Kontroversi Tugu di Lautan Pasir Bromo

Senin, 16 Oktober 2017 – 06:18 WIB
Tugu di lautan Pasir Bromo. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, PROBOLINGGO - Siapa yang tak kenal pesona alam Gunung Bromo, di Kabupaten Probolinggo, Jatim. Semua orang mengaguminya.

Namun, belakangan pengunjung di wisata taman nasional itu tiba-tiba terusik.

BACA JUGA: Akhirnya, Api Bukit Teletubbies Padam

Sejumlah wisatawan protes dengan pembangunan dua tugu di lautan pasir yang dilakukan pengelola wisata taman nasional.

Seorang pecinta alam lautan pasir Bromo bahkan mengirim surat terbuka ke Kementerian Pariwisata dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang isinya menilai pembangunan itu menghamburkan uang.

BACA JUGA: Puluhan Hektar Padang Teletubbies Terbakar

Warga yang mengirim surat terbuka itu adalah Sigit Pramono yang mewakili Komunitas Sahabat Bromo dan Masyarakat Fotografi Indonesia.

Ada pun isi surat, protes keras pembangunan dua tugu ini oleh pengelola wisata Yakni Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Selain itu, pembangunan ini dianggap tidak menambah cantik panorama Bromo.

Salah satu tugu terletak tepat di jalan menuju Kawah Bromo, bertuliskan The Sea Of Sand Bromo Tengger Semeru National Park.

Tugu yang memiliki panjang 7 meter dan tinggi maksimal 4 meter ini, berbahan batu bata.

BACA JUGA: Keppres Badan Otorita BTS Optimis Dongkrak Perekonomian Jatim

Di sebelah kanan kirinya ada logo Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Sekilas tugu tersebut menghalangi pandangan saat melihat pesona kawah Gunung Bromo.

Menurut Agustian, salah satu wisatawan asal Surabaya, saat pertama kali datang ke Bromo di tahun 1973 silam, auara sakral dan mistis sangat terasa.

"Karena itu saya menyayangkan adanya pembangunan tugu di lautan Pasir Bromo, sebab menghalangi pandangan ke Gunung Bromo, juga menghilangkan aura mistis di tanah suci warga Suku Tengger," ujar Agustian.

Di sisi lain, pembangunan tugu ini tidak dipersoalkan sebagian wisatawan sebab masih banyak spot lain untuk melihat Bromo.

Agung Bramastio ini misalnya, menganggap tugu ini bisa digunakan untuk berfoto selfie.

"Bisa jadi penanda bahwa pernah ke Gunung Bromo," ujar Agung.

Sementara itu, baik kepala seksi TNBTS wilayah 1, Sarmin dan Kepala Bidang TNBTS Wilayah 1, Murdiono saat ditemui, enggan berkomentar soal kontroversi pembangunan 2 tugu ini. (pul/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rawat Ruwat Ranu Jadi Even Wisata Berbasis Kearifan Lokal


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler