jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR) Dedek Prayudi menjelaskan konsep pengurangan bahaya bisa menjadi alternatif bagi para perokok, yang menginginkan perbaikan kualitas kesehatan.
Sebab, berhenti merokok secara langsung tidaklah mudah.
BACA JUGA: Mutia Ayu: Jangan Kaget Kalau Ketemu Aku Berbeda
“Perubahan yang begitu radikal itu biasanya ongkosnya mahal. Ongkos yang saya maksud ini bukan hanya ongkos uang,” ujar Dedek.
Saat ini sudah terdapat beragam produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, snus, dan kantung tembakau, yang menerapkan konsep pengurangan bahaya sehingga meminimalisasi dampaknya terhadap kesehatan.
BACA JUGA: Pemerintah Diminta Batalkan Draft Revisi Permen ESDM terkait PLTS Atap
Public Health England mengungkapkan bahwa produk tembakau alternatif mengurangi risiko 90%-95% dibanding rokok.
Oleh karena itu, meski tidak 100 persen bebas dari potensi risiko, produk ini bisa dijadikan sebagai alternatif bagi yang masih kesulitan berhenti merokok.
BACA JUGA: Tambah Cakupan Pelayanan, iDexpress Ingin Bantu Kembangkan UMKM
Bagi perokok, justru risiko kesehatan melalui penggunaan produk alternatif tersebut jauh berkurang dibandingkan dengan rokok.
“Saya pikir ini bisa menjadi alternatif buat masyarakat sekaligus menjadi pelengkap dari solusi penanggulangan masalah rokok,” ujarnya.
Meski begitu, dia mengingatkan keberadaan dan pemanfaatan produk-produk ini harus disertai dengan regulasi tersendiri. Dengan begitu produk ini akan cukup efektif dalam menurunkan prevalensi merokok, sekaligus mencegah potensi penyalahgunaan.
Uki mencontohkan Inggris yang telah berhasil menekan prevalensi merokok melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif yang disertai dengan regulasi terpisah.
“Kalau produk ini menjadi liar, tidak ada regulasi, maka tujuannya untuk me-reduce harm itu tidak akan terjadi,” tuturnya.
Pemerintah diharapkan bertindak cepat seperti yang dilakukan Inggris dan beberapa negara lain dalam menyikapi kehadiran produk tembakau alternatif di tengah tingginya prevalensi merokok.
Meski pengguna produk tembakau alternatif telah berkembang, namun belum ada aturan khusus yang fokus mengatur produk ini.
Misalnya ketentuan dalam produksi, konsumsi, dan hal lainnya.
“Lihat saja pergeseran transisi orang merokok. Seperti tren rokok elektrik atau apapun jenisnya, saya pikir itu adalah sesuatu yang harus didorong,” seru Dedek.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy