Kopi Jawa Timur Diminati Eropa dan Belanda    

Senin, 26 Agustus 2019 – 08:44 WIB
Kopi asal Jawa Timur. Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Kopi yang dihasilkan petani Jember, Banyuwangi, Bondowoso, dan daerah di Jawa Timur (Jatim) lainnya sudah merambah pasar ekspor di Eropa, Belanda dan India.

Ketua DPW Asosiasi Petani Kopi Indonesia Jawa Timur (Apeki Jatim) Misbachul Khori Ali mengungkapkan, ekspor kopi dari Jawa Timur masih terbuka dan sangat potensial.

BACA JUGA: Ekspor Cangkang Sawit ke Jepang, Penuhi Permintaan Bahan Energi Hijau Dunia

“Untuk jenis kopi arabika banyak diekspor ke Eropa. Sampai saat ini permintaannya banyak. Tapi, kami kekurangan bahan baku sehingga ekspor kopi arabika saat ini hanya sekitar 20 persen dari pangsa pasar,” kata Misbachul Khoiri Ali di Jakarta, baru-baru ini.

Saat ini, lanjutnya, petani Jatim belum ekspor langsung ke buyer. Artinya, kopi dari petani Jatim yang diekspor  masih melalui sejumlah perusahaan eksportir di Jatim. “Kami (petani) hanya suplai bahan baku berupa kopi bean ke sejumlah eksportir,” ujar pria yang karib disapa Gus Misbach itu.

BACA JUGA: Pabrik Gula Modern di Blitar Mulai Berproduksi

BACA JUGA: Kementan: Angkat Eksistensi Bawang Putih Lokal

Menurut Gus Misbach, kopi robusta yang disuplai ke sejumlah eksportir di Jatim rata-rata sebanyak 500 ton/musim. Sedangkan,  kopi  arabika yang disuplai ke sejumlah eksportir di Jatim sekitar 100 ton-200 ton/musim. “Untuk robusta biasanya diekspor ke Belanda dan dan India. Sedangkan kopi arabika diekpor ke beberapa negara Eropa,” ujarnya.

BACA JUGA: Program Santri Tani Milenial Untuk Cetak Eksportir Milenia

Gus Misbach yang sejak tahun 2009 menekuni bisnis kopi ini mengungkapkan,  untuk suplai kopi arabika ke sejumlah eksportir pada tahun ini bahan bakunya sudah habis. Namun, kalau suplai jenis kopi robusta di Jatim masih banyak. “Sebab, kopi robusta di Jatim masih panen hingga September-November 2019,” ujarnya.

BACA JUGA: 4 Tahun Terakhir, Kinerja Ekspor Kementan Membaik

Meski peluang ekspor kopi kian terbuka, menurut Gus Misbach, Indonesia punya dua pesaing berat, yakni  Brazil dan Vietnam. “Kebetulan  kondisi iklim di dua negara tersebut sedang bagus-bagusnya. Sehingga produksi kopi dari dua negara itu cukup besar sehingga berdampak terhadap anjloknya harga kopi dunia,” papar Gus Misbach.

Data DPW Apeki Jatim menyebutkan, harga kopi arabika saat ini antara Rp 50 ribu-Rp 60 ribu/kg. Padahal beberapa waktu sebelumnya harga kopi arabika sempat naik di kisaran Rp 65 ribu/kg.  Sedangkan harga kopi robusta saat ini Rp 20 ribu-Rp 21 ribu/kg, dari sebelumnya Rp 23 ribu-Rp 25 ribu/kg.

Dia juga mengungkapkan, selama ini kopi yang sisuplai ke eksportir berupa kopi bean. Kopi yang disuplai ke sejumlah eksportir tergantung musim panen. Untuk kopi arabika biasanya disuplai ke eksportir pada April-Juli. Sedangkan kopi robusta pada Juni-Oktober. Artinya, suplainya tergantung pada musim panennya.

Menurut Gus Misbach,  potensi ekspor kopi dari Jatim sangat besar. “Sayangnya produktivitas kopi yang ditanam petani sangat rendah. Beda dengan Vietnam, kopi yang dibudidaya petani Vietnam produktivitasnya bisa mencapai  2- 3 ton/ha. Kalau di Indonesia, produktivitasnya masih di bawah 1 ton/ha,” kata Gus Misbach.

Lantaran harga kopi saat ini jatuh, lanjut Gus Misbach,  petani kopi di Jatim mulai bergerak ke hilir. Artinya, petani kopi tak hanya menjual kopi cherry atau kopi bean saja ke eksportir. 

“Petani mulai melirik peluang pasar menengah ke bawah yang potensinya juga besar. Dengan begitu, petani bisa langsung menjual produknya ke user. Bahkan, tak jarang yang membuka warung kopi, kedai atau kafe sendiri dan hal ini jauh lebih efektif untuk mendapatkan margin keuntungan,” jelas Gus Misbach.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Musim Produksi Jagung, Indonesia Tidak Perlu Impor


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler