Presiden Ukraina kembali menyerukan warganya agar tetap tenang di tengah peringatan intensif invasi Rusia yang kemungkinan akan terjadi dalam beberapa hari ini.
Volodymyr Zelenskyy mengatakan dia belum melihat bukti yang meyakinkan bahwa Rusia akan bergerak menyerbu negaranya.
BACA JUGA: Eropa Mencekam, Maskapai Internasional Jauhi Wilayah Ukraina
Komentar ini merupakan tanggapan atas pernyataan Amerika Serikat tentang bagaimana Moskow telah menempatkan lebih banyak pasukan yang di titik semakin dekat ke perbatasan Ukraina. Beberapa maskapai dilaporkan telah membatalkan atau mengalihkan penerbangan tujuan Ukraina.
Amerika Serikat yang adalah sekutu Barat serta negara-negara lain telah mengurangi atau mengevakuasi staf kedutaan dan menyarankan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Ukraina.
BACA JUGA: Pasukan Rusia Sudah Diperintahkan Tembak di Tempat, Militer Asing Jangan Coba-Coba
Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Zelenskyy selama sekitar 50 menit pada hari Minggu (13/02).
Gedung Putih mengatakan pembicaraan tersebut membahas pembaharuan komitmen pasukan NATO dan bagaimana Moskow akan dikenakan sanksi ekonomi berat jika "agresi Rusia lebih lanjut" menimpa Ukraina.
BACA JUGA: Malaysia Mulai Ikut-ikutan Barat soal Ukraina, Warga Diminta Segera Melapor
Kedua pemimpin tersebut juga dilaporkan setuju untuk melakukan langkah pencegahan dan diplomasi di tengah masa krisis.
Staf kantor pemerintahan Zelenskyy mengatakan pihaknya mengundang Biden untuk segera mengunjungi Ukraina, sementara Gedung Putih menolak untuk berkomentar.
Amerika Serikat juga memperbarui perkiraannya tentang bagaimana jumlah pasukan Rusia yang kini ditempatkan di dekat perbatasan Ukraina menjadi lebih dari 130.000, naik dari 100.000 yang telah disebut AS secara terbuka pada minggu-minggu sebelumnya.
Angka baru itu diberikan oleh seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim atau tidak disebut identitasnya. Rusia kemungkinan akan mulai bergerak pada hari Rabu, kata pejabat AS
Pernyataan Zelenskyy, yang berulang kali meremehkan peringatan AS, dilontarkan pekan ini untuk mempertanyakan pernyataan dari pejabat AS tentang bagaimana Rusia mungkin berencana untuk segera menyerang setelah pertengahan minggu.
Moskow membantah memiliki rencana semacam itu dan menganggap peringatan demikian "histeria".
AS merujuk informasi intelijen bahwa Rusia menetapkan hari Rabu sebagai tanggal target, menurut seorang pejabat AS yang mengetahui informasi tersebut.
Pejabat yang tidak berwenang untuk berbicara di depan umum dan menyampaikan syarat anonim tersebut tidak mengatakan seberapa pasti informasi intelijen itu.
“Kami tidak akan memberi Rusia kesempatan untuk melakukan kejutan di sini, di Ukraina atau dunia,” kata Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional AS kepada CNN pada hari Minggu (13/02).
"Kami akan memastikan bahwa kami menyampaikan kepada dunia apa yang kami ketahui se-transparan dan sejelas mungkin," tambahnya.
AS belum mengumumkan sebagian besar bukti spesifik yang mendasari peringatannya tentang kemungkinan rencana atau kapan Rusia akan bergerak.
Komentar Zelenskyy akhir pekan ini menggambarkan rasa frustrasi atas peringatan dari Washington.
"Kami memahami semua risiko, kami memahami bahwa ada risiko," katanya dalam siaran langsung.
"Jika Anda, atau siapa pun, memiliki informasi tambahan yang 100 persen pasti mengenai invasi Rusia pada tanggal 16, mohon teruskan informasi itu kepada kami."
Negara tersebut telah memperkuat diri dengan memerintahkan sebuah pesawat kargo militer yang membawa rudal anti-pesawat Stinger buatan AS dan amunisi dari anggota NATO, Lithuania untuk mendarat di Ukraina pada hari Minggu.
Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov, mengatakan sejauh ini Kyiv telah menerima hampir 1.500 ton amunisi dari sekutu yang dikirim melalui 17 penerbangan, termasuk sekitar 180 ton dari Amerika Serikat.
Kanselir Jerman Olaf Scholz akan terbang ke Kyiv hari ini (14/02) dan Moskow pada Selasa untuk bertemu Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Staf AS di Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mulai meninggalkan kota Donetsk yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur pada Minggu (13/02).
Donetsk dan Luhansk memproklamirkan diri sebagai republik separatis yang dikuasai pemberontak yang didukung Rusia. Perang di daerah itu telah menewaskan lebih dari 14.000 orang sejak 2014. Ukraina melihat 'tidak ada gunanya' menutup wilayah udara
Maskapai penerbangan Belanda KLM membatalkan penerbangan ke Ukraina hingga pemberitahuan lebih lanjut, kata perusahaan itu.
Dua pertiga dari 298 orang yang tewas ketika Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh oleh rudal Rusia di Ukraina timur pada tahun 2014 adalah warga negara Belanda.
Lufthansa Jerman mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan penerbangan.
Juru bicara kepresidenan Ukraina Serhii Nykyforov mengatakan kepada The Associated Press bahwa Ukraina belum menutup wilayah udaranya.
Namun badan keselamatan lalu lintas udara Ukraina Ukraerorukh mengeluarkan pernyataan yang menyatakan wilayah udara di atas Laut Hitam sebagai "zona bahaya potensial" dan merekomendasikan agar pesawat tidak terbang di atas laut sampai Sabtu.
Mykhailo Podolyak, penasihat kepala staf Zelenskyy, mengatakan perubahan penjadwalan oleh masing-masing operator tidak ada hubungannya dengan keputusan atau kebijakan negara bagian kita.
"Poin terpenting adalah bahwa Ukraina sendiri tidak melihat ada gunanya menutup wilayah udara ... Dan, menurut saya, itu akan menyerupai semacam blokade parsial," katanya.
Maskapai menangguhkan penjualan tiket untuk penerbangan hingga Rabu, tambahnya.
Kantor berita Interfax Ukraina mengatakan perusahaan asuransi Ukraina telah menerima pemberitahuan dari perusahaan reasuransi bahwa maskapai penerbangan tidak menanggung risiko perang. Orang asing didesak untuk meninggalkan Ukraina
Di Bandara Borispil Kyiv, yang terbesar di Ukraina, ada sedikit sinyal eksodus pada Sabtu (12/02) lalu.
Oksana Yurchenko sedang melakukan perjalanan kembali ke Australia dengan anaknya.
"Kami mengunjungi keluarga kami di sini di Ukraina. Kami berencana untuk tinggal sedikit lebih lama tetapi situasi ini agak menakutkan," kata koki dan pemilik salon kecantikan ini.
Australia telah menyarankan warganya untuk meninggalkan Ukraina dan mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka sedang mengevakuasi kedutaannya.
Ricky, seorang Skotlandia yang tinggal di Ukraina, mengatakan dia tidak melihat tanda-tanda kecemasan publik di jalan-jalan di Ukraina.
"Saya tidak melihat siapa pun ketakutan di Ukraina, semua orang tetap melanjutkan hidup mereka," katanya di bandara sambil menunggu penerbangan.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menlu Amerika Serikat: Rusia Sudah Dekat