jpnn.com - Derap pembangunan di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, bisa dibilang cukup cepat. Seperti ibu kota daerah lain, pusat pemerintahan Lamandau terletak di tengah Kota Nanga Bulik.
Dahulu kala, ternyata lokasi pusat pemerintahan ini merupakan bukit kecil yang dianggap memiliki kekuatan magis.
BACA JUGA: Melihat Bangunan-Bangunan Angker di Rumania (2-Habis)
ARYO MEGANTORO, Nanga Bulik
KOMPLEKS perkantoran di Kota nanga Bulik terus berkembang, seiring tuntutan dan kebutuhan sebagai salah satu kabupaten pemekaran yang terus bebenah dan melengkapi sarana dan prasarananya.
Termasuk diantaranya pembangunan kompleks perkantoran Bukit Hibul, yang awalnya berada tak jauh dari pusat Kota Nanga Bulik.
Sekitar 2 km dari pusat perkantoran sebelumnya yang berada di dekat pasar dan pemukiman padat.
Pembangunan yang terus dilakukan di Ibu Kota Kabupaten Lamandau tersebut, saat ini sudah tidak ada lagi jarak pemisah atau tanah kosong antara Kota Nanga Bulik dengan Kompleks Perkantoran Bukit Hibul.
Mereka sudah menjadi satu kesatuan dengan keberadaan rumah penduduk yang hampir merata.
“Kompleks perkantoran ini dibangun dengan diawali peletakan batu pertama pembanguna kantor bupati pada 3 Agustus 2002, pada era Pj Bupati Regol Cikar,” ungkap Tokoh Masyarakat Nanga Bulik Andreas Nahan saat dibincangi Kalteng Pos (Jawa Pos Group), beberapa waktu lalu.
Menurut pria yang juga merupakan pensiunan PNS di Kabupaten Lamandau ini, pada awalnya memang masyarakat setempat mengganggap Bukit Hibul merupakan tempat yang angker. Kisah ini belum hilang dan masih terus menyebar.
“Nama Bukit Hibul atau Hibul saja itu diambil dari nama pohon sejenis kelapa yang tumbuh di bukit atau gunung kecil tersebut,” bebernya.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, lanjut dia, pohon Hibul dianggap merupakan pohon angker yang sering dijadikan tempat tinggal roh-roh halus.
“Sebenarnya wilayah Bukit Hibul tersebut dulu pusatnya di Bundaran E, namun seiring pembangunan kompleks perkantoran tersebut pusatnya menjadi di Bundaran Rusa,” bebernya.
Bangunan pertama yang dibangun di kompleks perkantoran tersebut, imbuh Andreas, adalah bangunan kantor bupati dan kantor DPRD. Baru setelah itu bangunan kantor-kantor dinas lainnya.
“Bukit kecil yang dulunya merupakan ladang atau kebun masyarakat setempat ini memang bukanlah tempat yang termasuk ada larangan, namun unsur mistis dan kepercayaan masyarakat saat itu cukup kental,” sebutnya.
Ia mengaku, walaupun belum pernah mengalami kejadian-kejadian aneh di tempat tersebut, banyak cerita-cerita dari masyarakat atau warga yang mempunyai pengalaman berkaitan dengan anggapan keangkeran tempat tersebut.
“Dulu ada banyak cerita mistis dari pegawai-pegawai yang berkantor di kompleks perkantoran tersebut, seperti ada penampakan makhluk halus dan lain-lain,” tandasnya.
Pada awal pembangunan perkantoran tersebut, digelar acara doa bersama oleh semua tokoh agama dan aliran kepercayaan.
Secara khusus doa dipanjatkan untuk meminta kelancaran dan kesuksesan pembangunan kompleks perkantoran tersebut. (*)
Redaktur & Reporter : Soetomo