Konon Ada Kejanggalan di Pilkada Medan, Begini Indikasinya

Senin, 14 Desember 2020 – 02:33 WIB
Wakil Ketua Tim Pemenangan AMAN Gelmok Samosir (ketiga kiri) ketika memberikan keterangan pers di Rumah Pemenangan AMAN, Jalan Sudirman, Medan, Ahad (13-12-2020). ANTARA/Said

jpnn.com, MEDAN - Tim Pemenangan Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution-Salman Alfarisi (AMAN) angkat bicara terkait dugaan pelanggaran di Pilkada 2020 Kota Medan, 9 Desember lalu.

Dugaan kejanggalan pertama yang diungkap Wakil Ketua Tim Pemenangan AMAN Gelmok Samosir terkait dengan informasi tentang data lembaga survei yang menggambarkan kemenangan Bobby Nasution-Aulia Rachman atas Akhyar-Salman.

BACA JUGA: Akui Cuma Dapat 48 Persen Suara, Akhyar Sebut Ada Invisible Hand Bermain di Pilkada Medan

"Indikasi itu terlihat dari selisih kemenangan paslon nomor urut 02 atas paslon nomor urut 01 ditayangkan sejak awal terus bergerak menjauh hingga melewati 10 persen. Padahal, faktanya selisih keduanya sangat tipis dan belum diketahui pemenangnya," kata Gelmok Samosir di Medan, Minggu (13/12).

Karena itu, Tim Pemenangan AMAN meminta semua pihak untuk tidak memercayai hasil quick count atau hitung cepat yang disiarkan televisi nasional. Menurut Gelmok, hal itu merupakan penggiringan opini terhadap kemenangan paslon tertentu di Pilkada Medan.

BACA JUGA: Pertama Ferdinand Pegang Nama Ganjar, Kedua Habib Rizieq, Langsung Bilang Ngeri, Luar Biasa!

Hingga kini, tim AMAN menunggu hasil resmi dalam rapat pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan pada tanggal 15-17 Desember mendatang. Setelah itu, pihaknya mengeluarkan sikap atas hasil pengumuman tersebut.

Gelmok menjelaskan, tim advokasi yang dibantu tim hukum serta sukarelawan Akhyar-Salman tengah menginventarisasi seluruh temuan akibat pelanggaran maupun kejahatan Pilkada Medan yang diduga dilakukan secara terstruktur, sistemik, dan masif.

BACA JUGA: Ratusan Orang Serbu Kantor Polisi Minta Habib Rizieq Dibebaskan

Tindakan itu diduga melibatkan aparatur, termasuk dugaan mobilisasi kepala lingkungan, dan organisasi kemasyarakatan pemuda dalam membagi-bagi beras atau sembako.

"Bahkan, diduga (ada politik) uang untuk memilih paslon tertentu," sebut Gelmok.

Selain itu, pihaknya juga menemukan adanya indikasi kuat kesengajaan tidak disalurkannya surat undangan pemilih C6, sehingga banyak warga yang gagal dalam menggunakan hak pilihnya. Hal itu ditandai dengan rendahnya pemilih datang ke tempat pemungutan suara (TPS).

Tim AMAN juga menjumpai keganjilan di sejumlah TPS yang perolehan suaranya dimenangkan paslon nomor urut 02, di mana jumlah kehadiran pemilih mencapai angka 100 persen, padahal rata-rata pemilih di Pilkada Medan cuma sekitar 40 persen.

"Kami membuka posko pengaduan pelanggaran kecurangan, bahkan dugaan kejahatan sepanjang sosialisasi hingga hari kampanye. Baik berupa foto, rekaman video, maupun kesaksian siapa saja yang ingin berkontribusi menciptakan pilkada yang sehat dan bermartabat," tutur Gelmok.

Pilkada Kota Medan diikuti dua paslon, yakni Akhyar Nasution-Salman Alfarisi yang didukung PKS dan Demokrat mendapat nomor urut 01, sedangkan Bobby Nasution-Aulia Rachman diusung PDIP, Gerindra, Golkar, NasDem, PAN, PPP, Hanura, dan PSI mendapat nomor urut 02.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler