jpnn.com, LEMBATA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebutkan korban meninggal akibat banjir lahar dingin Gunung Ile Lewotolok di Kecamatan Ile Ape bertambah menjadi 11 orang.
Kepala BPBD Kabupaten Lembata Siprianus Meru mengatakan korban sebelumnya sudah ditemukan enam orang korban meninggal pada Minggu siang (4/4).
BACA JUGA: Korban Meninggal Akibat Tanah Longsor Flores Timur Bertambah Menjadi 54 Orang
"Pada petang hari ditemukan lagi lima orang," kata Siprianus Meru ketika dihubungi dari Kupang, Minggu malam.
Pemkab Lembata telah memakamkan tujuh korban meninggal dalam bencana alam yang terjadi pada Minggu, pukul 02.00 WITA itu.
BACA JUGA: DS yang Ditangkap Densus 88 Itu Penjual Bakmi, Simak Kesaksian Juli Riyadi
Sementara empat jenazah lainnya masih dalam proses identifikasi oleh petugas kesehatan di RSUD Lewoleba, sebelum dilakukan pemakaman.
"Data sementara sebelas orang yang meninggal dan kemungkinan jumlahnya bertambah karena proses pencarian masih dilakukan," ucap Siprianus.
BACA JUGA: Mendagri Tito Kunjungi Papua dan Papua Barat, Mampir di Venue PON
BPBD Lembata melakukan pendataan terkait dengan bencana alam di tiga desa yang paling parah di daerah setempat, yaitu Amakaka, Tanjung Batu, dan Waowala.
"Tiga desa ini yang paling parah dengan jumlah korban yang meninggal cukup banyak. Proses pencarian terhadap korban yang hilang di tiga desa ini masih berlangsung," ucap Siprianus.
Menurutnya, saat banjir lahar dingin Gunung Ili Lewotolok terjadi cukup banyak warga di tiga desa itu sedang tidur.
Selain itu, kondisi daerah tersebut gelap karena aliran listrik saat kejadian dalam kondisi padam. Hujan cukup deras dan angin kencang juga melanda daerah setempat.
"Banyak korban yang meninggal dan hilang dalam peristiwa ini karena terjebak dalam aliran banjir bandang lahar dingin dari kawasan Gunung Ili Lewotolok," kata Siprianus. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam