jpnn.com, JAKARTA - Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda bereaksi sekaligus mempertanyakan terhadap Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) Kemenpora terkait pemangkasan jumlah Kontingen Indonesia dalam SEA Games Vietnam 2021.
Syaiful Huda meminta Tim PPON menyampaikan hasil review mereka secara transparan ke publik.
BACA JUGA: Jelang SEA Games 2021, Thailand U-23 Diterpa Kabar Kurang Sedap
“Keputusan pemangkasan jumlah kontingen Indonesia dalam SEA Games Vietnam ini memicu banyak spekulasi liar. Baiknya Tim Review PPON membuka data mereka yang menjadi dasar kenapa satu atlet diberangkatkan yang lain tidak, kenapa satu cabang harus berangkat cabang yang lain tidak,” ujar Syaiful Huda, Jumat (22/4/2022).
Huda mengungkapkan pemangkasan jumlah kontingen Indonesia di SEA Games Vietnam membuat publik penasaran. Mereka mempertanyakan alasan pemangkasan, waktu yang mendadak, hingga bertanya-tanya apa itu PPON yang punya kewenangan begitu besar.
BACA JUGA: 2 Negara Ini Harus Diwaspadai Tim Bulu Tangkis Indonesia di SEA Games 2021
“Rasa penasaran tersebut juga tergambar dari berbagai perbincangan publik di media sosial maupun beragam kritik yang disampaikan melalui media massa,” ujar Huda.
Rasa penasaran publik tersebut, kata Huda bisa dilihat dari reaksi mereka saat mengetahui tim putra futsal dicoret dari kontingen SEA Games Vietnam karena dinilai tidak berpotensi mencetak medali.
BACA JUGA: Fakta Menarik Timnas U-23 Proyeksi SEA Games 2021, Pemain Tertua Sampai Termahal
Padahal di sisi lain tim futsal putra Indonesia kerap mencetak prestasi membanggakan. Terakhir mereka mampu meraih posisi runner up dalam Piala AFF 2022 di Thailand.
“Akhirnya atas desakan yang begitu kuat dari publik, Kemenpora dan Federasi Futsal Indonesia menganulir keputusan pencoretan dan memberangkatkan timnas putra futsal ke SEA Games Vietnam,” katanya.
Namun, saat polemik pencoretan timnas putra futsal belum sepenuhnya rendah, kata Huda kini publik kembali digegerkan dengan surat terbuka yang disampaikan atlet senam potensial Sutjiati Narendra yang gagal berangkat ke Vietnam.
Pun juga saat mereka membaca cerita dari Muthia Nur Cahya pesenam muda peraih emas PON Papua asal Makassar yang mengalami nasib sama dengan Sutjiati Narendra.
“Sutjiati Narendra dan Muthia Nur Cahya adalah atlet-atlet potensial sehingga wajar jika publik mempertanyakan standar apa yang dipakai oleh Tim Review PPON untuk menentukan satu atlet bisa berangkat satu lain tidak,” ujar politikus PKB ini.
Huda mengatakan berbagai alasan yang disampaikan tim review PPON maupun Kemenpora menanggapi pencoretan atlet atau cabang terkesan tidak singkron.
Dia mencontohkan alasan Ketua Tim Review PPON Moch Asmawi yang menyebut keterbatasan anggaran sehingga hanya atlet berpotensi mendali yang diberangkatkan ke Sea Games Vietnam.
Di sisi lain, Menpora Zainuddin Amali berdalih paradigma prestasi olah raga Indonesia harus berubah dari mengejar prestasi di Sea Games atau Asian Games menjadi fokus ke Olimpiade.
“Jadi, ini mana yang benar, adanya keterbatasan anggaran atau karena mengejar prestadi di Olimpiade sehingga kalau kirim kontingen ke SEA Games Vietnam enggak perlu terlalu banyak,” tanya Huda.
Huda menilai harus ada konsistensi antara konsep pembinaan olahraga prestasi dengan realisasi di lapangan.
Dia menegaskan dirinya sepakat dengan konsep Desain Besar Olah Raga Nasional (DOB) yang mencoba memfokuskan pembinaan ke beberapa cabang olahraga berpotensi medali olimpiade.
Namun, seharusnya konsep tersebut segera dioperasionalkan dengan pembangunan pusat-pusat pelatihan, pencarian bibit atlet, dan mempersiapkan berbagai event sebagai sasaran antara.
“Dari banyaknya konsep DOB yang saat ini menonjol justru pembentukan Tim Review PPON yang seolah sebagai algojo untuk menentukan siapa yang berangkat dan tidak berangkat ke berbagai event olahraga internasional, termasuk SEA Games Vietnam,” pungkas Huda.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari