jpnn.com, BANDUNG - Potensi pasar tepung terigu di Indonesia masih sangat tinggi. Saat ini rata-rata konsumsi terigu di Indonesia baru mencapai 25 kilogram/tahun per kapita.
Salah satu faktor penting yang meningkatkan tingkat konsumsi tepung terigu adalah karena sangat mudah untuk diolah menjadi berbagai makanan.
BACA JUGA: Dicari, Home Chef Handal untuk Bungasari
Seperti mie, roti, biskuit, cake, martabak, dan sebagainya sehingga kemudahan pengolahan tepung terigu ini mampu menggairahkan industri makanan baik yang besar maupun yang kecil terutama sektor UKM.
Pertumbuhan pasar tepung terigu juga ditopang pula oleh peningkatan pendapatan masyarakat di mana faktor ini menciptakan kebutuhan masyarakat akan makanan yang lebih bervariasi.
BACA JUGA: Di Bungsari Matsuri 2017, Peppy Menemukan Terigu Kekinian
"Permintaan akan tepung terigu di Tanah Air diperkirakan bakal terus tumbuh ke depannya," tutur Sales & Marketing Director PT Bungasari Flour Mills Budianto Wijaya, ditemui di sela-sela gelaran BIFHEX 2018 di Grand Ballroom Sudirman, Bandung.
Menurutnya, maraknya pertumbuhan industri pengolahan makanan dan kuliner seperti kafe, bakery, atau restoran, membuat kebutuhan tepung terigu terus tumbuh seiring pula dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi.
"Selain itu, Indonesia mulai dikenal sebagai salah satu poros ekspor industri pangan di antaranya produk biskuit yang berbahan baku terigu," tambahnya.
Bertumbuhnya industri terigu Indonesia telah diyakini Bungasari sejak kali pertama menancapkan bisnisnya di Indonesia pada 2012.
Memulai membangun pabrik canggih di Kawasan Industri Krakatau, Tegalratu, Ciwandan, Kota Cilegon, Banten.
Pabrik tepung terigu ini memiliki fasilitas paling modern di Indonesia ini, mengadopsi sistem pengolahan gandum yang canggih dan modern.
"Keberadaan pabrik ini juga kami anggap sebagai fase atau penanda bagi Bungasari masuk ke pasar tepung terigu nasional. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, kapasitas produksi pabrik Bungasari di Cilegon sudah terpakai dalam kondisi maksimal. Dikarenakan tingginya permintaan pasar yang saat ini tidak bisa diimbangi oleh kapasitas produksi di pabrik Bungasari yang ada, maka ekspansi tidak terelakkan lagi," jelas Budianto.
Pada 2018, Bungasari, perusahaan hasil sinergi dari FKS Group (Indonesia), Toyota Tsusho Corp (Jepang) dan Malayan Flour Mills Berhad (Malaysia) ini memasuki tahap awal dari periode ekspansi perusahaan.
Untuk memenuhi besarnya pertumbuhan dan permintaan produk terigu Bungasari, belum lama ini Bungasari melakukan ground breaking untuk perluasan pabrik di Cilegon, dengan membangun fasilitas produksi dan silo (penyimpanan) fase kedua di lahan pabriknya.
"Perluasan ini akan membuat kapasitas produksi Bungasari meningkat dua kali lipat." kata Budianto.
Langkah ekspansi lanjutan setelah melakukan perluasan kapasitas pabrik di Cilegon adalah membangun sebuah pabrik baru di kawasan Medan, Sumatera Utara.
"Rencana ini dilandasi untuk memenuhi tingginya permintaan terigu di berbagai daerah terutama di daerah Sumatera bagian utara serta Kepulauan Riau," ujarnya.
"Pertimbangan pemilihan lokasi di Medan ini juga dikarenakan masih belum banyaknya produsen tepung terigu yang mampu melayani permintaan dalam kapasitas besar di kawasan ini. Diharapkan pada tahun 2020, fasilitas produksi Bungasari di Medan sudah rampung dan mulai beroperasi," pungkasnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia