JAKARTA--Sekitar 20 orang korban dan keluarga korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) mendatangi Gedung Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam) di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (7/3).
Mereka melakukan unjuk rasa dan meminta bertemu Menkopolhukam Djoko Suyanto. Para keluarga korban ini terdiri orangtua korban pelanggaran HAM Tragedi Semanggi I-II, kasus 1965, dan kasus penghilangan orang.
Namun, kedatangan mereka dihadang oleh belasan polisi. Saling dorong sempat terjadi dengan para ibu dan kawanan polisi itu.
"Kami itu hanya mau ketemu Pak Djoko, kok susah, bagaimana mau ketemu menteri yang terhormat itu untuk menanyakan nasib korban pelanggaran HAM?," kata Sumarsih, salah satu keluarga korban.
Dalam aksi ini, mereka membawa payung hitam yang bertuliskan 'Adili Jenderal Pelanggar HAM' 'Tuntaskan tragedi Semanggi dan Trisakti', 'Jangan Diam, Lawan', Tuntaskan Tragedi Wasior dan Wamen'.
Tak puas sampai di depan gedung. Kelompok ini mendesak masuk hingga di kompleks gedung itu. Meski terdapat adu mulut, mereka masih tetap dibiarkan masuk. Hanya saja mereka tak bisa bertemu Djoko.
"Negoro koyok ngene pie. Tentara ne kemplung, polisi ne njaluk duit tok. Saiki tanya prosedur. Saya ini sudah 15 tahun tunggu keadilan, sekarang saya mau ketemu pak menteri, masa gitu aja susah," ujar keluarga korban lainnya, Widodo.
Mereka meminta pihak Kemenkopolhukam untuk menghubungi Djoko Suyanto dan tidak ingin diwakili oleh pejabat kementerian itu. Namun, hingga saat ini Djoko Suyanto itu tak juga muncul. Pihak kementerian mengungkap sang menteri tengah bertugas di tempat lain.
Para korban ini menuntut hasil kerja Djoko yang telah ditugasi oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk mencari format terbaik penyelesaian peristiwa Pelanggaran HAM berat masa lalu. Menko Polhukam sudah membentuk Tim Kecil untuk menyelesaikannya. Namun, setelah hampir dua tahun belum ada rekomendasi atas kemandekan proses hukum.
"Kami mau ketemu Menterinya. Satu jam menunggu enggak masalah. Kami sudah menunggu 15 tahun. Nunggu Pak Djoko sejam tidak masalah buat kami. Kami punya hak untuk itu. Kami hanya mau ketemu beliau," pungkas Sumarsih.
Saat ini, para keluarga korban ini masih bertahan duduk di aspal depan gedung Menkopolhukam. Orasi tetap dilakukan meski pihak kementerian sudah berusaha untuk menenangkan mereka.(flo/jpnn)
Mereka melakukan unjuk rasa dan meminta bertemu Menkopolhukam Djoko Suyanto. Para keluarga korban ini terdiri orangtua korban pelanggaran HAM Tragedi Semanggi I-II, kasus 1965, dan kasus penghilangan orang.
Namun, kedatangan mereka dihadang oleh belasan polisi. Saling dorong sempat terjadi dengan para ibu dan kawanan polisi itu.
"Kami itu hanya mau ketemu Pak Djoko, kok susah, bagaimana mau ketemu menteri yang terhormat itu untuk menanyakan nasib korban pelanggaran HAM?," kata Sumarsih, salah satu keluarga korban.
Dalam aksi ini, mereka membawa payung hitam yang bertuliskan 'Adili Jenderal Pelanggar HAM' 'Tuntaskan tragedi Semanggi dan Trisakti', 'Jangan Diam, Lawan', Tuntaskan Tragedi Wasior dan Wamen'.
Tak puas sampai di depan gedung. Kelompok ini mendesak masuk hingga di kompleks gedung itu. Meski terdapat adu mulut, mereka masih tetap dibiarkan masuk. Hanya saja mereka tak bisa bertemu Djoko.
"Negoro koyok ngene pie. Tentara ne kemplung, polisi ne njaluk duit tok. Saiki tanya prosedur. Saya ini sudah 15 tahun tunggu keadilan, sekarang saya mau ketemu pak menteri, masa gitu aja susah," ujar keluarga korban lainnya, Widodo.
Mereka meminta pihak Kemenkopolhukam untuk menghubungi Djoko Suyanto dan tidak ingin diwakili oleh pejabat kementerian itu. Namun, hingga saat ini Djoko Suyanto itu tak juga muncul. Pihak kementerian mengungkap sang menteri tengah bertugas di tempat lain.
Para korban ini menuntut hasil kerja Djoko yang telah ditugasi oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk mencari format terbaik penyelesaian peristiwa Pelanggaran HAM berat masa lalu. Menko Polhukam sudah membentuk Tim Kecil untuk menyelesaikannya. Namun, setelah hampir dua tahun belum ada rekomendasi atas kemandekan proses hukum.
"Kami mau ketemu Menterinya. Satu jam menunggu enggak masalah. Kami sudah menunggu 15 tahun. Nunggu Pak Djoko sejam tidak masalah buat kami. Kami punya hak untuk itu. Kami hanya mau ketemu beliau," pungkas Sumarsih.
Saat ini, para keluarga korban ini masih bertahan duduk di aspal depan gedung Menkopolhukam. Orasi tetap dilakukan meski pihak kementerian sudah berusaha untuk menenangkan mereka.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Buah Saling Serang, TNI-Polri Langsung Koordinasi
Redaktur : Tim Redaksi