"Konflik bernuansa agama terjadi disebabkan karena faktor-faktor non-agama seperti tidak tegaknya hukum, pemerintahan yang lemah sehingga sering membohongi masyarakatnya sendiri," kata Erik Satrya Wardhana, di gedung Nusantara IV, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Senin (10/9).
Politisi Hanura itu menambahkan, dampak tidak tegaknya hukum tidak saja menjadi pemicu konflik bernuansa agama, tapi juga berimbas kepada kesalahan dalam pengelolaan pemerintahan.
Penilaian serupa juga disampaikan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Profesor Azyumardi Azra. "Inkonsistensi dalam penegakkan hukum penyebab utama maraknya paham-paham radikal akhir-akhir ini," ucapnya.
Selain itu, Azyumardi juga mengritisi cara-cara polisi dalam menangani berbagai kejadian yang diduga terkait dengan teroris. Polisi, kata Azyumardi, terlihat berlebihan dalam menangani dugaan tindak terorisme dengan mengerahkan kekuatan penuh.
"Padahal semua pihak sudah mengingatkan kepolisian, jangan gunakan kekuatan berlebihan dalam menghadapi dugaan tindak teroris karena hal itu bisa memunculkan rasa kebencian yang berlebihan. Tapi itu entah didengar atau tidak oleh polisi karena dalam kenyataannya tetap saja menggunakan kekuatan penuh hingga menimbulkan ketakutan dan diiringi oleh kebencian dari pihak keluarga yang diduga teroris," tegas Azyumardi. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejaksaan Tak Mau Tergantung Auditor BKPK
Redaktur : Tim Redaksi