Para pekerja asing asal Asia dan Eropa mengalami kondisi yang nyaris menyerupai perbudakan di sejumlah perkebunan di Australia. Bahkan ada pekerja wanita yang dipaksa melakukan hubungan seksual demi kepentingan visa mereka.

Demikian terungkap dalam laporan Four Corner, sebuah program investigasi yang disiarkan ABC.

BACA JUGA: Universitas Jalanan untuk Remaja Marginal akan Hadir di Canberra

Laporan itu mengungkap jaringan supermarket yang menjual produk pertanian dari perkebunan yang pekerjanya nyaris mengalami perbudakan.

Selain itu diungkap pula adanya jaringan restoran cepat saji yang memakai hasil pertanian dari perkebunan seperti itu.

BACA JUGA: Dua Remaja Mabuk Ditahan karena Ganggu Buaya Terkenal

Jenis-jenis produk pertanian ini meliputi sayur-sayuran, buah, dan produk peternakan ayam.


Investigasi ABC menemukan kondisi buruk pekerja asing di perkebunan di Australia. (Foto: ABC)

 

BACA JUGA: Australia Tertibkan Kepemilikan Properti oleh Warga Asing

Diungkapkan, para pekerja asing asal Asia dan Eropa diperlakukan buruk di tempat kerjanya. Bentuk perlakuan buruk itu mencakup gaji yang rendah, pelecehan, ancaman, dan bahkan sejumlah pekerja wanita dipaksa melakukan hubungan seksual.

Praktek ini dijalankan oleh perusahaan penyaklur tenaga kerja, yang menyediakan pekerja asing ke perkebunan dan pabrik-pabrik pengolah makanan di seluruh Australia.

Para pekerja itu datang ke Australia dengan visa jenis 417, yaitu working holiday visa, yang tadinya ditujukan untuk program pertukaran budaya.

Pemegang visa jenis ini bisa melakukan perjalanan dan bekerja di satu lokai di Australia selama enam bulan.

Jenis pekerjaan yang banyak digeluti pemegang visa jenis ini adalah memetik buah dan sayur di perkebunan, serta bekerja di pabrik pengolahan daging dan telur ayam.


Pekerja pemetik buah di perkebunan di Australia diperlakukan nyaris seperti budak. (Foto: ABC)

 

Dilaporkan, petani yang membayar pekerja perkebunannya menurut standar UMR mendapatkan persaingan ketat dari perkebunan yang membayar pekerjanya secara murah tersebut.

Jaringan supermaket lebih memilih pasokan sayur dan buah yang lebih murah, namun tidak diungkapkan apakah jaringan supermaket tersebut tahu kondisi yang dialami pekerja di perkebunan.

Salah satu pemasok terbesar kentang di Australia, SA Potatoes, mengakui kehilangan kontrak dengan dengan dua jaringan supermaket besar, yang lebih memilih pasokan kentang dari perkebunan yang pekerjanya diperlakukan buruk.

Pakar hukum imigrasi Dr Joanna Howe dari University of Adelaide mengatakan, pemerintah menutup mata terhadap kondisi ini, padahal sebenarnya tahu terjadinya eksploitasi pekerja asing tersebut

"Pemerintah terdahulu dan sekarang, sama-sama menutup mata pada kenyataan bahwa baik mahasiswa internasional maupun pemegang visa working holiday dimanfaatkan sebagai tenaga murah di seluruh Australia,' katanya.

Laporan ini menyebutkan sejumlah lembaga yang seharusnya bertanggung jawab telah gagal menjalankan tugasnya. Mereka termasuk lembaga Fair Work Ombudsman dan Departemen Imigrasi Australia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Permainan Catur Diusulkan Masuk dalam Kurikulum Nasional Australia

Berita Terkait