jpnn.com - JAKARTA - Launching Sekolah Sungai Jakarta di kawasan Kemuning I, Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu (29/10), juga menjadi ajang curhat para penggiat Komunitas Peduli Ciliwung (KPC).
Sang Pembina, H Royani menuturkan proses normalisasi di aliran sungai Ciliwung sejatinya sudah digulirkan mulai era Fauzi Bowo, berlanjut ke Jokowi, sampai Ahok saat ini.
BACA JUGA: Kampanye Damai Saja di Pilkada, Agar Semua Enak Bekerja
Namun, dia meminta makna normalisasi dikembalikan ke kondisi yang benar-benar normal, bukan malah dibeton seluruhnya.
"Normalisasi ini kan normal saja, jangan semua dibetonisasi, itu permintaan kami ke Pak Ahok," katanya, saat ditemui usai launching.
BACA JUGA: Ahok Batalin Kampanye di Kemuning, Djarot Juga Tak Terlihat, Ada Apa?
Dia memaparkan, ada eko sistem sungai Ciliwung yang terganggu andai seluruh pinggirannya dilakukan betonisasi.
Sebab, ada hewan-hewan yang biasanya keluar mencari makan ke sungai, akan kesulitan saat dibeton.
BACA JUGA: Puluhan PSK Terjaring Razia, Inilah Penampakannya
"Betonisasi boleh, bagus, tapi pada titik potensi longsor, atau ada ketika air naik ke kampunganya. Kalau dibeton, bintang seperti biawak, ular Sanca, musang, bisa habis kehilangan ekosistemnya sungai ini," ucapnya berapi-api.
Dia mencontohkan dengan tempat Sekolah Sungai yang digunakan dalam acara launching ini, adalah tempat yang tak perlu dibetonisasi.
Dengan begitu, ekosistem dan Taman yang dibangun komunitas dan masyarakat peduli Ciliwung, tetap bisa difungsikan layaknya ekosistem daerah aliran sungai Ciliwung. (dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tenang, Program Basmi Tikus Pakai Dana Operasional Wagub
Redaktur : Tim Redaksi