jpnn.com, PEMATANG SIANTAR - Konflik agraria antara warga Desa Gurilla, Pematang Siantar, dengan pihak PTPN kembali memanas.
Feri Panjaitan dari Forum Tani Sejahtera Indonesia (Futasi) mengatakan kekerasan terhadap warga kembali terjadi pada Sabtu (25/3).
BACA JUGA: Erick Thohir Makin Dicintai Sejak jadi Ketum PSSI, Elektabilitas Meningkat
"Pukul 08.00 WIB satpam PTPN III berkumpul di depan rumah masyarakat yang tidak menerima tali asih. Selanjutnya mereka menghancurkan rumah dan kebun yang tidak terima tali asih. Tidak berselang lama, masyarakat penerima tali asih yang dipekerjakan kebun (PTPN III) melakukan pemukulan terhadap istri porhanger HKI dan peliputan dihalangi oleh pekerja PTPN III," ujar Feri lewat keterangan yang diterima, Senin (27/3).
Ia menambahkan, selama kekerasan terjadi, tidak ada aparat keamanan TNI/Polri yang berjaga di lokasi.
BACA JUGA: Punya Kebijakan Konkret, Erick Thohir Dinilai Jadi Cawapres Terkuat
Menurutnya, kejadian kekerasan ini bukan pertama kali terjadi. Kejadian serupa pernah terjadi pada 6 Desember 2022 dan 25 Januari 2023.
Sebelumnya warga juga pernah menemui Kantor Staf Presiden (KSP) Abednego Tarigan untuk mediasi.
BACA JUGA: Elektabilitas Erick Tohir Mencuat, Waketum PPP Soroti 4 Hal Positif Ini
"Hentikan kekerasan. Sebagai Menteri BUMN yang mengelola PTPN, Erick Tohir sudah sepantasnya melakukan langkah-langkah strategis guna mengarahkan PTPN agar menghormati proses mediasi yang dilakukan KSP dan melakukan tindakan tegas terhadap karyawan di lapangan pelaku kekerasan yang selama ini terjadi," tegasnya.
Selain itu, PTPN harus mengusut tuntas oknum-oknum pelaku kekerasan dan aktor intelektual di yang telah menimbulkan korban fisik maupun trauma psikologis kepada masyarakat.
"Tindakan terakhir PTPN III dengan tidak menghormati proses mediasi KSP merupakan pelecehan kewenangan negara. Karena itu KSP harus lebih tegas menekankan para pihak untuk mematuhi hasil musyawarah agar ketenteraman hidup warga," pungkasnya.
Untuk diketahui, warga telah tinggal di lahan yang kini menjadi Desa Gurilla sejak 20 tahun lalu. Mereka mengklaim bahwa pihak PTPN ketika itu telah menelantarkan lahan tersebut.
Namun, sejak setahun lalu pihak PTPN berupaya menguasai kembali lahan dan menyingkirkan warga desa. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif