jpnn.com - MOSKOW – Pascadua ledakan maut yang mengguncang Kota Volgograd di Volgograd Oblast, Rusia, pada Minggu (29/12) dan Senin (30/12), pemerintahan Presiden Vladimir Putin meningkatkan pengamanan di seluruh penjuru negeri. Kemarin (31/12) warga mulai memakamkan korban ledakan pertama di stasiun kereta api Volgograd-1.
Total, korban tewas karena dua ledakan yang berturut-turut itu mencapai 34 orang. Ledakan pertama yang dilancarkan pelaku bom bunuh diri perempuan merenggut 18 nyawa. Sementara itu, ledakan kedua yang meluluhlantakkan bus listrik di pusat kota mengakibatkan 16 orang tewas. Komite Investigasi Rusia yakin, dua ledakan tersebut dilancarkan kelompok yang sama.
BACA JUGA: Politisi Tiongkok Dilarang Merokok
Sejauh ini Putin belum bisa berkomentar apa pun soal dua insiden yang membuat mata dunia tertuju pada Rusia itu. Apalagi, dalam waktu kurang dari dua bulan lagi, Rusia akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin. Kota Sochi yang bakal menjadi pusat pesta olahraga tersebut berjarak sekitar 690 kilometer dari Volgograd.
Kremlin menyatakan bahwa Putin baru akan memberikan keterangan resmi terkait dengan dua ledakan bom bunuh diri tersebut dalam pidato tahun baru. Tetapi, mulai kemarin, pemimpin 61 tahun itu sudah melipatgandakan keamanan di seluruh pelosok Rusia. Terutama di Volgograd yang rawan konflik dan Sochi yang akan menampung puluhan ribu peserta dan penonton Olimpiade Musim Dingin.
BACA JUGA: Saat Mati, Ingin Tato Abadi
’’Markas operasional keamanan Volgograd memutuskan untuk kembali membuka lowongan personel kepolisian dan pasukan keamanan. Mereka berniat menambah petugas sebanyak-banyaknya demi meningkatkan keamanan,’’ ungkap Jubir Keamanan Regional Andrei Pilipchuk sebagaimana dilansir Interfax kemarin. Saat ini pemerintah pusat juga mengerahkan lebih banyak personel keamanan ke Volgograd dan Sochi.
Kemarin stasiun televisi Channel 1 menayangkan rekaman gambar terbaru di Volgograd. Sejumlah besar serdadu lengkap dengan helm pengaman dan senapan otomatis mereka tampak berpatroli di sebuah kafe. Mereka memeriksa kartu identitas para pengunjung kafe itu. ’’Kami sudah mengamankan 87 orang yang tidak membawa kartu identitas atau melawan petugas,’’ jelas Pilipchuk.
BACA JUGA: Salah Makan, Menteri Besar New Delhi Terserang Diare
Wajar jika pemerintahan Putin langsung meningkatkan pengamanan di Volgograd dan Sochi pasca ledakan dua bom bunuh diri yang pelakunya sampai sekarang belum diketahui itu. Sebab, peristiwa tersebut merupakan insiden yang paling mematikan setelah ledakan bom bunuh diri di Bandara Domodedovo, Kota Moskow, pada Januari 2011. Bom yang diledakkan kelompok militan dari Kaukasus Utara tersebut merenggut 37 nyawa.
Meski penyelidikan masih berlangsung, beberapa pakar dan pengamat politik yakin bahwa dua ledakan bom bunuh diri itu merupakan perbuatan gerilyawan separatis Rusia. Yakni para pengikut Doku Umarov. Pada Juli lalu, pentolan teror Rusia itu mengimbau para pengikutnya untuk menebar teror di Rusia. Terutama menjelang penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin di Sochi.
’’Kami akan melakukan cara apa pun agar pemerintah gagal menyelenggarakan Olimpiade (Musim Dingin) Sochi,’’ ungkap militan 46 tahun tersebut. Sochi menjadi target kelompok Umarov. Sebab, kota tersebut masuk dalam cetak biru negara yang hendak dibangun. Bahkan, rencananya, dia menjadikan Sochi sebagai salah satu lokasi penting negara Islamnya nanti.
Umarov memang bermaksud menggembosi pemerintahan Putin melalui sektor keamanan. Dengan menarget warga sipil melalui serangan-serangannya yang mematikan, pria radikal tersebut berharap bisa menekan pemerintah. Juga, mencoreng reputasi baik pemerintah di mata dunia. Tujuan kelompok Umarov hanya satu, yakni memaksa Kremlin agar mengizinkan pendirian negara muslim di Kaukasus Utara. (AP/AFP/hep/c15/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Raja Saudi Hibahkan Rp 36 Triliun untuk Militer Lebanon
Redaktur : Tim Redaksi