Konflik-Konflik Ini Bakal Bikin Dunia Lebih Suram di 2018

Selasa, 02 Januari 2018 – 13:29 WIB
Salah satu rudal baru Korea Utara dipamerkan dalam parade hari ulang tahun Kim Il Sung. Foto: Reuters

jpnn.com - Tahun 2017 telah berakhir. Suka atau tidak, 2018 datang. Bagi Kerajaan Inggris, khususnya Pangeran Harry, tahun ini adalah tahun harapan.

Sebab, pada musim semi nanti, dia mengikat janji suci dengan tunangannya, Meghan Markle. Itu akan menjadi pengalaman baru bagi Harry dan berita bahagia bagi publik Inggris.

BACA JUGA: Amerika Serikat Bekukan Aset Anak Buah Kim Jong Un

Tapi, 2018 tak melulu berisi harapan. Di Semenanjung Korea dan Timur Tengah, tahun ini bisa jadi adalah kejenuhan. Ketegangan Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) masih akan berlanjut pada 2018.

Keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam ketegangan itu membuat dunia harus waspada. Apalagi, Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un bertekad meningkatkan kemampuan nuklirnya.

BACA JUGA: Inilah Wajah di Belakang Program Senjata Maut Korut

”Rezim (Korut) itu telah menguasai teknologi yang diperlukan untuk mengendalikan rudal balistik. Itu fakta,” terang Justin McCurry dari The Guardian kemarin (1/1).

Karena itu, AS tidak bisa lagi tinggal diam dan menyangkal potensi Korut untuk mendaratkan rudal balistik di wilayah mereka. Sayang, sejauh ini Presiden Donald Trump masih belum mampu meredam Korut dan ambisinya.

BACA JUGA: Korut: Dewan Keamanan Akan Membayar Mahal!

”Kini kekuatan nuklir kami sudah sempurna. Tombol peluncuran nuklir sudah ada di meja saya. Tapi, senjata itu hanya akan kami gunakan jika keamanan kami benar-benar terancam,” kata Kim Jong-un, putra bungsu mendiang Kim Jong-il, dalam pesan tahun baru yang disiarkan stasiun televisi nasional ke seantero Korut. Tahun ini, menurut dia, negaranya bakal fokus memproduksi masal rudal balistik dan hulu ledak nuklir.

Selain Semenanjung Korea, tanda peringatan bahaya –sebagaimana Sekjen PBB Antonio Guterres mengistilahkannya dalam pidato tahun baru– juga masih menyala terang di Timur Tengah.

Israel dan Palestina tetap menjadi fokus utama. Di kawasan itu, konflik yang melibatkan banyak negara bisa pecah setiap waktu. Apalagi, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas sudah berjanji membalas arogansi Israel.

Di Syria dan Yaman, krisis kemanusiaan belum akan berakhir. Rakyat dua negara yang tercabik perang saudara itu, tampaknya, masih harus bersabar dan bertahan dalam penderitaan.

Di Syria, Garda Revolusi Iran sudah ancang-ancang menggantikan posisi Rusia sebagai sekutu rezim Presiden Bashar Al Assad. Jika itu terjadi, akan ada lebih banyak kepentingan yang menunggangi konflik sipil di negara tersebut.

Krisis Rohingya yang menyedot perhatian dunia sejak akhir Agustus masih akan berlanjut tahun ini. Terutama karena mekanisme repatriasi lebih dari 500.000 warga Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh masih alot. Sebab, sepertinya, Myanmar masih keberatan menerima kembali kaum Rohingya ke wilayahnya.

Sampai sekarang permukiman Rohingya yang hancur dalam konflik sektarian akhir Agustus masih dibiarkan rata dengan tanah. Padahal, Myanmar dan Bangladesh sudah mencapai kesepakatan tentang repatriasi sejak November. Rencananya repatriasi mulai dilakukan tahun ini.

Di Eropa, Brexit juga menjadi keprihatinan tersendiri. Januari ini rangkaian negosiasi kedua antara Inggris dan Uni Eropa (UE) mulai digelar. Tahun ini pula proses transisi akan dimulai. Tanpa Inggris, UE tidak akan sama lagi. Tapi, melalui BBC, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengimbau seluruh negara anggota UE tetap solid dan bersatu.

”Kita perlu memulihkan ambisi Eropa untuk menciptakan masyarakat yang berdaulat, bersatu, dan lebih demokratis. Yang saya perlukan adalah masyarakat yang bersatu dan tidak mudah menyerah pada hambatan apa pun,” tegas Macron, presiden termuda Prancis tersebut, seperti dikutip Reuters. (hep/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dituding Kembangkan Senjata Biologis, Korut Ngeles Begini


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler