BACA JUGA: Pindahnya Venue Disambut Gembira
Meskipun konvoi kemarin itu sendiri merupakan konvoi hari ketujuh yang dilakukan Aremania.Tak heran kalau konvoi Aremania panjangnya mencapai puluhan kilometer, sehingga dari ujung hingga buntut kalau dimeniti mencapai 1,5 jam
BACA JUGA: Lengkap, Perang Bintang pun Dipindah ke Malang
Kemeriahan pesta rakyat Arema Indonesia kemarin itu pun lantas dipungkasi dengan atraksi kembang api yang dipersembahkan Malang Post (grup JPNN).Oleh karena banyaknya Aremania yang meluber ke jalanan, panitia pun sampai terpaksa memangkas rute konvoi
BACA JUGA: Pembalap Iran Kuasai Etape 2B
Namun karena adanya kemacetan, konvoi akhirnya hanya mengitari etape pertama dan langsung kembali ke Kota Malang.Konvoi itu sendiri dimulai sekitar pukul 09.00 WIB, serta baru selesai pada pukul 16.00 WIB dengan rute yang dipersingkatSesaat sebelum konvoi, Aremania sendiri telah meluber di Kota Malang, terutama di sekitar Jalan Semeru, Stadion Gajayana, MalangPara pemain kemudian dinaikkan ke mobil bak terbukaKonvoi berjalan sesuai rute yang direncanakan, meski harus bersusah payah menembus kerumunan Aremania.
Sambutan dari masyarakat Kota Malang dan Kabupaten Malang pun begitu luar biasaMereka telah menunggu di pinggir jalan, untuk menunggu rombongan pemain dan ofisial Arema lewatLantas di belakang konvoi pemain dan ofisial itu, puluhan ribu Aremania pun berarak-arakan dengan atribut kebesarannya.
"Kamu sampai mana? Ini di Tugu, buntutnya konvoi belum lewat-lewat juga," ujar seorang jurnalis yang menelepon Malang Post dari Kota MalangMalang Post memang sengaja mengikuti konvoi itu, satu mobil dengan M Ridhuan dan HermawanKedua pemain tersebut menaiki mobil bersama ofisial lainnya.
"Wah, ini luar biasa sekaliSaya di Singapura enggak akan menemui seperti ini," ungkap Ridhuan dengan dialek Melayu yang kental.
Sepanjang perjalanan, Ridhuan pun terus dielu-elukan oleh Aremania dan Aremanita yang ikut konvoi, maupun yang menunggu di pinggir jalanSedangkan nama Hermawan, baru dipanggil Aremania dan Aremanita ketika konvoi melewati PakisajiMaklum, itu adalah tempat kelahiran defender Arema tersebut"Wah kalau camat bisa dipilih langsung, saya akan mencalonkan diri," guraunya.
Menariknya, beberapa kali orang-orang di pinggir jalan salah panggil terhadap HermawanKarena berada di samping Ridhuan, sejumlah orang mengira dia adalah Noh Alam ShahNamun, meski dipanggil dengan nama Alam, Hermawan tetap saja membalas dengan melambaikan tangan.
Keruwetan konvoi mulai terjadi ketika masuk di Stadion Kanjuruhan, KepanjenDi sana arak-arakan nyaris tak bisa bergerakHal serupa juga terjadi di Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, yang macet sekitar satu jamPemain sampai memanfaatkan kemacetan itu dengan makan nasi bungkus.
"Bagi saya ini luar biasa, meski macetIni pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan," ungkap Esteban, salah seorang pemain asing Arema.
Karena macet pula, beberapa rombongan pemain bahkan harus sempat terpisahPierre Njanka dan Noh Alam Shah misalnya, bisa sampai finis di Stasiun Kota BaruNamun, kedua pemain itu akhirnya bisa sampai di tempat finis konvoi, di depan kantor redaksi Malang Post, setelah harus berganti kendaraanKeduanya naik sepeda motor milik Aremania untuk menembus macetnya konvoiSementara rombongan pemain lainnya, terpaksa berbelok ke arah mess pemainItu dikarenakan jalanan menuju stasiun sudah penuh sesak dan tak bisa dilewati lagi.
Malam harinya, pesta seharian itu ditutup dengan kembang api, yang sengaja diluncurkan dari kantor redaksi Malang PostTak kurang dari 15 menit, aneka warna kembang api pun terlihat meriah bercahaya, mewarnai langit Kota Malang yang dipenuhi khalayak yang bersukacita(ary/avi/jpnn/diq)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bertahan di Santiago Bernabeu
Redaktur : Tim Redaksi