Pabrik daging merupakan salah satu sumber penularan COVID-19 atau klaster tempat kerja terbesar di Victoria. Warga Indonesia yang bekerja di sana menceritakan seberapa ketat protokol kesehatan yang diberlakukan.
Pemerintah Victoria telah mengeluarkan daftar aturan bagi sektor manufaktur, termasuk untuk tempat pemotongan dan fasilitas pemrosesan daging, yang sudah berlaku sejak 8 Agustus lalu.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 Sebut Kasus Anji dan Jerinx Pelajaran Bagi Masyarakat
Peraturan ini membawa perubahan bagi Heri Purdiawan asal Pekalongan, Jawa Tengah, seorang pekerja berstatus 'casual' atau lepasan di salah satu pabrik daging terbesar Victoria, Midfield Meats Warrnambool.
Miedfield group sebelumnya memperkerjakan 1.200 orang, namun menurut pengamatan Heri, jumlah karyawan yang bekerja di sana telah dikurangi seiring dengan aturan untuk mengurangi produksi hingga sepertiga dari biasanya.
BACA JUGA: Insyallah, Bank Syariah Pertama di Australia Beroperasi Tahun Depan
Photo: Karyawan pabrik daging tidak akan sepenuh ini lagi, karena produksi yang dikurangi dan pekerjanya wajib gunakan pelindung diri. (Foto: Koleksi Jane Ryan)
Hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pekerja yang sudah diberhentikan, namun menurutnya tidak berpengaruh besar terhadap pekerja yang masih dipertahankan.
BACA JUGA: Mohon Doanya, Taufik Basari Semula Tak Memperlihatkan Gejala Terpapar Corona
"[Jumlah karyawan] otomatis berkurang, tapi jam kerja [yang bertahan] tetap sama," kata Heri kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Dari sisi beban pekerjaan juga biasa saja … kalau misalnya karyawan berkurang, produksi tetap, otomatis [kerjanya harus] semakin cepat saja," jelas Heri yang sudah bekerja di pabrik tersebut selama satu setengah tahun. Baca juga: Kerja keras anak-anak muda Indonesia di pabrik daging Australia Protokol kesehatan di pabrik daging diperketat Photo: Pabrik Midfields pernah tutup selama tiga hari setelah seorang instruktor yang baru mengunjunginya terbukti positif COVID-19. (ABC South-West Vic: Matthew Neal)
Sejak wabah virus corona ada di Australia, Heri memperhatikan munculnya tata cara baru dalam bekerja, yang semakin ketat mengikuti perkembangan jumlah penularan virus corona di Victoria.
Menurut catatan Business Victoria, protokol yang disaksikan Heri harus juga sudah diterapkan di 120 fasilitas pemrosesan daging lainnya di Victoria.
"Di pabrik tempat saya bekerja, setiap mau masuk kerja harus memakai masker dan menggunakan hand sanitiser. Cuci tangan harus benar karena dicek juga," kata Heri.
"Temperatur kami dicek dan setiap minggu harus menjawab pertanyaan, contohnya apakah kamu selama seminggu ini ke Melbourne atau tempat yang banyak kasus."
Selain itu, menurut Heri, alat kerja dan benda di dalam pabrik juga semakin sering dibersihkan. Photo: Fasilitas pemrosesan daging menjadi salah satu klaster terbesar COVID-19 di Victoria. (Caddie Brain)
"Kalau setelah makan, petugas akan menyemprotkan desinfektan. Gagang pintu juga disemprot."
Perubahan yang dilakukan untuk kepentingan 'social-distancing' juga ia saksikan di sana.
"Sebelumnya ada ruangan untuk makan atau istirahat yang bisa full, misalnya sampai 100 orang. Semenjak ada corona, dibuat tempat lagi … jadi satu tempat sekitar 20 orang," katanya.
"Sejak stage empat [diberlakukan di Melbourne], pintu masuk [di Midfield] dibuat dua, kanan dan kiri untuk social distancing."
Pemandangan yang sama juga disaksikan oleh Kristiani Howison, karyawan penuh waktu di pabrik daging Don KR Castlemaine, sejak dua setengah tahun yang lalu. Photo: Kristiani mengatakan tidak khawatir bekerja di pabrik daging yang rentan penularan virus. (Supplied: Kristiani Howison)
Menurutnya, pabrik yang mempekerjakan ribuan karyawan tersebut menerapkan protokol ketat demi meminimalisir potensi penularan virus.
"Sekarang dari tempat parkir harus sudah memakai masker. Di pintu masuk ada yang menjaga juga. Harus pakai hand sanitiser, lalu dicek temperatur," kata Kristiani.
"Social distancing juga harus dilakukan. Sudah dibagi lantai-lantainya … dan sekarang jalanan pintu masuk dan keluar diberi batas."
Akhirnya, seluruh karyawan termasuk Kristiani sendiri harus beradaptasi dengan aturan yang ada, salah satunya keharusan memakai masker selama rata-rata delapan jam bekerja.
"Harus ganti [masker] berulang-ulang, sih. Kalau tidak, basah ... [dalam sehari saya bisa] mengganti empat kali."
Kristinani bekerja di dalam ruangan 'cool room' yang kurang ventilasi, namun ia mengaku tidak khawatir dengan potensi penularan virus corona. Baca artikel terkait: Pasang surut bisnis warga Indonesia di Melbourne saat 'lockdown' kedua diberlakukan Seberapa membantu tunjangan uang dari Pemerintah Australia bagi warga Indonesia yang berhak mendapatkannya? Warga Melbourne disarankan menggunakan masker bila keluar rumah dan jika tak bisa jaga jarak
Pabrik sempat ditutup saat ada yang tertular
Sementara Heri khawatir jika sesama karyawan berpotensi membawa dan menularkan virus kepada yang lainn
"Khawatirnya kalau misalnya ada orang-orang baru [dari proses] rekruitmen. Agak takut juga karena kami gak tahu mereka dari mana," kata Heri yang adalah pemegang Work and Holiday Visa tahun kedua.
Mengetahui tingginya risiko penularan di pabrik daging, Heri mengatakan lebih berhati-hati dalam bepergian di luar rumah karena takut akan kemungkinan membawa dan menularkan virus kepada karyawan lainnya di pabrik.
Ketakutan Heri bukannya tidak beralasan.
Pabrik Midfield Meats Warrnambool memang sempat tutup selama tiga hari akhir Juli lalu, setelah seorang inspektor yang mengunjungi pabrik untuk melakukan pengecekan tahunan, dinyatakan positif COVID-19.
"Seminggu kemudian, ada informasi kalau inspektor tersebut positif. Tapi dengan segera diliburkan dan seluruh karyawan, termasuk saya, dites COVID," kata Heri.
"Selama tiga hari diliburkan sembari menunggu hasil. Setelah diketahui semua hasil tes negatif, [pabrik] kembali beroperasi lagi." Photo: Penurunan produksi daging di pabrik telah mendorong supermarket di Victoria seperti Coles dan Woolworths untuk membatasi jumlah pembelian produk daging bagi setiap pelanggan. (ABC Rural: Daniel Fitzgerald)
Walau tidak bekerja, Heri tetap mendapatkan tunjangan dari pemerintah, yang melebihi besaran harian gajinya sebagai pekerja lepas.
"Semua karyawan baik casual, full time, dapat [tunjangan] sehari AU$200 (Rp2,1 juta)."
Hal yang sama juga pernah terjadi di tempat kerja Kristiani, yang juga menerima gaji seperti biasa ketika pabriknya ditutup.
"Minggu lalu ada yang kena. Jadi kami dites semua, pabrik tutup satu minggu, dan ketika mulai buka lagi, semuanya diperketat." Tidak mempengaruhi ekspor daging ke Indonesia Photo: Heri sempat diliburkan menyusul berita kasus positif COVID di pabrik daging tempatnya bekerja dan mendapat tunjangan Pemerintah Victoria. (Supplied: Heri Purdiawan)
Penurunan produksi daging di pabrik telah mendorong supermarket di Victoria seperti Coles dan Woolworths untuk membatasi jumlah pembelian produk daging bagi setiap pelanggan.
Namun, menurut Adam Cheetham, analis pasar senior Meat & Livestock Australia (MLA), aturan pengurangan produksi tersebut tidak akan menimbulkan kelangkaan.
"Aturan yang ada tidak akan menimbulkan kelangkaan produk bagi pelanggan domestik, di mana panic buying menjadi penyebab utama ketiadaan produk di rak supermarket baru-baru ini," katanya kepada ABC Indonesia.
"Kelangkaan tidak akan terjadi karena prosesor tetap beroperasi dan karena kondisi pasokan musiman atau pasca kekeringan, banyak yang sudah mengurangi jumlah produksinya."
Di tahun 2019, 7,3 persen daging sapi dan 1,1 persen daging domba yang diproduksi di Victoria diekspor ke Indonesia, menurut data dari Departemen Pertanian, Air dan Lingkungan Australia.
Menurut penelusuran dan bukti yang dimiliki MLA, tidak akan ada gangguan ekspor dari Australia ke manapun, termasuk Indonesia.
"Fasilitas pemrosesan Australia telah mematuhi langkah-langkah kesehatan dan keselamatan yang paling ketat, terbukti dari sistem integritas rantai pasokan globalnya." Photo: Penurunan produksi daging di fasilitas pemrosesan Victoria tidak akan mempengaruhi jumlah ekspor ke Indonesia. (ABC Rural: Kim Honan)
'Upaya cepat tanggap' pabrik daging
Di tengah pandemi ini, Heri mengatakan tempat kerjanya dapat meliburkan karyawan secara tiba-tiba dengan alasan yang baru disampaikan di kemudian hari.
Menurutnya, ini merupakan wujud upaya cepat tanggap perusahaannya di tengah ketidakpastian pandemi COVID-19.
"Inilah mengapa pabrik daging Midfields masih bisa bertahan. Angka COVID di Victoria tinggi, tapi pabrik ini masih bisa berjalan, berbeda dengan beberapa pabrik lain."
Ketika diwawancara ABC, manajer umum Midfield, Dean McKenna, menceritakan bagaimana pihaknya harus berinisiatif sendiri sebelum mendengar instruksi penutupan dari departemen kesehatan.
Tindakan ini menuai tanggapan positif.
"Kami merasa adalah tanggung jawab kami sebagai pemberi pekerjaan terbesar di daerah ini, lebih banyak yang didapat ketika tidak mempekerjakan, daripada mempekerjakan tapi tidak ada kepastian."
Laporan tambahan oleh Jess Davis dan Andy Burns untuk ABC Rural
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia
Simak! Video Pilihan Redaksi:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Istri Tak Mau Tahu soal Pandemi, yang Penting Dicukupi Suami