LABUAN BAJO - Binatang reptile yang sudah menjadi keajaiban dunia, Komodo menerkam dua orang staf Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), Selasa (5/2) sekira pukul 13.00 Wita di Loh Buaya, Pulau Rinca.
Kedua staf BTNK itu adalah staf polisi kehutanan Ahmad Ma’in, 50 dan karyawan koperasi Usman Li, 35. Kedua staf kini sedang dalam penanganan medis Puskesmas Labuan Bajo.
Kepala BTNK Labuan Bajo, Sustyo Iriyono ketika dikonfirmasi Timor Express, Selasa (5/2) menjelaskan kronologis kejadian saat Ahmad Ma’in sedang bekerja sendiri di dalam kantor karena teman-temannya yang lain sedang istirahat untuk makan siang.
Tanpa disadari ada seekor komodo ukuran sedang sekira dua meter masuk. Secara spontan Ma’in naik ke atas meja sambil berteriak minta tolong. Karena panik dan terus berteriak, komodo terus mendekatinya.
Saat Ma’in hendak melompat dan berlari, komodo lebih cepat menyambar kaki kirinya. Selanjutnya terjadi tarik-menarik. Mendengar teriakan, Usman Li bergegas memberikan pertolongan dengan menarik ekor komodo.
Namun, tiba-tiba komodo berbalik dan menyerang Usman Li pada kaki kirinya. Lagi-lagi terjadi tarik-menarik. Sebelum melepaskan kaki kiri Usman Li, komodo sempat menggigit di tiga tempat berbeda.
“Saudara Ma’in trauma karena komodo pernah menggigitnya empat tahun lalu yakni pada 22 Februari 2009. Komodo adalah binatang yang sensitif terhadap teriakan dan gerakan tiba-tiba,” jelasnya.
Dia menlanjutkan, kedua korban telah dievakuasi dengan speed BTNK untuk mendapatkan perawatan sementara di Puskesmas Labuan Bajo.
Menurut rencana, lanjut dia, keduanya akan dibawah ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Bali guna mendapatkan perawatan intensif.
Tidak hanya itu, Iriyono juga berupaya agar keduanya menggunakan fasilitas Askes maupun keikutsertaan Asuransi yang selama ini BTNK usahakan.
Dokter yang merawat kedua korban, dr. Margareth ketika ditanya soal kondisi kedua pasien ini menjelaskan, keduanya tiba di Puskesmas pukul 15.30 Wita dan langsung mendapatkan perawatan. Dari kondisi keduanya terdapat luka gigitan pada betis kiri hingga mata kaki bagian depan dan belakang.
Penananganan medis yang diatangani adalah dengan melakukan evaluasi pendarahan, membersihkan luka-luka yang ada dan menjahit luka serta pemberian anti biotic dan anti tetanus.
Menjawab apakah kondisi pasien dapat diselamatkan mengingat air liur komodo yang mengandung racun membahayakan, Margareth mengaku dari pengalaman selama ini, sejumlah pasien yang pernah digigit komodo saat ditangani Puskesmas Labuan Bajo dapat terbantu dan sembuh.
Akan tetapi semuanya tergantung pihak keluarga pasien, jika ingin merujuk ke Denpasar pun, Puskesmas mempersilahkan. “Ketakutan kita hanya kalau gigitan itu sampai pembuluh darah besar maka pendarahan akan lebih banyak, tetapi kedua pasien ini tidak. Tapi kami persilahkan saja kalau mau rujuk supaya perawatan lebih baik,” ujarnya. (krf5/ito/mas/jpnn)
Kedua staf BTNK itu adalah staf polisi kehutanan Ahmad Ma’in, 50 dan karyawan koperasi Usman Li, 35. Kedua staf kini sedang dalam penanganan medis Puskesmas Labuan Bajo.
Kepala BTNK Labuan Bajo, Sustyo Iriyono ketika dikonfirmasi Timor Express, Selasa (5/2) menjelaskan kronologis kejadian saat Ahmad Ma’in sedang bekerja sendiri di dalam kantor karena teman-temannya yang lain sedang istirahat untuk makan siang.
Tanpa disadari ada seekor komodo ukuran sedang sekira dua meter masuk. Secara spontan Ma’in naik ke atas meja sambil berteriak minta tolong. Karena panik dan terus berteriak, komodo terus mendekatinya.
Saat Ma’in hendak melompat dan berlari, komodo lebih cepat menyambar kaki kirinya. Selanjutnya terjadi tarik-menarik. Mendengar teriakan, Usman Li bergegas memberikan pertolongan dengan menarik ekor komodo.
Namun, tiba-tiba komodo berbalik dan menyerang Usman Li pada kaki kirinya. Lagi-lagi terjadi tarik-menarik. Sebelum melepaskan kaki kiri Usman Li, komodo sempat menggigit di tiga tempat berbeda.
“Saudara Ma’in trauma karena komodo pernah menggigitnya empat tahun lalu yakni pada 22 Februari 2009. Komodo adalah binatang yang sensitif terhadap teriakan dan gerakan tiba-tiba,” jelasnya.
Dia menlanjutkan, kedua korban telah dievakuasi dengan speed BTNK untuk mendapatkan perawatan sementara di Puskesmas Labuan Bajo.
Menurut rencana, lanjut dia, keduanya akan dibawah ke Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Bali guna mendapatkan perawatan intensif.
Tidak hanya itu, Iriyono juga berupaya agar keduanya menggunakan fasilitas Askes maupun keikutsertaan Asuransi yang selama ini BTNK usahakan.
Dokter yang merawat kedua korban, dr. Margareth ketika ditanya soal kondisi kedua pasien ini menjelaskan, keduanya tiba di Puskesmas pukul 15.30 Wita dan langsung mendapatkan perawatan. Dari kondisi keduanya terdapat luka gigitan pada betis kiri hingga mata kaki bagian depan dan belakang.
Penananganan medis yang diatangani adalah dengan melakukan evaluasi pendarahan, membersihkan luka-luka yang ada dan menjahit luka serta pemberian anti biotic dan anti tetanus.
Menjawab apakah kondisi pasien dapat diselamatkan mengingat air liur komodo yang mengandung racun membahayakan, Margareth mengaku dari pengalaman selama ini, sejumlah pasien yang pernah digigit komodo saat ditangani Puskesmas Labuan Bajo dapat terbantu dan sembuh.
Akan tetapi semuanya tergantung pihak keluarga pasien, jika ingin merujuk ke Denpasar pun, Puskesmas mempersilahkan. “Ketakutan kita hanya kalau gigitan itu sampai pembuluh darah besar maka pendarahan akan lebih banyak, tetapi kedua pasien ini tidak. Tapi kami persilahkan saja kalau mau rujuk supaya perawatan lebih baik,” ujarnya. (krf5/ito/mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Sepakat Tak Produksi Senjata
Redaktur : Tim Redaksi