Konflik Rusia-Ukraina Makin Panas, Begini Kronologinya

Rabu, 16 Februari 2022 – 16:53 WIB
Tentara Rusia berbaris di Lapangan Merah, Moscow, pada Mei 2021 lalu. Foto: KIRILL KUDRYAVTSEV / AFP

jpnn.com - Konflik bersenjata antara Rusia dengan Ukraina sudah terjadi selama lebih dari dua bulan terakhir.

Ketegangan tersebut diawali dengan Rusia yang menempatkan 10 ribu tentara di perbatasannya dengan Ukraina.

BACA JUGA: Geopolitik Ukraina-Rusia Pacu Harga Komoditas Ini

Rusia membantah hal itu dilakukan untuk menyerang Ukraina.

Negara yang dipimpin Vladimir Putin itu mengaku penempatan 100 ribu tentara sebagai respons terhadap agresi The North Atlantic Treaty Organization (NATO).

BACA JUGA: Presiden Ukraina Menganggap Enteng Peringatan Invasi Rusia

Melansir Al Jazeera, berikut timeline terkini terkait konflik Rusia-Ukraina:

November 2021: Citra satelit menunjukkan adanya penumpukan tentara baru Rusia di perbatasan dengan Ukraina.

BACA JUGA: Pasukan Rusia Sudah Diperintahkan Tembak di Tempat, Militer Asing Jangan Coba-Coba

Ukraina menyebut Rusia telah menyiapkan 100 ribu tentara dengan tank dan perangkat militer lainnya.

7 Desember 2021: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan Rusia tentang sanksi ekonomi yang akan didapatkan dari Barat jika menyerang Ukraina.

17 Desember 2021: Rusia mengajukan tuntutan keamanan yang terperinci kepada Barat, termasuk agar NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa Timur dan Ukraina.

Rusia juga meminta NATO untuk tidak pernah menerima Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya sebagai anggota.

3 Januari 2022: Biden meyakinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskky bahwa pihaknya akan menanggapi secara tegas jika Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina.

10 Januari 2022: Pejabat AS dan Rusia bertemu di Jenewa untuk membicarakan konflik ini secara diplomatis.

Sayangnya, pembicaraan tersebut tidak menemui titik temu dan Rusia kembali mengulangi tuntutan yang dinilai AS tidak bisa diterima.

24 Januari 2022: NATO diketahui menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat militernya di Eropa Timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur.

Untuk itu, beberapa negara Barat mulai mengevakuasi staf kedutaan dari Kyiv, Ukraina.

AS juga menempatkan 8.500 tentara dalam keadaan siaga.

26 Januari 2022: AS memberikan tanggapan tertulis terhadap tuntutan Rusia dengan mengulangi komitmen terhadap kebijakan 'pintu terbuka' NATO sambil menawarkan evaluasi yang berprinsip dan pragmatis.

27 Januari 2022: Biden memperingatkan kemungkinan invasi Rusia akan terjadi pada Februari.

28 Januari 2022: Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tuntutan keamanan utama Rusia belum ditanggapi dan pihaknya akan terus menyuarakan tuntutan tersebut.

Di sisi lain, Zelenskyy memperingatkan Barat untuk tidak panik terhadap dampak perekonomian akibat konflik ini.

31 Januari 2022: Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa invasi Rusia ke ukraina akan mengancam keamanan global.

Kemudian, perwakilan Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya menuduh AS dan sekutunya menyebarkan ancaman perang karena Rusia berulang kali menyangkal adanya rencanya invasi.

"Diskusi tentang ancaman perang sanga provokatif. Anda (AS, red) hampir menyerukan ini dan Anda ingin perang terjadi," kata Nebenzya, dikutip dari Al Jazeera.

1 Februari 2022: Putin kembali membantah rencana invasi dan menuduh AS mengabaikan tuntutan keamanan negaranya.

"Sudah jelas bahwa kekhawatiran mendasar Rusia akhirnya diabaikan," ujar Putin.

6 Februari 2022: Pembangunan militer yang dibutuhkan untuk meluncurkan invasi skala penuh sudah mencapai 70 persen.

8 Februari 2022: Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu Putin di Moskow.

Macron mengatakan Rusia tidak akan meningkatkan ketegangan di Ukraina.

Meski begitu, Kremlin Moskow membantah adanya kesepakatan untuk mengurangi eskalasi krisis antara Prancis dan Rusia.

10 Februari 2022: Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Liz Truss dan Menlu Rusia Sergey Lavrov bertemu tetapi tidak membuahkan hasil.

Truss memperingatkan sanksi keras Eropa jika Ukraina diserang.

11 Februari 2022: Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan mengatakan intelijen AS memprediksi invasi Rusia akan dimulai dalam beberapa hari, sebelum Olimpiade Beijing berakhir pada 20 Februari.

Untuk itu, Pentagon menambahkan 3 ribu tentara AS untuk dikirim ke Polandia.

Sejumlah negara menyerukan warganya untuk meninggalkan Ukraina.

12 Februari 2022: Biden dan Putin mengadakan pembicaraan melalui konferensi video. Biden mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan menyebabkan penderitaan manusia luas dan Barat berkomitmen pada diplomasi untuk mengakhiri krisis tetapi tetap siap untuk skenario lain.

Putin mengeluh bahwa AS dan NATO belum menanggapi secara memuaskan tuntutan Rusia agar Ukraina dilarang bergabung dengan aliansi militer dan NATO menarik mundur pasukan dari Eropa Timur.

Ajudan utama kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ishakov mengatakan ketegangan telah meningkat selama beberapa bulan. Dia menilai situasi yang terjadi beberapa hari terakhir mencapai titik absurd.

Di sisi lain, Biden menyebutkan kemungkinan sanksi yang akan diterima Rusia. (mcr9/aljazeera/jpnn)


Redaktur : Adil
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler