jpnn.com - TAKENGON –Kopi Arabika Gayo dulunya sangat dielu-elukan banyak orang karena bercita rasa tinggi, nikmat dan menyehatkan, namun sejak sebulan terakhir nilai jualnya kian terpuruk.
Pekan lalu harga gelondong Kopi Arabika Rp. 3.000 per bambu, namun Minggu (25/8) kemarin, terpuruk hingga Rp. 2.500. Begitu pula gabah kopi, merosot mencapai Rp. 8.000 per bambu, setelah sempat benilai Rp. 15.000. Sedangkan green been atau biji hijau kopi, tertahan di harga Rp. 25.000 perkilo.
BACA JUGA: Rp300 M dari APBN untuk Petani Sumut Sia-sia
“Beberapa petani ada perasaan malas juga mengutip (memetik) buah kopi di kebun saat ini berbuah jarang-jarang, karena harganya sangat rendah. Tapi mana mungkin kami menyia-nyiakan jerih payah kami dan mubajir,” keluh Inen Nira (68), seorang petani kopi yang tak sampai setengah hektar memiliki kebun kopi di kawasan Paya Tumpi Aceh Tengah, Minggu (25/8).
Ibu enam anak ini mengaku heran karena saat Panen Raya pada Bulan Maret – April lalu sempat mendengar, pada Bulan Juni hingga seterusnya harga kopi akan kembali merangkak naik.
BACA JUGA: 1.402 Buruh Alami Kecelakaan Kerja
“Yang kami tunggu-tunggu ternyata tidak terbukti. Saat panen raya beberapa bulan lalu saja gelondong kopi yang kami jual ke toke masih bisa diberi harga Rp. 3.500 hingga Rp. 4000. Tapi saat Panen Raya telah habis, kok malah tambah anjlok,” ujar Inen Nira, usai menjual gelondong kopi sara tem (10 bambu) kepada toke kopi dan memperoleh uang Rp, 25.000.
Salah seorang pengamat kopi Gayo, Ikrar (33), dimintai tanggapannya terkait terpuruknya nilai Arabika Gayo berujar, selain negara-negara penghasil kopi saat ini masih panen, permintaan kopi Arabika Gayo memang sedikit.
BACA JUGA: Ratusan Anak Tinggal di Penjara
“Ada negara-negara penghasil kopi saat ini tengah dilanda krisis. Situasai politik juga dapat mempengaruhi harga. Sebenarnya masa Panen Raya perdana tahun ini sudah berakhir. Tapi mereka (negara-negara penghasil kopi) kan masih memiliki stok kopi dari hasil Panen Raya lalu,” terang Ikrar.
Dikatakan, adanya prediksi beberapa pihak, harga kopi Arabika Gayo akan naik usai Panen Raya, tidak sepenuhnya benar dan bisa saja meleset.
“Prediksi harga akan naik, bisa terjadi bila kopi sedikit namun permintaan pasar banyak. Begitu pula sebalinya, walau kopi banyak tapi permintaan pasar internasional sedikit, otomatis harga kopi masih murah,” ujar pembisnis Bubuk Kopi merek Aman Kuba ini.
Terkait naiknya nilai Dolar menurut Ikrar merupakan bukti bahwa kenyataan itu tidak mempergaruhi harga kopi. “Bukan beratri nilai Dolar naik, harga kopi ikut naik,” kata pria yang masih melajang ini.
“Harga green been asalan grade 5 dengan kadar air 15 – 15 perkilo hingga saat ini saja masih Rp. 25.000. Benar-benar terpuruk. Dengan kenyataan ini yang dirugikan adalah petani,” ungkapnya dengan nada menyesal.
Ikrar berharap dengan adanya peran para eksportir dan koperasi di wilayah Aceh bagian Tengah itu, para petani kopi semestinya dapat terbantu dengan cara memberi pinjaman uang agar petani dapat sejenak menopang hidup, sembari menunggu harga kopi naik. Peran Pemerintah Daerah juga dinilai lemah menyiasati persoalan ini, agar petani kopi Arabika Gayo tak kerap tercekik. (yus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ular Phyton Sembunyi di Meteran Air
Redaktur : Tim Redaksi