Hal ini muncul dalam kesimpulan sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan di Royal Botanic Gardens, Inggris yang bekerja sama dengan para ilmuwan Ethiopia. Dilaporkan, perubahan iklim sendiri dapat menyebabkan kepunahan kopi Arabika liar (Coffea arabica) sebelum akhir abad ini.
Kopi Arabika yang tumbuh liar, dianggap penting bagi keberlanjutan industri kopi karena keragaman genetik yang cukup besar. Sedangkan kopi Arabika yang ditanam di perkebunan kopi di dunia berasal dari stok genetik sangat terbatas dan tidak mungkin memiliki fleksibilitas yang diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim dan ancaman lainnya, seperti hama dan penyakit.
Di negara asalnya Ethiopia yang juga produsen terbesar kopi di Afrika, perubahan iklim juga akan memiliki pengaruh negatif terhadap produksi kopi. Sensitivitas iklim atas tanaman kopi Arabika , mendukung asumsi luas bahwa perubahan iklim akan memiliki dampak merusak pada produksi kopi di seluruh dunia secara komersial.
Ini tentu mengkhawatirkan prospek minuman favorit di dunia dan komoditas kedua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak. Juga tak kalah pentingnya bagi ekonomi beberapa negara.
Menurut laman phys.org (8/11) penelitian ini dipublikasikan di jurnal PLoS ONE. Dengan menggunakan pemodelan komputer, kopi Arabika merupakan yang pertama dari jenisnya untuk kopi Arabika liar. Pemodelan pengaruh perubahan iklim terhadap populasi yang terjadi secara alami dari setiap spesies kopi belum pernah dilakukan sebelumnya. Model ini menunjukkan pengaruh yang sangat negatif pada jumlah dan tingkat populasi Arabika liar dan bahkan dipredikasi pada 2080 populasi kopi Arabika liar menurun hingga 90 persen yang mengarah ke risiko tinggi kepunahan.
Studi ini mengkaji kelangsungan hidup Arabica, daripada kualitas produktivitas atau minuman, di bawah pengaruh perubahan iklim. Ada penelitian lain yang menunjukkan bahwa produktivitas hasil biji kopi dan kualitas minuman misalnya rasa dari Arabika yang terkait erat dengan variabilitas iklim, dan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi iklim alami. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Virus Mirip SARS Muncul di Saudi
Redaktur : Tim Redaksi