Konflik Lahan di Pancoran Melibatkan Ormas, Bikin Situasi Makin Panas

Jumat, 19 Maret 2021 – 07:22 WIB
Situasi di Jalan Pancoran Buntu II, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (18/3). Foto: Dean Pahrevi/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA SELATAN - Sebanyak 28 orang mengalami luka-luka akibat bentrokan warga Pancoran Buntu II, Jakarta Selatan dengan yang oknum yang diduga anggota ormas, Rabu (17/3) malam.

Bentrokan itu buntut dari PT Pertamina yang merasa memiliki secara sah lahan yang jadi tempat tinggal warga Pancoran Buntu II.

BACA JUGA: Polisi Temukan Fakta Terkait Bentrok Mengerikan di Pancoran

Upaya pemulihan aset yang diklaim Pertamina membuat warga resah dan khawatir.

Pantauan JPNN.com di area Pancoran Buntu II, tampak sebagian besar rumah warga telah rata dengan tanah.

BACA JUGA: Penjelasan Pertamina soal Sengketa Lahan Berujung Bentrok di Pancoran

Namun, ada juga rumah yang masih berdiri kokoh karena pemiliknya menolak uang kerohiman dari pihak Pertamina.

Berdasarkan penelusuran di lokasi, upaya pengosongan lahan oleh Pertamina sudah berlangsung lama.

BACA JUGA: Modus Baru Pembobolan Mesin ATM, Uang Nongol, Listrik Langsung Dimatikan

Namun, masih ada sejumlah warga yang tidak membiarkan tempat tinggalnya lenyap begitu saja.

TO (17) merupakan salah satu warga Pancoran Buntu II yang menyaksikan langsung rumahnya hendak dirobohkan secara diam-diam oleh ekskavator.

Kepada JPNN.com, TO bercerita bahwa pada Senin (15/3) ekskavator yang entah milik atau disewa Pertamina itu akan merobohkan rumah tetangganya.

Si tetangga TO itu bersedia rumahnya dirobohkan usai menerima uang kerohiman dari Pertamina.

Senin siang, ekskavator mulai merobohkan rumah tetangga TO.

Saat itu TO sedang beristirahat di kamarnya usai mengikuti pembelajaran secara daring dari sekolahnya.

"Waktu itu jam istirahat. Tadinya mau tidur istirahat di kamar, tetapi terdengar keras suara ekskavator, saya jadi takut dan keluar kamar," kata TO kepada JPNN.com, Kamis (18/3).

Beberapa saat kemudian, terdengar suara puing bangunan jatuh di atap rumah TO.

TO pun disuruh ibunya mengecek atap rumahnya. 

Ternyata benar, atap rumah TO tepatnya di dapur sudah rusak tertimpa puing bangunan tetangga yang dirobohkan.

"Habis cek dapur, saya mau ke kamar. Pas sampai pintu kamar, baru mau buka pintu kamar. Saya mendengar suara tembok kamar saya seperti dirobohkan," ujar TO.

TO pun bergegas masuk ke kamarnya. Dugaan TO benar, tembok kamarnya sudah roboh karena ekskavator. 

"Saya buka kamar, tembok sudah bolong besar. Kasur dan lemari tertimpa puing bebatuan," ujar TO.

YS, ibu TO, bersyukur anaknya masih selamat dari upaya penggusuran diam-diam yang dapat merenggut nyawa.

"Saya tidak pantau anak-anak, fokus lihat penggusuran. Untungnya anak saya sedang tidak tidur habis sekolah, ya Allah," ujar YS.

Kini TO tidak lagi bisa menempati kamarnya yang selama ini menjadi tempatnya belajar. 

Cerita TO hanya satu dari banyaknya kisah warga Pancoran Buntu II yang mati-matian mempertahankan tempat tinggalnya.

Pada akhirnya gesekan antara warga dan pihak Pertamina kerap terjadi saat upaya penggusuran lahan hendak dilakukan.

Bahkan, oknum diduga ormas yang tidak berkepentingan dalam konflik sengketa tanah tersebut ikut menambah panas permasalahan. 

Entahlah, siapa pihak di balik oknum diduga ormas itu. (cr1/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Dean Pahrevi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler