Jumlah korban tragedi itu juga bertambah. Hingga tadi malam, korban tewas pun melampaui 200 orang. Bahkan, jumlah korban mungkin bertambah. Diperkirakan masih banyak pekerja yang tertimbun.
’’Hingga saat ini, petugas penyelamat telah mengangkat 204 jenazah korban,’’ terang Moshiuddowla Reza, perwira polisi senior setempat. Dia menyatakan bahwa sebagian besar korban tewas adalah buruh perempuan yang bekerja pada sejumlah perusahaan garmen di gedung tersebut.
Di lokasi bencana, para keluarga korban tampak putus asa saat menunggu kabar soal nasib orang-orang yang mereka cintai. Warga bersorak dan bersukacita ketika mengetahui tim penyelamat berhasil mengangkat seorang pekerja yang masih hidup dari balik reruntuhan.
Abdul Hossain, 23, ditemukan selamat di antara puing-puing bangunan. Dia bertahan di bawah reruntuhan selama 25 jam. ’’Saya amat kelaparan sehingga memutuskan untuk meminum air kencing saya sendiri,’’ ujarnya agak terbata-bata setelah proses penyelamatan. Dia terlihat girang saat ditarik dari balik puing bangunan.
Tapi, suasana gembira di lokasi bencana tak berlangsung lama. Sebab, petugas penyelamat lebih banyak menemukan korban tewas. Jenazah para korban pun dijajar di halaman sebuah sekolah di dekat lokasi gedung yang ambruk.
Insiden tersebut memicu kritik luas soal ketidakpedulian atas masalah keselamatan dan kondisi kerja buruk dalam industri tekstil di Bangladesh. Pengusaha dikecam karena lebih mementingkan keuntungan ketimbang keselamatan pekerja. Bangladesh merupakan eksporter garmen terbesar kedua di dunia. Produk garmen negara itu diekspor dengan merek-merek terkenal di Barat.
Ribuan pekerja industri tekstil dan garmen meninggalkan pabrik kemarin dan turun ke jalan di Dhaka sebagai bentuk solidaritas terhadap para korban Rana Plaza. Pemerintah Bangladesh menyatakan kemarin sebagai hari berkabung nasional. Seluruh kantor pemerintah mengibarkan bendera setengah tiang. (AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahli WHO: Virus H7N9 Lebih Gampang Menular
Redaktur : Tim Redaksi