MAKHACHKALA - Setelah lebih dari sebulan terbaring di rumah sakit, Dzhokhar Tsarnaev akhirnya bisa berjalan. Satu-satunya tersangka Bom Boston yang masih hidup itu mulai beraktivitas tanpa kursi roda. Tapi, pemuda 19 tahun tersebut masih harus menjalani perawatan medis lanjutan di Federal Medical Center di Kota Devens, Massachusetts, Amerika Serikat (AS).
''Dia mengatakan kepada saya bahwa kondisinya sudah semakin baik. Dokter yang merawat dia juga baik. Saat ini, dia mulai berjalan,'' kata Zubeidat Tsarnaeva, ibunda Dzhokhar, dalam wawancara eksklusif dengan Associated Press kemarin (31/5). Akhir pekan lalu, ibu empat anak itu akhirnya bisa berbincang dengan putra bungsunya. Tapi, komunikasi pertama pascatragedi bom Boston tersebut hanya terjadi lewat telepon.
Tsarnaeva yang kini tinggal di Kota Makhachkala, ibu kota Republik Dagestan, Rusia, itu memang memilih tidak berkunjung ke AS untuk menemui Dzhokhar. Sebab, dia sendiri masih punya tanggungan kasus hukum di Negeri Paman Sam. Aparat jelas akan langsung membekuknya begitu menginjakkan kaki di AS.
Dalam wawancara kemarin, Tsarnaeva kembali menegaskan bahwa dua putranya tidak bersalah. Menurut dia, Dzhokhar dan Tamerlan yang tewas di tangan polisi hanyalah korban seperti para penonton dan peserta Boston Marathon lain. ''Dia (Dzhokhar) tidak bisa mengendalikan emosi dan terus bertanya tentang apa yang terjadi dan telah menimpanya,'' ujar istri Anzor Tsarnaev tersebut.
Dzhokhar sempat terlibat baku tembak dengan polisi sebelum akhirnya tertangkap pada 19 April. Adik Tamerlan itu menderita luka yang sangat serius yang memaksa dia menjalani perawatan intensif di Beth Israel Deaconess Medical Center di Kota Boston. Tapi, saat ini, dia menjalani perawatan lanjutan di klinik milik penjara federal di Devens. (AP/BBC/hep/c16/tia)
''Dia mengatakan kepada saya bahwa kondisinya sudah semakin baik. Dokter yang merawat dia juga baik. Saat ini, dia mulai berjalan,'' kata Zubeidat Tsarnaeva, ibunda Dzhokhar, dalam wawancara eksklusif dengan Associated Press kemarin (31/5). Akhir pekan lalu, ibu empat anak itu akhirnya bisa berbincang dengan putra bungsunya. Tapi, komunikasi pertama pascatragedi bom Boston tersebut hanya terjadi lewat telepon.
Tsarnaeva yang kini tinggal di Kota Makhachkala, ibu kota Republik Dagestan, Rusia, itu memang memilih tidak berkunjung ke AS untuk menemui Dzhokhar. Sebab, dia sendiri masih punya tanggungan kasus hukum di Negeri Paman Sam. Aparat jelas akan langsung membekuknya begitu menginjakkan kaki di AS.
Dalam wawancara kemarin, Tsarnaeva kembali menegaskan bahwa dua putranya tidak bersalah. Menurut dia, Dzhokhar dan Tamerlan yang tewas di tangan polisi hanyalah korban seperti para penonton dan peserta Boston Marathon lain. ''Dia (Dzhokhar) tidak bisa mengendalikan emosi dan terus bertanya tentang apa yang terjadi dan telah menimpanya,'' ujar istri Anzor Tsarnaev tersebut.
Dzhokhar sempat terlibat baku tembak dengan polisi sebelum akhirnya tertangkap pada 19 April. Adik Tamerlan itu menderita luka yang sangat serius yang memaksa dia menjalani perawatan intensif di Beth Israel Deaconess Medical Center di Kota Boston. Tapi, saat ini, dia menjalani perawatan lanjutan di klinik milik penjara federal di Devens. (AP/BBC/hep/c16/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Muslim Berlindung di Kuil
Redaktur : Tim Redaksi