Kopi Kerinci Tembus Eropa di Masa Pandemi

Kamis, 06 Agustus 2020 – 10:41 WIB
Perwakilan LSM Belgia Rikolto dan pegiat Kelompok Tani Koperasi Koerintji Barokah Bersama di Jambi yang membudidayakan kopi Kerinci. Foto: Kementan

jpnn.com, JAMBI - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengapresiasi segala upaya yang telah dilakukan para petani, pelaku usaha, maupun pihak terkait lainnya pada masa pandemi Covid-19. Sebab, ekspor komoditas pertanian Indonesia tak terganggu pandemi yang melanda seluruh dunia itu.

Dia menjelaskan, ekspor komoditas pertanian saat ini tidak mengenal pantangan apa pun dan harus tetap tersedia. "Kita buktikan lagi yang tidak terganggu oleh pandemi COVID-19, yang ekspor nya juga tetap jalan adalah pertanian," kata Mentan beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Mentan SYL Lepas Ekspor 6 Komoditas Pertanian Jabar

Sebagai contohnya adalah Kabupaten Kerinci di Jambi yang kembali mencatatkan ekspor kopi arabika sebagai komoditas andalannya ke Eropa. Kali ini kopi arabika khas Kerinci dikapalkan menuju Belgia.

Acara pelepasan ekspor 15,9 ton Kopi Kerinci dari Pelabuhan Talang Duku itu dilakukan secara resmi oleh Gubernur Jambi Fachrori Umar pada 28 Juni lalu.

BACA JUGA: Mentan SYL Minta Jajarannya Tingkatkan Keunggulan Komoditas Pala

Hadir pada kesempatan tersebut Bupati Kerinci Adirozal, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono, Kepala Badan Karantina Pertanian, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. Hadir pula perwakilan dari Sucafina selaku importir, serta sebuah LSM asal Belgia bernama Rikolto yang melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani kopi di Kabupaten Kerinci.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono mengapresiasi langkah-langkah yang ditunjukkan Pemerintah Provinsi Jambi dan Kabupaten Kerinci dalam mendukung akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan. Menurutnya, kopi asal Kabupaten Kerinci ini jadi prioritas komoditas ekspor.

BACA JUGA: Kementan Dorong Ekspor Melalui Perbaikan Pascapanen Kopi

“Melalui strategi peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing atau Grasida, Ditjen Perkebunan mengharapkan target ekspor komoditas perkebunan, seperti kopi bisa tercapai, yaitu meningkat tiga kali lipat hingga tahun 2024 sebagimana main policy Kementerian Pertanian pada program Gratieks,” ucap Kasdi. 

Saat ini, tambah Kasdi, kondisi exsisting nilai ekspor kopi tahun 2019 sebesar USD 883 juta dan ditargetkan mencapai USD 2,6 miliar pada 2024. Saat ini, meski di tengah kondisi pandemi Covid 19, ekspor komoditas kopi ini cukup menggembirakan. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor kopi meningkat 5,05 persen dibandingkan periode Januari hingga Mei 2019. Pada periode Januari-Mei 2020 nilai ekspor kopi mencapai angka USD 311,95, meningkat dari USD 296,96 pada periode yang sama tahun lalu.

Demikian pula dengan volume ekspornya yang meningkat sebesar 31,15 persen dari 96,57 ribu ton menjadi 127 ribu ton. Walakin, Kasdi tak mau berpuas diri.

“Ditjen Perkebunan terus mendorong petani untuk terus memperbaiki kualitas produk sesuai permintaan pasar. Yang terpenting adalah menjaga konsistensi kualitas, selain itu diperlukan penekanan pada prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan dalam penanaman sampai panen kopi, dan pascapanen,” tegas Kasdi.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementan Dedi Junaedi menambahkan, Jambi memiliki potensi untuk mengekspor komoditas hasil perkebunan. Selain kopi, ada komoditas kayu manis yang banyak dibutuhkan negara-negara di Eropa.

Secara kekhasan, kopi dan kayu manis dari Kerinci sudah diakui melalui sertifikasi Indikasi Geografis (IG) 2017 dan 2016. “Tantangan pengembangan kopi ke depan tidak hanya persoalan produksi, produktivitas dan mutu, tetapi bagaimana bisa menciptakan produk bernilai tambah dan mengefisienkan rantai pasok,” ucapnya.

Menurutnya, ekspor kali ini akan menjadi tonggak penting tentang efisiensi rantai produksi dan pemasaran dari produsen atau kelompok tani, langsung kepada pembeli. Dedi pun berharap agar ke depan para eksportir juga memperhatikan aspek-aspek lingkungan, good agricultural practices (GAP), ketelusuran, standard organic product dan penerapan standar lainnya.

Sementara Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Agusrizal menyebut ekspor kali ini merupakan yang perdana dan langsung menuju Belgia melalui Pelabuhan Talang Duku. Sebelumnya, ekspor dilakukan melalui Pelabuhan Belawan, Medan. 

Menurut Agsurizal, konsistensi ekspor Kopi Kerinci ke Eropa tidak lepas dari pendampingan dan pembinaan kepada para petani. Salah satunya melalui pendampingan dari Rikolto kepada kelompok tani yang tergabung dalam Koperasi di Kayu Aro sejak tahun 2017.

Rikolto melakukan pendampingan kepada petani dalam pemrosesan kopi sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh pembeli di Belgia dan pasar Uni Eropa.

“Ekspor ini merupakan hasil dari bentuk komitmen bersama antara Pemerintah Provinsi Jambi, Pemerintah Kabupaten Kerinci, Kementerian Pertanian, kelompok tani Kopi Kerinci dan pelaku usaha, seperti Sucafina dan Rikolto, dalam pengembangan komoditas kopi di Kabupaten Kerinci untuk perluasan pasar Eropa,” ucapnya.

Ketua Kelompok Tani Koperasi Koerintji Barokah Bersama Triyono mengatakan, Kopi Kerinci yang diekspor kali ini terdiri atas grade perlakuan Natural, Washed, Honey, Anaerobic Natural dan Anaerobic Honey. Saat ini pihaknya juga telah mempersiapkan green bean kopi untuk memenuhi kebutuhan pada Agustus 2020.

Pihak pembeli, yakni Sucafina sanggup untuk menyerap Kopi Kerinci hingga 40 ton per tahun. Kelompok Tani Koperasi Koerintji Barokah Bersama juga sedang menjajaki potensi ekspor kopi robusta Jangkat di Kabupaten Merangin, Jambi.(eno/jpnn)
 


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler