"Jadinya ada tujuh calon ketua umum yang akan memimpin, jadi seperti collective kolegial. Nanti mereka akan akan bekerja, dan merencanakan KLB itu. Harusnya hanya ada satu ketua umum, tapi karena ada masalah ini, jadinya collective kolegial," terang Ketua Presidium INI, Agus Armaini di Jakarta, Selasa (17/7).
Menurut Agus, konflik di internal INI terjadi karena temuan dugaan money politic oleh salah seorang oknum notaris. Agus enggan menyebutkan identitas oknum yang juga salah satu dari tujuh calon ketua umum INI. Malam kemarin, saat kongres para pendukung oknum ini mengamuk dan mengacak-acak tempat kongres begitu mengetahui mereka akan mendapat sanksi kehilangan hak pilih. Sanksi ini diberikan pada peserta yang menerima imbalan fee dalam pemilihan.
"Kita kan sempat melakukan skor saat kongres setelah itu tim pengawas akan melaporkan bukti dugaan money politic itu. Tapi begitu mau dibuka lagi, meja presidium sudah dikuasai orang-orang ini. Mereka mau tetap diadakan pemilihan dan mengabaikan temuan yang ada," jelas Agus.
Dugaan money politic itu sendiri ditemukan oleh tim pengawas internal INI sejak beberapa bulan lalu.
Menurut anggota tim pengawas, Firdhonald, imbalan uang itu diberikan dalam bentuk pembayaran kontribusi penyelenggaraan acara. Oknum calon ketum, membiayai akomodasi sekitar 954 orang yang diminta untuk memilihnya dalam kongres tersebut. Fee yang didapat setiap orang berbeda. Ada yang berupa uang Rp 1,5 juta atau Rp 1,8 juta serta fasilitas lainnya selama kongres.
"Setiap orang kan harus membayar kontribusi untuk INI menyelenggarakan kongres. Nah ini sudah dibayarkan oleh oknum. Ada juga dalam bentuk tiket pesawat atau biaya hotel. Pembuktian kita lihat dari formulir yang mereka kumpulkan," jelas Firdhonald.
Sementara itu, Sekretaris Presidium, Erna Anggraini menyesalkan adanya konflik yang terjadi dalam kongres lanjutan INI. Menurutnya selama 104 tahun dijalankan kongres notaris, tak pernah ada konflik maupun money politic seperti yang terjadi saat ini.
"Kongres ini harusnya bermartabat, terhormat dan profesional, tapi mereka justru berbuat seperti itu,dengan cara premanisme," tutur Erna.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yusril Curigai Kepentingan Asing
Redaktur : Tim Redaksi