongres atau memilih Komite Pemilihan (KP)Tugas KN adalah menggelar kongres yang sesuai dengan statuta FIFA.

"Dalam instruksi FIFA tak ada prakongres atau pemilihan komisi pemilihan lagiPeran komisi pemilihan ketua dan pengurus PSSI harus dijalankan KNBukan malah KN membentuk komite pemilihan lagiDan ternyata langkah ini juga tak direstui FIFA," ujar Rudy.

Beberapa hal yang membuat Rudy tak sepaham dengan anggota KN lainnya adalah pencabutan sanksi pembekuan terhadap Persema Malang, Persibo Bojonegoro, dan sejumlah figur yang dinilai melanggar aturan disiplin PSSI sebelumnya

"Tidak seharusnya Komite Normalisasi melakukan pencabutan hukuman sesuai SK 01, 53, dan 54Para pelaku tersebut kena hukuman saat kongres PSSI di BaliJadi pencabutannya ya harus lewat kongres yang akan datang, bukannya lewat Komite Normalisasi," bebernya.

Sikap tegas Rudy terhadap keputusan KN ini ditunjukkan dengan memboikot hasil keputusan tersebutImbasnya, Rudy sempat didatangi dan dibujuk oleh salah satu perwakilan KN dari Jakarta di Rumah Dinas Wakil Wali Kota Solo kemarinUtusan ini meminta Rudy agar bersedia menandatangani keputusan KN sebelumnyaNamun, upaya tersebut ditolak oleh Rudy sesuai dengan komitmennya untuk membangun persepakbolaan di Indonesia.

"Orang yang membujuk saya tadi (kemarin) berasal dari salah satu perwakilan dari JakartaDia datang sambil membawa tanda tangan lima anggota Komite Normalisasi lainnyaKalau saya tanda tangani, saya dibilang mencla-mencleIni menyangkut nama baik dan saya tidak mau terjebak dengan intrik-intrik yang sedang terjadiBuat apa saya tanda tangan kalau tidak sesuai hati nurani," jelas Rudy.

Selain menghasilkan beberapa poin penting, rapat KN PSSI juga menelurkan beberapa halYaitu penghapusan hukuman kepada Pengcab PSSI Solo dan PSM Makassar yang terlibat dengan LPISelain itu, KN juga ingin mencabut sanksi hukum kepada Persibo dan Persema, pemain, pelatih, wasit, dan tentunya Arifin Panigoro yang dihukum dalam Kongres PSSI di Bali lalu.

"Masalah Pengcab PSSI Solo dan PSM kan beda, yang memberi sanksi tim Exco (komite eksekutif)Karena Komite Normalisasi juga berlaku sebagai tim Exco, pemutihan tersebut tidak masalahTapi kalau Persibo dan Persema kan yang memberi hukuman PSSI saat kongres di BaliJadi sama sekali bukan wewenang Exco untuk memutihkanHal tersebut hanya bisa dilakukan saat kongres PSSI mendatang, bukan di rapat Komite NormalisasiIni yang saya tidak setuju," jelas Rudy.

Berdasarkan surat FIFA pada 4 April lalu, keputusan KN mengkonversi agenda pertemuan dengan pemilik suara PSSI menjadi kongres pembentukan Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP) pada Kamis lalu (14/4) adalah salahSebab berdasar surat FIFA tersebut KN juga diberi tugas menjadi KPJadi tidak perlu lagi dibentuk KP baruTapi ada indikasi, KN memang tidak bisa berbuat banyak menghadapi tekanan dari mayoritas pemilik suara

Kepada Jawa Pos, ketua KP Harbiansysah Hanafiah bahkan menyatakan tidak masalah jika FIFA menjatuhkan sanksi karena KP dan KBP hasil bentukan kongres 14 April lalu akan terus bekerja menggelar kongres pada 20 Mei mendatang dan tidak mengindahkan instruksi FIFA

"ni keinginan mayoritas suaraFIFA juga tidak selamanya benarKarena itu mereka harus diberi tahu bagaimana kondisi yang sesungguhnya di IndonesiaDan itu adalah tugas Ketua KN, Pak Agum Gumelar yang pada 19 April akan bertemu dengan Presiden FIFA Sepp Blatter,"kata Harbiansyah.

Kemarin, Agum dikabarkan sudah bertolak menuju markas FIFA di Zurich, Swissementara itu, salah satu anggota tim sukses George Toisutta dan Arifin Panigoro mengatakan jika pihaknya akan tetap mendorong KP menggelar kongres meski keberadannya tidak direstui FIFASumber yang namanya tidak mau ditulis itu mengaku sampai saat ini tidak ada wacana dalam timnya untuk mencari pengganti George dan Arifin untuk dicalonkan jika dua figur sentral itu tetap tidak diperbolehkan dicalonkan oleh FIFA ( bersama Nurdin Halid dan George Toisutta).

"Kami tidak pernah membicarakan mencari pengganti Pak George dan Pak ArifinKami sudah mantap mengusung mereka untuk menjadi pemimpin PSSI karena mereka memang menuhi syaratKalau FIFA masih tidak mengijinkan, kami akan mendorong KP untuk tetap menggelar kongres sesuai jadwalFIFA tidak bisa seenaknya saja mengeyampingkan fakta jika kami yang menginginkan perubahan ini jumlahnya mayoritasSilahkan saja FIFA menjatuhkan sanksi," bebernya(ali/tri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Konflik PSSI Vs LPI Harus Diakhiri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler